[1]

211 13 1
                                    

Teruntuk yang kudamba.

Aku pernah membencimu dalam seribu bahasa, namun kau kembali membuatku berpaling menyukaimu dalam satu aksara. Kita tak pernah bertatap lewat mata, hanya saja aku tak tahu mengapa aku selalu merindumu dalam tiap helaan udara.

Katakan aku ini bodoh. Si bodoh yang jatuh cinta padamu padahal aku tak tahu apa pun tentang itu.

Katakan aku ini pengecut. Si pengecut yang hanya berani mengirimimu barisan kata penuh tanya bersama surat kaleng ini.

Engkau, yang telah aku simpan namanya dalam doaku begitu lama, bisakah kau beri aku kepastian untuk melangkah? Beri tahu aku. Apakah sudah ada yang memiliki hatimu?

Jika iya, maka aku akan berhenti. Berjalan berbalik arah dengan satu kepastian bahwa aku tak akan kembali.

Jika tidak, maka aku akan terus di sini, berjuang untuk terus menyimpan namamu dalam hatiku. Mengagumimu dari jauh tanpa perlu kau tahu siapa aku. Mencintaimu dalam rindu tanpa perlu kau risaukan hatiku yang menggebu-gebu. Sampai nanti tiba saat yang tepat, engkau pun pasti akan tahu siapa aku.

Jadi... apakah sudah ada yang memiliki hatimu?

Surat KalengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang