Biarkan Mereka Menyebutku Jenius

1K 47 12
                                    

Aku menulisnya hari ini, saat menunggu dosen di kampus.

Selamat membaca.. :)


"Aku pulang!" seorang gadis berambut coklat sebahu masuk ke dalam rumah. Dia mengenakan pakaian untuk mendaki gunung dan menyeret dua buah karung.

Seorang pria tua berambut putih yang ada di dalam ruangan mengerutkan keningnya. Si pria tua mulai melakukan interogasinya, "Kau tidak ke sekolah?"

Haibara melepas jaket parasutnya dan memasukkan karung tersebut ke dalam sebuah ruangan. Kemudian keluar lagi sambil mencari minuman dari dalam kulkas. Dia meneliti isi kulkas sambil menjawab, "Tidak. Aku baru pulang dari naik gunung."

"Naik gunung? Aku pergi selama empat hari dan kau tidak pergi ke sekolah, tetapi malahan naik gunung?" tanya Profesor Agasa.

Haibara meletakkan sekotak jus di meja dan duduk di sofa. Dia menyalakan TV, "Ayyy.. Sudah beberapa hari aku tidak menonton televisi."

Ucapan Ai yang secara tidak langsung, menjawab pertanyaan Profesor. Membenarkan bahwa dia tidak pergi ke sekolah selama beberapa hari. Profesor Agasa meninggalkan komputernya, dia sekarang duduk di samping Ai. "Kau tidak ingin mandi? Pasti kau belum mandi selama beberapa hari. Dan apa yang kau bawa pulang?"

"Aish.. Kau benar-benar memainkan peranmu sebagai kakek tua." Ucap Haibara. Profesor memukul kepalanya dengan sebuah majalah. Haibara meringis, lalu mengucapkan kalimat lain. "Itu daun dari desa yang paling dekat dengan puncak gunung. Penduduknya menggunakannya sebagai tanaman obat, untuk mengobati semua sakit penyakit. Mereka berkata bahwa tanaman tersebut adalah tanaman ajaib, yang pertama kali ditanam oleh seorang penyihir pada masa keyajaan para Samurai."

"Jadi kau akan melakukan karakterisasi dan mengidentifikasi senyawa yang ada di dalamnya?" tanya Profesor Agasa. Pria tua tersebut terus saja mengajukan pertanyaan.

"Benar. Tanaman tersebut bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Aku bisa mendaftarkan hasil penelitianku pada Elsevier." Jawab Haibara yang masih berkutat dengan acara yang ditontonnya di TV.

Profesor Agasa memandangnya dengan tatapan tidak percaya, "Dan itu artinya kau ingin menggemparkan seisi dunia. Seorang gadis berumur 17 tahun yang sering bolos sekolah, membuat jurnal yang dipublikasikan oleh Elsevier."

Haibaran menyesap jusnya. Kemudian menjawab dengan malas, "Conan saja bisa melakukannya. Namanya disebut sebagai generasi penerus Sinichi Kudo. Dia sekarang menjadi detektif SMA yang paling terkenal. Kenapa aku tidak boleh untuk membuat sesuatu yang menghebohkan? Lagipula aku menciptakan APTX 4869 saat usiaku 18 tahun."

"Terserah kau saja. Tetapi lebih baik kau membantuku. Aku mendapatkan sebuah proyek baru. Jika kau masih saja bolos sekolah, bekerjalah untukku." Ucap Profesor Agasa dengan nada serius. Kemudian menambahkan sebuah candaan, "Kau tinggal dan makan di rumahku selama 10 tahun. Kau kira itu gratis?"

Haibara mengerucutkan bibirnya. Pria tua disampingnya tertawa terbahak-bahak. Padahal candaan yang dibuatnya tidak lucu sama sekali. Haibara melirik tajam kepada si pria tua yang selama ini merawatnya. Menanggapi candaan konyol si pria tua, "Jadi tujuanmu merawatku adalah untuk keperluan pribadimu? Menjadikanku sebagai asisten tanpa bayaran."

***

Haibara baru saja selesai mandi. Dia berjalan ke arah profesor. Lima menit yang lalu, profesor memanggil namanya. Saat memasuki ruang santai, dia langsung tahu kenapa profesor Agasa memanggilnya. Kali ini si pria tua hanya tersenyum. Ada suara lain yang memanggilnya. "Ai-chan!!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ai-Haibara Fan FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang