Epilog

339 8 0
                                    


Author's POV

Di suatu masa, berdirilah sebuah kerajaan yang makmur dan sejahtera. Kerajaan tersebut bernama Luxemburg dan di pimpin oleh seorang raja yang adil, bijaksana serta memiliki sifat yang tegas sehingga mampu mendirikan sebuah kerajaan yang besar dan luas dimana rakyat nya hidup serba kecukupan. Hal itu menyebabkan para rakyat amat sangat mencintai dan mengagung-agungkan raja mereka. Selain itu hasil alam yang melimpah menjadi salah satu keuntungan terbesar bagi kerajaan tersebut. Sehingaa banyak kerajaan tetangga yang ingin menjalin kerjasama dengan kerajaan tersebut.

Namun jauh di seberang kerajaan yang makmur dan sejahtera itu, terdapat sebuah desa yang sangat bertolak belakang dengan kondisi desa di dalam kerajaan tersebut.

Desa kecil yang kumuh dan terpencil. Letak nya yang jauh dari kerajaan membuat desa tersebut menjadi tertinggal dan terlupakan . Sangat berbeda jauh dengan penduduk yang tinggal di desa yang berada di wilayah kekuasaan sang raja yang hidup sejahtera dan serba kecukupan, di desa terpencil itu para penduduk nya sangat menderita. Mereka bekerja keras untuk tetap bertahan hidup. sebagian besar mata pencaharian yang di lakukan penduduk setempat adalah bertani dan berternak. Tersedianya lahan kosong yang luas di manfaat kan para penduduk untuk tetap bertahan hidup .

Namun, meskipun demikian penduduk di desa itu tetap hidup serba kekurangan. Karena tak adanya alat untuk mengolah bahan mentah seperti padi menjadi beras membuat para penduduk terpaksa menjual nya ke desa kerajaan. Ah, aku lupa memberitahu bahwa di masa itu sistem jual beli nya masih berupa barter.

Penduduk menukarkan padi hasil panen dengan beras atau kebutuhan pokok lainnya. Dan tentu saja hasil dari barter yang di dilakukan lebih menguntungkan penduduk desa kerajaan. Apa yang di dapat kan oleh penduduk desa kecil itu tak sepadan dengan jumlah yang di tukar kan.

Hal itu lah yang menyebabkan kehidupan penduduk desa kecil itu tak juga sejahtera.

Tak banyak orang yang menempati desa tersebut. kebanyakan orang yang tinggal di desa tersebut adalah seorang pendatang dari luar wilayah atau dari kerajaan lain.

Termasuk salah seorang wanita paruh baya bernama Sarah McConnor serta seorang gadis remaja nya yang berusia 19 tahun bernama Sophia. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil yang amat sangat sederhana dan jauh dari kata layak . Berbeda dengan penduduk lain yang bermata pencaharian bertani dan berternak, ibu dan anak tersebut memilih menjadi pembuat roti gandum untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka karena mereka tidak memiliki lahan untuk bercocok tanam atau pun berternak serta tak adanya keahlian di kedua bidang tersebut.

Namun, meskipun kehidupan mereka yang amat sederhana, tak pernah mereka berkeluh kesah akan keadaan mereka yang demikian.

Karena bagi mereka,  selagi mereka dapat tetap bersama keadaan sesulit apapun tak membuat ibu dan anak itu berputus asa dan menyerah.  Karena mereka mempercayai bahwa roda kehidupan akan terus berputar.  Lagi pula tak selamanya hidup akan sulit, bukan?? Dan sebaliknya,  tak selamanya pula hidup akan Makmur dan bahagia. 
Tak ada yang sempurna di dunia ini,  kau tau?? 

Seperti halnya apa yang di alami oleh Sophia, gadis cantik berambut coklat madu yang bergelombang Indah memiliki 2 pasang mata yang Indah dan mengagumkan,  terasa damai dan menyejukan bagi siapa pun yang menatap nya.  Membuat siapa pun enggan untuk mengalihkan pandangannya barang sedetik.

Katakan lah Sophia gadis yang cantik.  Amat sangat cantik. Tak ada yang gadis lain yang menandingi kecantikan sang Putri pembuat roti ini.

Bila kau berpikir Sophia adalah gadis beruntung karena memiliki kecantikan yang mengagumkan,  maka buang jauh-jauh pemikiran kalian. 

Karena,  yah aku sudah mengatakannya bukan,  bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini. 

Hukum itu pun juga berlaku bagi Sophia.  Dari segi fisik,  ya dia jauh di atas sempurna.  Namun Sophia tidak lah sempurna.  Sophia memiliki satu kekurangan yang membuat nya di pandang sebelah mata oleh kebanyakan orang yang bertemu dengannya. 

Bahkan kecantikan Sophia yang ku katakan di atas sempurna pun tak di anggap karena Sophia memiliki satu ketidak sempurnaan di dirinya.

Kau jangan heran,  bukankah manusia memang di takdirkan seperti itu.  Kau bayangkan saja selembar kertas putih yang di tengah nya terdapat satu titik kecil noda hitam.  Maka apa yang paling kau lihat?? Setitik noda kecil hitam ataukah warna putih kertas itu?? 

Tak usah kau jawab karena aku tau pasti jawabannya.

Seperti itu lah halnya yang di alami oleh Sophia.

Secantik apapun diri Sophia,  se tulus apapin hati yang dimilikinya,  namum dengan satu kekurangan yang di derita nya,  semua kebaikan di diri Sophia tak ada gunanya. 

********

PLEASE LEAVE YOURS COMMENT'S

The Lost Princess ( FULL REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang