Satu

61 4 0
                                    

Pertemuan aku dan Raka itu di masjid, setelah selesai acara bedah buku Bapak Dosen dari jurusan dia, Pak Fernanda. Adalah Zachri yang mengenalkanku pada Raka.

Beberapa jam sebelum acara dimulai, panitia penyelenggara acara bedah buku yang terdiri dari sebagian anak BEM Fakultas dan anggota LDK (Lembaga Dakwah Kampus) sedang sibuk-sibuknya. Aku karena ditempatkan di divisi Publikasi dan Dokumentasi, aku jadi tidak terlalu sibuk untuk gladi resik, hanya menyiapkan baterai yang cukup untuk kameraku yang akan digunakan untuk mengabadikan momen-momen tertentu.

Setelah acara selesai, evaluasi sudah diberikan, aku menuju keluar masjid untuk pulang, eh... Aku lupa meminta tandatangan Zachri sebagai ketua pelaksana, tandatangannya akan aku scan dan disisipkan di sertifikat acara. Lalu aku membalikkan badan dan menuju Zachri yang masih ada di dalam masjid bersama seorang panitia dari LDK dan dua orang panitia dari jurusannya.

Saat aku menghampiri Zachri, salah satu temannya Zachri pun menghampirinya dari lantai dua masjid, habis solat maghrib. Kami menuju Zachri dari arah yang berbeda.
"Zach. Oh iya lupa, gua minta tandatangan lu, dong," sambil menyodorkan kertas dari binder jinggaku dan pulpen untuk pak ketuplak ini.
"Zach, gua duluan, yaa!" Seru teman Zachri yang baru turun dari lantai dua itu.
Zachri menengok temannya dan mengisyaratkan untuk tinggal, "eh mau kemana, sini aja dulu."
Lalu temannya itu yang berjenggot tipis dan kumis tipis menurut kata Zachri, dia duduk disebelahku. Aku tak tahu siapa namanya.
Zachri selesai tandatangan, dan aku menanyakan siapa yang harus menandatangani sertifikat lagi selain dia.
Zachri bermain mata berisyarat dengan temannya itu, "ayo lah. Minta sendiri, mumpung ada orangnya."
Hem.. Aku sudah merasa yang dimaksud Zachri dan temannya itu aku, karena hanya ada perempuan yang belum dia kenal.
"Ehm.. Boleh minta line-nya ga?"
Oh benar dia mau kenalan dengan aku
"Hh.. Sini," aku spontan mengiyakan dan mengeja id line ku. Hhh... Aku tak tahu nama dia siapa, tapi menambah teman memangnya tidak boleh? Hehe
"Ntar yaa di addnya, belum nyala paketnya," katanya sambil senyum-senyum dan sedikit canggung.
"Oke," jawabku. Aku tak tahu ekspresi apa yang kuberikan padanya, yang pasti akupun bingung juga. Haha.. Tapi senang.
"Eh eh.. Anterin tuh, dia gak ada kendaraan pulangnya,"
Zachri, ga cukup apa bikin gue awkward di depan teman-temanmu itu.
Raka berdiri dan menawariku pulang bareng, masih dengan senyum sedikit canggung itu.
H

ah? Gila.. Baru kenal masa iya langsung gua iya-in ajakannya.
Aku menolak dengan halus dan kami keluar masjid dari pintu yang berbeda.
Tapi aku senyum-senyum setelah itu.

I'm not sure is this a new hello or a last goodbye...

Raya dan RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang