Chapter 1.

214 14 4
                                    

**

Kendall Point of View's

Aku melirik kearah jam yang menempel di muka kamarku, sekarang waktu menunjukkan pukul dua dini hari dan itu berarti sudah lebih dari tiga jam aku menunggu kedatangan adikku. Ya, tepat pukul sebelas tadi Mom dengan paksa menyeret Kylie begitu saja untuk ikut bersamanya ke Jen's Pub. Sudah tahu bukan jika Jen's Pub adalah salah satu diskotik besar yang dikelola Mom-ku di New York ini. Malam ini adalah malam pertama Kylie menyerahkan kehidupan dan masa depannya di tempat terkutuk itu. Demi Tuhan, sebenarnya aku ingin menolong Kylie saat Mom menyeretnya tadi. Tapi apa daya aku tidak bisa melakukan apapun, aku menyembunyikan diri di kamar tanpa berniat untuk keluar. Tentu saja, jika aku keluar tadi mungkin Mom juga akan menyeretku untuk ikut bersamanya.

Aku mulai mengantuk, tapi aku tidak bisa menidurkan diriku begitu saja disaat Kylie harus menderita di Pub sialan itu. Aku berusaha untuk tetap terjaga, menunggu sampai Kylie pulang dan aku menjadi orang pertama yang mendekapnya disaat semua masa depan dan cita-citanya hancur hanya karena sosok wanita yang sama sekali tidak pantas diaebut sebagai seorang Ibu.

Tiba-tiba terdengar suara gebrakan pintu yang begitu memekakan telinga, lantas aku segera bangkit dari posisiku dan membuka pintu kamar. Aku takut jika itu Kylie, karena itulah aku memberanikan diri untuk keluar kamar. Dengan tergesa aku menuruni setiap anak tangga yang akan membawaku ke lantai bawah. Dan benar saja dugaanku, itu memang Kylie, tapi Kylie tidak sendirian. Dia bersama— Astaga siapa dua pria bertubuh besar itu.

Kylie terjerembab ke lantai begitu saja setelah dua orang pria itu mendorong tubuh kecil Kylie dengan kasar. Baru saja aku ingin memaki kedua orang itu tapi mereka terlebih dulu membanting pintu dan  meninggalkan kami—aku dan Kylie— tanpa sepatah kata apapun. Lantas aku menghampiri tubuh kecil Kylie yang meringkuk dan segera memasukkannya kedalam pelukanku.

Dia menangis, astaga. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Don't cry please I'm here Klee." Aku terus mengusap punggung telanjang Kylie dengan lembut. Berharap jika adik kecilku ini segera menghentikan tangisannya.

Klee adalah nama panggilan kesayanganku untuk Kylie.

"What happen, Klee? Tell me." Bisikku lembut. Kylie semakin mengeratkan pelukannya ditubuhku, tubuhnya terguncang karena isakan yang tak kunjung berhenti itu.

"Mereka memperlakukanku dengan kasar, mereka memukulku, menendangku, menjambak rambutku bahkan mereka nyaris membunuhku Ken. Mereka kejam padaku." Akhirnya Kylie bercerita juga.

Tapi tunggu dulu, siapa yang dimaksud Kylie saat ini?

"Apakah dua orang pria tadi?" Kylie mengangguk. "Bagaimana bisa?"

Kylie mendongak menatap kedua lensa mataku intense, wajahnya yang cantik sudah basah akubat derasnya air mata yang ia keluarkan sedari tadi. Aku mengusap semua air matanya menggunakan tangan-tangan kecilku. Menyibakkan rambutnya dan mengangguk memberi keyakinan kepadanya.

Kylie menghela nafas panjang, kedua matanya terpejam dan satu bulir kembali jatuh dari balik kelopak mata tertutupnya itu. "Mom yang menyuruh mereka, karena aku tidak mau melayani para pria bajingan itu. Aku tidak bisa Ken, aku tidak siap mempertaruhkan masa depanku hanya untuk paksaan semacam itu. Aku benar-benar tidak bisa, tapi Mom marah dan dia membuatku lebih menderita lagi." Kylie kembali terisak hebat setelah becerita padaku.

Entah kenapa aku sedikit merasa lega mendengar cerita Kylie, karena sampai sekarang adik kecilku masih menjaga utuh mahkotanya. Tapi aku harus melakukan sesuatu, aku tidak mungkin membiarkan Mom melakukan hal yang lebih buruk lagi dari malam ini. Aku harus menyelamatkan Kylie, bagaimanapun caranya. Ini bukan tentang durhaka atau apapun, ini tentang masa depan Kylie. Hanya dia satu-satunya yang aku sayangi setelah Daddy meninggalkan kami berdua. Karena itulah aku harus mencari cara untuk menghentikan semua kegilaan Mom.

HOPELESS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang