Chapter 4

157 5 0
                                    

Ku buka mata ku saat telinga ku menangkap suara di luar. Pukul berapa sekarang. Sudah berapa lama aku tertidur ???

Ku rapikan rambut ku yang berantakan lalu beranjak dari ranjang kemudian berjalan dengan hati-hati menuju pintu.

"Mother ?? apa itu kau ?" panggil ku.

"ya Sophia ini aku. kau sudah bangun" sahut Ibu. Entah apa yang sedang di lakukannya. Sepertinya ia tengah membereskan dapur nya

Aku menyusuri ruangan dengan hati" lalu duduk di kursi meja makan. Rumah kami tak banyak memiliki ruang. Tak memiliki ruang tamu. Hanya 3 ruang saja. yaitu dapur yang merangkap menjadi ruang tamu ruang makan serta 2 kamar. Kamar ku dan kamar ibu . Dan tentu saja kondisi ini sangat memudahkan ku.

"uhh. ya begitu lah. maafkan aku, aku belum menyelesaikan membersihkan dapur mu" kata ku dengan nada menyesal.

"tak masalah... uhhhh.. Sophiaa... kauu .. tampak mengerikan, apa terjadi sesuatu selama aku pergi" tanya nya terdengar khawatir lalu menarik kursi dan duduk di depan ku.

"semuanya baik-baik saja tak terjadi apa-apa. aku hanya sedikit merasa pusing " dusta ku. Aku ingin melupakan kajadian pagi tadi.
Ibu menghela nafas berat dan panjang.

"seharusnya kau tak perlu memaksakan dirimu, Sophia." kata ibu. Suara nya terdengar sangat lelah.

"mother apa semua baik-baik saja.. kau terdengar tidak baik" tanyaku ..
Lagi-lagi kudengar ibu menghela napas panjang .

"Yahhh begitulah.. Keberuntungan tak memihak ku hari ini" ucap nya.

"apa yang terjadii" tanya ku sedikit penasaran dan khawatir..

"tak ada yang membutuh kan roti hari ini Sophia, jadi aku tak mendapatkan apa pun untuk ku bawa pulang" jelasnya nada sedih.
Aku menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Tidak hanya sekali kami mengalami hal serupa, ini lah resiko dari mata pencaharian yang kami tekuni.

"tidak masalah Mother, kita bisa menjualnya besok, dan menyisihkanya untuk makan malam" hiburku.

"Tapi aku juga tak membawa sepotong roti pun pulang Sophia" tambah nya. Kening ku berkerut heran.

"apa maksut mu Mother?" tanya ku.

"memang benar tak ada yang membutuhkan roti pagi tadi, namun aku tetap mencari orang yang ma menukarkan barang mereka dengan roti kita, tapi tetap saja tak seorang pun yang bersedia, hingga aku bertemu dengan seorang gadis bertudung yang tiba-tiba ingin mencoba roti kita, jadi ku beri dia sepotong roti. Dan entah kenapa tiba-tiba dia menginginkan semua roti yang ku bawa..."

"lalu gadis itu tidak menukarkan apa pun untuk roti kita" sela ku. Sedikit nada kesal terdengar di suara ku.

"kau salahh Sophia, gadis itu bukan memberiki barang atau pun bahan makanan, tapi gadis itu memberiku.... tawaran" nada suara ibu memelan saat mengucap kan kata terakhir. Kerutan di kening ku semakin dalam. Ini sungguh membingungkan. Seakan tau apa yang ada di pikiran ku Ibu melanjutkan .

"tawaran untuk tinggal di Istana Kerajaan. " aku tersentak

"Apa !!!!! Mother kau pasti bergurauu" aku tertawa parau.

"Tidak Sophia. Aku bersungguh-sungguh. Bukan tanpa alasan gadis itu meminta ku dan tentu saja kau akan ikut bersama ku untuk tinggal di Istana Kerajaan. Gadis itu bercerita kalau dia sangat menyukai roti, dan setelah dia mencicip i roti buatan kita dia langsung menyukainya. dia jatuh cinta pada roti buatan kita Sophia. Dan kebetulan Koki istana yang mendapatkan tugas membuat roti sedang sakit keras sehingga harus di pulangkan. Jadi gadis itu meminta ku secara langsung untuk bekerja menggantikan koki tadi" jelas Ibu panjang lebar. Namun demikian aku masih tetap merasa kalau ini bukan lah hal yang benar. Ada sesuatu yang salah.

"Mother tentu kau tidak mengiyakan tawara dari gadis itu bukan? bagaimana kalau gadis itu orang jahat. Bagaiman bisa dia meminta mu bekerja di istana kerajaan semudah dan secepat itu. Apa kau tau siapa dia!" ku ungkapkan semua pertanyaan yang terlintas di pikiran ku. Ibu terdiam.

"aku menduga kalau gadis itu adalah anggota kerajaan" gumamnya terdengar agak tidak yakin. Aku mendengus keras.

"Itu tidak mungkin Mother. Kau sendiri yang mengatakan kepada ku kalau semua anggota kerajaan di karang keluar dari Istana kerajaan" ujar ku.

"maksut ku mungkin dia salah satu koki di kerajaan itu juga" jelas nya kemudian. Aku memutar bola mata ku.

"bagaimana bisa seorang "koki" bisa seenak nya meminta orang yang tidak di kenal untuk bekerja di Istana tanpa ada persetujuan dari Raja dan Ratu. Memangnya Istana itu miliknya" kataku dengan nada mengejek. Ibu menghela nafas berat.

"entahlah Sophia, aku rasa kau ada benar nya. Hhhhhh badan ku serasa tak bertulang. Aku lelah sekali hari ini. Sepertinya aku akan pergi tidur sekarang, kau tidur lah juga" katanya. Terdengar jelas suara Ibu yang serak. Menandakan kalau ia benar-benar sedang lelah. Hati ku seketika terasa miris lagi-lagi perasaan tak berguna menyerang batinku membuat dada ku terasa sesak.

"yaa.. istirahat lah Mother. Aku menyayangi mu" kata ku pelan.

"aku pun begitu, Sophia" balas Ibu lalu mencium kening ku lebut. kemudian ibu beranjak menuju kamar nya. Tak lama kemudian terdengar suara pintu di tutup. Tinggal aku seorang diri. Suasana sepi menyelimuti dapur. Memberikan rasa tenang di hatiku.

Kusandarkan kepala ku di sandaran kursi kayu yang mulai lapuk di makan usia. Kupejam kan mata ku. Membayangkan ekspresi Ibu yang kelelahan, hanya mendengar suara nya saja sudah membuat hati miris dan ingin menangis. Timbul keinginan kuat untuk membantu lebih banyak dari yang biasa ku lakukan. Yah Selama ini aku hanya sekedar mebantu membuat roti, itu pun hanya bagian-bagian kecil seperti memecah kan telur, mengaduk adonan dan bagian-bagian kecil lainnya.

Ingin rasa nya aku menggantikan Ibu pergi ke pasar desa seberang untuk menukarkan roti. Pernah ku sampaikan keinginan itu pada Ibu, tapi Ibu dengan keras melarangnya. Sifat ku yang keras kepala terus memaksa ibu agar mengizinkan ku menggantikannya. Namun tiba-tiba ibu menangis tersedu-sedu sambil memeluk ku. Teringat jelas di memoriku kata-kata Ibu yang terputus-putus akibat isakan tangis nya.

"aku tau.. aku tauu kau adalah gadis yang baik Sophia sayang. Karena itu kau bersikeras meminta ku untuk me gizinkan mu pergi ke Humpshire. Tapi kau tak harus melakukannya sayang... kau sangat berharga untuk ku. Tak akan ku maaf kan diriku sendiri jika sesuatu terjadi padamu. Mengertilah itu Sophia......"

Aku pun ingat saat itu aku ikut menangis. Aku tak pernah mendengar Ibu menangis sebelumnya, dan ketika untuk pertama kali nya mendengar nya menangis dan itu karena keinginan konyol ku membuat hati ku teriris. Dan setelah itu aku memutuskan untuk mengubur dalam-dalan keinginan ku itu.

Dan malam ini, keinginan itu kembali muncul. Membuat ku perasaan ku bercampur aduk. Aku sangat ingin membantu nya, meringankan bebannya, namun di sisi lain hati ku merasa takut jika Ibu menangis seperti itu akibat kenginan ku dan membuat ku kembali merasa menjadi anak yang tidak berguna dan hanya menjadi beban untuk nya.

Oh !! Ini sungguh membuatku gila !!

Apa yang harus aku lakukan !! apa yang bisa aku lakukan !! aku merasa menjadi gadis yang bodoh!

Aku memijit-mijit pelipis ku yang mendadak terasa berdenyut-denyut.

sebaiknya aku istirahat, akan kupikirkan kembali besok pagi. putus ku dalam hati. Lalu beranjak menuju kamar menyusul Ibu yang mungkin sudah tertidur lelap.

*****

The Lost Princess ( FULL REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang