CHAPTER 1 Demon Forest

1.7K 135 14
                                    

Tahun 1958.

Angin berhembus begitu kencang, sehingga menerbangkan salju yang tengah jatuh dari langit seolah olah salju-salju itu sedang menari-nari di udara, menghiasi langit sore yang berwarna putih.
Jika menengok ke langit, mata akan disuguhi dengan butiran butiran salju yang tengah turun bagaikan kapas yang menempel di daun-daun dan ranting pohon.

Namun, keindahan alam yang diciptakan sang Maha Kuasa berbanding terbalik dengan keadaan gadis berumur 16 tahun yang beriris zamrud ini. Kedua iris bola mata yang indah bak hutan tropis yang sejuk kini tampak sembab dan membengkak.

Celila, nama gadis cantik berambut panjang nan legam itu tengah habis menangis akibat ulah kedua kakaknya. Ada saja ulah dari Natalie dan Talia yang membuat si bungsu Celila menangis dan bersedih.
Dari awal mereka memang sama sekali tak mengharapkan kehadiran seorang adik, mengingat keadaan ekonomi keluarganya. Bahkan saat Celila masih belia, ia harus menelan pil-pil kehidupan.

Miris, mereka tidak ada bedanya dengan iblis. Hanya karena Celila lahir kedunia memiliki sepasang bola mata yang indah yang menurun dari ibunya, terlebih lagi wajah Celila yang bisa dikatakan diatas rata-rata. Hal itu seakan menabur benih-benih kebencian di dalam hati Natalie dan Talia yang tiap hari bertumbuh.

"Lila, ada apa nak?" ucap ibunya sembari tersenyum hangat.

Celila menggeleng. "Tidak apa-apa, Ma," Balasnya sambil mengucek matanya.

"Apa ini karena kakakmu lagi?" Tanya Hideyori, sang ayah yang tengah merapikan tumpukan kayu bakar.

"Tidak Papa, mataku yang kemasukan debu saja," ucapnya dengan senyum yang terkesan -sangat- dipaksakan.

"Lila, kamu bohong kan?" sambung ibunya yang mengusap rambutnya.

"Tidak ma, aku tidak berboho-"

"Betul itu Ma! Dia hanya kemasukan debu!" Tiba-tiba Natalie muncul dari balik pintu dan langsung menyalip perkataan Celila.

"Betul! Dasar cengeng," Sambung Talia.

"Nat, Lia, kalian kan bersaudara, kalian harus rukun," Hideyori membuka suara, membujuk kedua anak kembarnya.

"Dia bukan adik kami!" Seru keduanya serempak.

"Memangnya apa yang salah dari Celila?" Sahut Selena, Ibu mereka.

"Mah, Pa, Asal kalian tahu, Celila memang tidak salah, namun dia lahir kedunia ini, itulah yang salah. Dari awal kami tidak menginginkan adik, dan mama sudah sepenuhnya tahu hal itu!" Tegas Talia dengan suara tinggi.

"Lia! apa yang-" Hideyori yang membuka suara dipotong oleh perkataan Celila.

"Papa... tidak apa-apa, mungkin mereka benar," Ucapnya dengan tatapan sendu

"Cuih, sok suci!" Ejek Natalie sembari mendorong bahu Celila.

"Dia memang suci, kalian sudah banyak dosa padanya," ucap sang ibu sambil berusaha melindungi Celila.

"Selalu saja! Si anak kesayangan yang selalu bernaung dibawah ketiak Mama dan Papa, Ih!" Natalie dan Talia melangkahkan kakinya keluar ruangan, sambil menyenggol bahu Celila.

Kenyataan bahwa saudarinya yang tak mengharapkannya membuat Celila harus  bersabar setiap hari. Untung saja, kedua orang tuanya sangat sayang dan selalu melindunginya dari sikap tak manusiawi kedua kakaknya.

16 tahun sudah ia berada di dunia ini, dan selama itu pula ia tak pernah mendapat kasih sayang dari sang kakak yang notabene empat tahun lebih tua darinya. Gadis yang lahir di musim dingin ini akan memasuki umurnya yang ke-17 dua hari kedepan.
Dia kerap kali menyendiri dan selalu pergi ke tepi hutan untuk sekedar mencari kayu bakar. Ah, ada sesuatu yang Celila sembunyikan dari Ayah, Ibu, bahkan kakak-kakaknya, ia menyembunyikan rapat-rapat fakta bahwa dirinya dapat melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat, dan mendengar apa yang orang lain tidak bisa dengar.

Butir-butir salju yang berjatuhan menghiasi pemandangan desa Kagemori. Desa yang memiliki nama yang terbentuk dari dua kata, kage dan mori, jika disatukan akan memiliki arti "bayangan hutan". Nama itu bukan sekedar nama, dinamakan demikian karena desa ini terletak tak jauh dari hutan yang sangat gelap dan suram, jika dilihat akan tampak seperti bayangan dari hutan.

Lucunya lagi, hutan yang tak jauh dari desa Kagemori yang diberi nama Mori no Youkai itu, menyimpan sejuta misteri yang membuat manusia tergiur untuk menguak dan mengupas apa yang ada didalamnya, sehingga manusia yang sudah terjerat dan masuk kedalamnya tak dapat lagi kembali. Itulah sebabnya mengapa disebut Mori no Youkai.

Banyak penduduk yang takut dan tak berani masuk kedalam hutan, hanya sebagian dari mereka yang mengadukan nasib mereka sebagai pencari kayu bakar yang sesekali masuk, namun tidak sampai pada tengah hutan, paling-paling hanya di tepi hutan.

Ayah Celila, Hideyori merupakan salah satu dari pencari kayu bakar. Celila kerap kali membantu ayahnya mencari kayu bakar di tepi hutan tersebut. Kediamannya bisa dibilang sangat dekat dari hutan, hanya berjarak sekitar 500 meter.

Musim dingin seperti saat ini sangat mereka sukai, karena penghasilan yang meningkat pesat. Kayu-kayu yang diambil dari ranting-ranting pepohonan yang jatuh, mereka kumpulkan pada saat musim gugur, akhir bulan november.

Celila dan Ayahnya harus kerja ekstra mengumpulkan kayu bakar, karena pada saat musim dingin seperti pada saat ini, kayu menjadi basah akibat salju yang menerpa permukaannya. Meskipun begitu, mereka juga harus lebih berhati-hati jika masuk kedalam hutan, karena banyak binatang buas, seperti beruang yang tengah mengumpulkan makanan untuk ditimbun pada musim dingin.

Dimusim seperti ini, banyak saudagar kaya yang ingin membeli kayu untuk perapian. Mengingat dinginnya udara yang menggerogoti kulit. Kegiatan utama para penduduk desa Kagemori pada saat musim dingin adalah Onsen.

Diusianya yang ke-17, ia sangat berharap kakak kembarnya itu mengakuinya sebagai adik. Oleh karena itu, ia berusaha keras menabung sejak pertama kali memasuki umur yang ke-16, dengan tujuan membeli Matryoshka. Boneka rusia yang katanya teridiri dari tujuh susun itu dapat mengabulkan keinginan.
Dan hari ini, boneka rusia yang ia impi-impikan sejak lama, sudah ada ditangannya, berkat kerja keras serta jeri payahnya.

"Untuk susunan pertama, Matryona. Aku berharap kak Natalie dan Talia mengakuiku sebagak adiknya," Celila menundukkan kepalanya dalam-dalam, sang ibu yang tak sengaja mendengar itu menghampirinya dan mengusap rambutnya penuh kasih sayang sembari terseyum hangat.

Ya Tuhan, Semoga saja keinginan anakku terkabul. batin Selena miris, Celila terlalu naif.

#AN#
Kage : Bayangan.
Mori : Hutan.
Mori no Youkai : Hutan Setan.
Onsen : Pemandian air panas.

My Kitsune [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang