Capter 1 : Gloomy Sunday

42 2 0
                                    

  "Bolex cepat kesini, ada rasi bintang yang indah ! "itulah panggilan yang biasa kakakku lontarkan padaku. " Bolex apaan sih ka? namaku Alex, ingat ini A-L-E-X" . Nama asliku adalah Alex Arga Bimatra, sedangkan kakakku bernama Braha Alfa Bimatra. Aku 2 bersaudara. Ibu kami meninggal setelah melahirkan kami. Sekarang kami di urus oleh ayah. Ayahku sempat menikah lagi, akan tetapi, istri yang keduanya pun meninggal setahun setelah pernikahan. Hal tersebut membuat ayah selalu terlihat murung. Ia mulai mengunci dirinya di kamar, tidak pernah aku melihat dia keluar rumah. Keluar kamar pun hanya jika ia ingin makan, minum atau buang air. 

"Alex, Alex mana makanan ku ? " Sentak ayahku dari dapur. Akupun segera menghampiri ayah. " A- Aku lupa membuatnya , kalau begitu a-ayah duduk dulu sambil membaca koran saja a-" Suara tamparan keras terdengar sampai kekamar kakak. "Ayah hentikan " kakakku mencoba untuk membelaku. Perubahan sikap ayahku dimulai saat perusahaan nya bangkrut dan istri-istrinya meninggal. " Oy, kalian berdua, Kalian sudah berani menentang ayah sekarang hah ?" dengan muka garang ayahku bertanya. Aku sangat ketakutan, akan tetapi tidak ada wajah gentar sedikitpun di wajah kakak. " Ayah, apa yang terjadi kepadamu ? apa yang membuatmu sampai seperti ini ? " dengan berani kakaku melontarkan pertanyaan balik. " Hah ? Kau bilang kenapa ? Jika bukan karna kalian, Rossa tidak akan mati. Kalian sangat kejam membunuh orang yang paling ku sayangi di dunia ini." ayahkau mengungkit masalalu.

     Rossa adalah ibu kandung kami yang meninggal pada saat ia melahirkan kami. "Ta-tap-" Kakakku membungkam mulutku dan menyuruhku masuk ke dalam kamar. Aku tidak tau apa yang di bicarakan oleh mereka berdua karna kamarku di tutup rapat oleh kakakku. Rasa gelisah di dalam hati kian tinggi masuk bersama keheningan malam. Tidak berapa lama aku melamun, membayangkan apa yang terjadi antara ayah dengan kakakku. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat. Mataku mulai berat, dan badanku terasa lelah. Lalu tanpa di sadari aku tertidur.

   Seiring waktu berjalan, aku mulai  membuka mataku. Terdengar sebuah benda keras membentur lantai. Aku pun segera membuka mataku lebar-lebar dan membuka pintu kamar. Aku sangat terkejut ketika melihat darah berserakan di lantai. " Huaaaaaaaaaaaaa.... " Aku berteriak histeris dan menangis. Aku mencoba menelusuri rumahku, hingga sampai aku di dapur, terlihat sebuah mayat tergeletak di lantai. Aku menghampirinya, perasaan ku tidka enak, dan kakiku sangat berat di gerakan. Aku tidak percaya akan apa yang mataku lihat. " Bohong, ini bohong. Aku pasti bermimpi." Aku mencubit pipiku beberapa kali, akan tetapi aku yakin itu bukan lah mimpi. " Tidak, ayah bangun ayah. Huaaaaaaaaaaaaaaaa" Tangisanku menjadi-jadi . Saat yang bersamaan, terdengar suara langkah kaki mendekat ke posisiku. " Kakak ?" aku memanggil tapi tidak ada sahutan, dan langkah kaki itu kian terdengar jelas. " Ti- tidak " . Orang itu tersenyum seperti iblis dan langsung mencekik leherku. " Le-lep-lepas-kan" . Saat itu pikiranku mulai kosong. Aku hanya bisa pasrah melihat keadaan itu. Orang itu membuka mulutnya dan memperlihatkan gigi-giginya. Aku melihat 2 diantara gigi itu terlihat runcing tajam. " Va- Va- " Orang itu mulai mendekatkan mulutnya keleherku. 

      Ketika mulutnya menyentuh leherku, tiba-tiba dia berhenti, lalu melemparku ke lantai. Aku hanya terdiam melihat nya sambil berkata di dalam hati " Di-Dia V-va-m-pir". Tubuhku terasa berat di gerakan, mataku hanya membuka lebar menatap tanah. Telinga seakan tidak mendengar apa - apa. Tapi ada suara samar " yg terdengar. "Alex C--epatt L--ari ". Aku segera tersadar dari lamunanku. Aku melihat kakakku di perlakukan sama seperti ku. Ia di cekik sampai kakinya tidak menyentuh tanah. Tapi dia terlihat masih dapat berbicara. " Alex Cepat lari " dengan ajah serius. " Tidak, aku tidak mau meninggalkan kakak di sini " . Cukup lama aku berdebat dengannya, tapi kakaku terus mendesakku "Jika kamu mati, aku tidak akan pernah memaafkanmu". Tapi aku tetap menolak untuk pergi dan berusaha memukul orang tersebut dengan menggunakan balok kayu. "Huaaaaaaaa.. " aku berteriak sambil berlari menuju arah monster itu. "Rasakan ini most- " Di menyadarinya, dan dengan santai menahan ayunan balok kayu dari ku . "Cih ,, Bocah ". Balok kayu yang ku pedang ia angkat sehingga tubuhku ikut terangkat, lalu melemparkannya ke tanah. 

     Aku terhempas jauh dari posisi kakak. Mataku mulai berat, tapi kakak terus berterika " Alexx  ... Alex cepat lari. " Sambil berteriak, kakak mengeluarkan sebilah pisau dari sakunya, lalu ia menusukkannya ke mata monster itu. Monster itu terlihat kesakitan dan melemparkan kakak. Tapi kakak dengan cepat bangkit dan menghampiriku. " Alex ayo cepat kita pergi dari sini " . Aku menuruti kata-katanya. Aku di gendong oleh kakakku. Dia berlari kencang menjauh dari rumah. Namun tiba-tiba ia berhenti. " Alex, dari sini kau terus saja berlari ke sana. Jangan pernah kembali ke rumah itu. Mengerti" Kakak menatap mataku. " Ta-tapi , aku tidak mau pergi tanpa kakak" aku menggenggam tangan kakak dengan keras. " Alex ! Dengar, kakak akan pergi denganmu, tapi ada sesuatu yang harus kakak lakukan di sana. Kakak janji kita akan bertemu lagi saat kau sampai di rumah kakek " Dia memegang tanganku. " Janji ? " Sambil menangis aku mencoba untuk yakin. "Aku berjanji, Kalau begitu cepat kau lari. Jangan menengok kebelakang." Setelah aku cukup yakin, aku pun pergi meninggalkan kakak. Aku berlari sekencang mungkin dan tidak menengok kebelakang.

      Malam begitu sunyi. Salju pun terasa dingin aku rasakan. Aku pun mengambil istirahat sebentar. Bersandar di bawah pohon sambil mengusap-usap kedua tangan untuk mendapatkan kehangatan. Namun sesuatu mengagetkanku. Semak- semak yang berada di depanku. Badanku bergetar, aku tidak bergerak sama sekali aku mencoba berkata-kata " Ka-kakak ? " . Tapi hal yang tidak di sangka - sangka ternyata itu adalah vampire yang matanya di tusuk oleh kakaku di rumah. "Ah ,, Ketemu kau anak nakal "  Dia mencoba menangkapku, tapi aku menghindar dan berlari sekuat tenaga. " Hey , Kemari lah jangan pergi ". Aku terus berlari tanpa henti, pada saat itu aku ketakutan. Apa daya seorang anak kecil bisa melawan iblis. Tiba-tiba ia muncul di depan dan dengan cepat langsung mencekik ku. " Ah , Malam ini aku beruntung mendapatkan 2 bocah dengan darah segarnya ". Mataku terbelalak, dengan yakin bocah yang ia maksud adalah kakak. "Ti-tidak " . Aku hanya pasrah, rasanya ingin mati saja ketika tahu kakakku telah mati. 

     Dia melakukan hal yang sama. Mulai mengeluarkan taring dan mendekatkan nya ke pundak. Tapi ketika ia menyentuh pundakku, lagi lagi ia terdiam tak bergerak. Kali ini ia tidak melemparkanku, melainkan hanya melepaskan cengkramannya dari leherku. " Si- Sialan " dengan kesal ia berkata. "Yo, apa kau baik- baik saja ? " Seseorang yang tidak ku kenal memangku tubuhku. Tapi, perasaan takut bercampur dengan lelah ini membuat diriku lelah. Tidak banyak yang ku dengar dari pembicaraan mereka akan tetapi mereka berkata " Ikut lah dengan kami, kami akan merawatmu" Itulah yang laki-laki itu katakan. Setelah itu, aku tidak tahu apapun lagi, karna aku pingsan. 



To Be Continued !~





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Darkness DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang