Save Me

202 16 1
                                    

[The English version is on the next chapter. Please excuse my broken English because its not my first language OTL
Enjoy!! :D]

Yongguk menghubungi kami semua sekitar dua minggu yang lalu, sebelum semua mimpi buruk ini dimulai. Aku masih ingat dengan jelas percakapan kami di telpon, setiap koma dan titik dalam kalimat yang diucapkan Yongguk. Kami setuju untuk berkumpul di kafe tempat biasa kami bertemu, demi mengenang masa lalu, dan janji untuk bisa berkumpul lagi seperti dulu.

Seperti biasa, Yongguk yang lebih dulu tiba. Ia duduk di meja yang biasa kami tempati, secangkir capuccino hangat tersaji di atas meja yang masih mengepulkan uap panas yang beraroma manis. Wajahnya terlihat serius saat membaca sesuatu yang terpampang di bagian depan koran yang sedang ia baca. Sudah bisa aku tebak temanya : peperangan atau kelaparan, satu di antara dua tema menyedihkan itu.

"Yo! Bbang!" sapaku, menepuk bahunya. Ia mendongak dan tersenyum, gummy smile miliknya yang khas. Dibalik wajah sangar itu terdapat senyum yang begitu kekanakan. Siapa yang menyangka?

"Channie!" Ia membalas sapaanku. Suaranya masih sama, rendah dan hangat.

Aku duduk di hadapannya dan melambaikan tanganku pada salah satu waiter. Setelah menyampaikan pesananku-Iced Americano tentu saja-aku kembali memusatkan perhatianku pada sahabat lamaku itu. Ada yang berubah darinya.

"Kau terlihat lebih... kurus. Apa kau makan dengan benar, eh, Bbang?" aku bertanya. Yongguk tertawa, kikuk. Sudah kuduga. Harusnya aku tahu. Seorang Bang Yongguk rela kelaparan jika itu artinya anak-anak di Afrika mendapat makanan cukup tiga kali sehari.

"Menjadi relawan bukan berarti kau harus ikut prihatin seperti mereka, Yongguk. Kau harus bisa menjaga kesehatanmu sendiri, karena jika tidak, siapa yang akan mengurusi anak-anak malang itu nanti?"

Kali ini Yongguk tertawa lepas.

"Kim Himchan. Bahkan setelah lama tidak bertemu, kau sama sekali tidak berubah..."

"Apa? Apa aku tidak bertambah fashionable dari terakhir kali kita bertemu?? Ugh... aku merasa terluka..." gerutuku, berpura-pura terluka. Tapi tentu saja, Bang Yongguk mengerti semua hal tentangku. Ia bisa membacaku seperti buku. Ia tahu aku hanya bercanda.

"Jadi... villa, eh?" tanyaku. Yongguk meneguk sedikit minumannya sebelum melambaikan tangannya sambil lalu.

"Akan kujelaskan setelah semuanya datang." jawab Yongguk. Aku pun mengangguk dan menikmati pesananku yang baru saja diantar.

Sekitar sepuluh menit kemudian kami mendengar suara berisik dari pintu masuk kafe. Aku dan Yongguk menghela nafas. Tentu saja. Yoo Youngjae dan Choi Junhong masuk dan langsung berjalan menuju meja kami. Argumen-argumen penuh canda terus dilontarkan keduanya.
Sebenarnya aku terkejut. Biasanya Youngjae dan Daehyun yang melakukan itu, argumen kecil tak berbahaya itu maksudku. Tapi hari ini Junhong menggantikan tempatnya. Maknae kecil kami yang sama sekali tidak kecil. Serius deh, kapan anak itu akan berhenti tumbuh? Dan bicara soal Junhong, sejak kapan dia jadi banyak bicara begitu?

Keduanya langsung menempati kursi kosong di sampingku dan Yongguk. Mereka menyapa kami sambil lalu sebelum melanjutkan percakapan konyol mereka. Aku dan Yongguk saling tatap, kemudian tawa kami pecah. Keduanya memandang kami dengan tatapan aneh seakan kami berdua sudah gila. Aku tidak tahan lagi, jadi aku memeluk Junhong dengan erat.

"Ya Tuhan... kalian berdua... aku sangat merindukan kalian!!" seruku. Wajah Junhong memerah, masih sama seperti dulu, Junhong kami yang pemalu. Ia menggerutu pelan.

"Jadi, kau sudah tidak lagi beradu argumen dengan Daehyun? Apa dia mulai membosankan?" tanyaku pada Youngjae, yang wajahnya langsung berkerut dan terlihat khawatir.

[BAP Fanfic] Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang