1. Hanya Sedikit Kisah di Balik Rusun yang Kumuh

42 6 2
                                    

Suara dentuman demi dentuman yang di akibatkan oleh pembangunan rusun diseberang selalu saja membuat tidurku terganggu. Tidak siang maupun malam. Semua bahan bangunan yang ada itu selalu saja membuat kerusuhan disetiap malam kelamku. Setidaknya begitu apa yang ada.

Bermaksud mengambil penutup telinga yang berada disampingku, aku menuruni sedikit selimut dan meliukkan badan untuk menarik gagang lemari dan mengambilnya lalu menutupnya kembali.

Keadaan ini selalu membuatku terbayang bagaimana diriku akan hidup kedepannya tanpa seorangpun di sisiku. Memang tetangga seberang rusun yang ada disini cukup berbaik hati untuk selalu menawarkan bantuan. Tapi ku pikir aku masih punya hati nurani bagaimana melihat mereka hidup juga tidak jauh berbeda dengan diriku apalagi jumlah anggota keluarga mereka yang lebih banyak. Jadi ku sungkan-kan diriku agar sebisa mungkin tidak merepotkan mereka.

Hal lain jika berurusan dengan Gala. Dia anak rantau dari Medan yang juga ikut menyewa rusun sederhana seperti halnya diriku. Nama dan wajahnya membuat diriku bergidik mengetahui bahwa dirinya seorang anak bupati tapi memilih untuk tinggal disini. Dia cukup dekat denganku, ketika aku sangat membutuhkan bantuan aku akan berhati-hati meminta pada Gala takut bahwa dirinya merasa dimanfaatkan tapi itu tidak pernah menjadi niatanku selama hidup dan dia selalu membantuku sampai urusanku selesai.

Dia mempunyai sifat yang ramah serta murah senyum. Itulah alasan kenapa semua orang menyukainya. Selain itu hal ini akan selalu terjadi bahwa setidaknya dalam satu lingkungan tempat tinggal memilki sang kembang dan pujangga desa. Yang jelas Gala akan selalu menjadi pujangga nomor satu dan Kezya-teman satu kampus Gala-yang juga tinggal dilantai atas adalah sang kembang desa.

Aku menatap langit-langit yang sudah berwarna coklat tua ini dengan seksama diakibatkan oleh rembesan air hujan. Disana ada banyak gambar bintang-bintang. Saat aku kecil, aku berharap bahwa suatu saat aku dapat pergi ke langit dan menggapai bintang-bintang untuk ku simpan, tapi tepat setelah aku mengetahui bahwa ukuran bintang tidak sekecil dengan apa yang kita lihat di bumi membuat ku mengurungkan niat dan lebih memilih bintang-bintang ini sebagai teman tidurku.

Kurasa sudah cukup lama aku memandangi bintang-bintang ini dan aku memutuskan untuk beristirahat sebelum pergi ketempat kerja yang baru.

Aku terpaku melihat rumah, ralat ini tidak tampak seperti rumah melainkan mansion yang ada di depanku saat ini. Bayangkan saja untuk masuk kedalam sini aku harus melewati tiga gerbang utama dan melewati pemeriksaan super ketat. Pokoknya hal kecil dibesar-besarkan. Katanya begini- begitu. Bla. Bla. Bla.

Aku berjalan memasuki pintu utama rumah ini dan disambut oleh keheningan. "Lo baby sitter yang ngajuin surat lamaran kemarinkan?" Aku terkejut bukan main melihat orang yang sama dengan kemarin tiba-tiba datang dari atas tangga.

Setelah memastikan bahwa jantungku sudah stabil, aku mengangguk pelan dan memberikan senyumku dan dia mengantarkanku kedalam sebuah kamar yang berada dilantai dua. "Nama?"

Mungkin otakku yang loading lama alias lola atau gimana, aku baru menyadari pertanyaan tadi setelah beberapa detik kemudian, "Kaliya Pramedana mas. Panggilannya Meda."

"Oke Meda, lo udah tau tugas lo disini apa. Lo udah tau aturan yang ada dirumah ini dan lo juga udah kenal sama gue. Lo bisa panggil gue Rio dan lo bisa minta apapun yang lo butuhin. Gua pergi bentar, bentar lagi gue balik."

Dia meninggalkan aku dalam kondisi terbengong-bengong. Gimana mau hubungin dia? Kalau nomor dia aja aku gak tau. Aku bergumam tapi tetap membuka pintu kamar. Disana terdapat seorang anak perempuan yang sedang bermain boneka di kelilingi dengan bola-bola yang berwarna-warni.

Karena masih sibuk dengan bonekanya, aku berdeham sebentar dan subjek yang sedang sibuk tadi mulai menolehkan kepalanya menuju diriku.

Disana, seorang anak perempuan tengah menatapku dengan pandagan meneliti. Namun di detik berikutnya, ia berlari meninggalkan bonekanya menuju ke arahku. "Kakak siapa?" Tanya anak ini ramah.

Dengan sigap, aku langsung berjongkok untuk menyetarakan tinggi kami. Aku menjulurkan tangan dihadapannya dan dibalas lembut. "Halo adik manis. Kamu pasti Luna ya?" Adik manis ini mengangguk mantap, "kenalkan nama kakak, Meda."

"Yeay! Luna punya kakak baru. Kakaknya cantikk lagi. Waaaa seneng!" Aku hanya bisa tersenyum simpul saat mendengar bahwa diriku cantik oleh anak kecil.

"Kak Meda besok bakalan nganterin aku sekolahkan?" Tanyanya bersemangat. Aku mengangguk pasti. "Iya. Besok Luna sekolah, Kak Meda yang anter."

Ia berlari mengelilingi kamarnya dan meninggalkan aku dalam tawanya yang riang. "Yeayy!! Akhirnya Luna punya kakak baru juga. Hehehe." Ia memberikan senyuman smirk diwajahnya. Apa cuma perasaan?



Daripada dipendem, mending di publish. Emang Shineen suka gitu. Dont forget to leave your vomment, gengs. I luv u 💗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stick AroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang