Seseorang bertubuh tinggi, memakai tindikan anting di kedua telinga nya, rambutnya berwarna cokelat baron dan selalu menaikan rambutnya, suaranya serak dan sering memakai jaket berwarna hitam. Ya, kekasihku. Dia bernama Junecolas, banyak yang memanggilnya June.
Semua orang di sekolahku menganggap bahwa dia anak yang tidak baik untukku, karena dia sudah tidak sekolah lagi, meskipun begitu aku akan tetap mencintainya, sangat.
Pancaran matahari mengenai dahiku, aku menutupnya dengan satu lenganku. Hari ini aku berencana mengunjungi June di tempat biasa dia berkumpul dengan teman-temannya, mereka semua menanggapiku dengan baik dan ramah."Mau kemana lagi kau, Van?"
Dia, teman baikku. Orang yang paling mengerti keadaanku, dia yang sering memberi teguran dan nasihat kepadaku jika aku melakukan sesuatu yang salah.
"Pergi ke tempat June lah!" jawabku santai sambil mengikat tali sepatu kets yang baru dua hari di belikan oleh Ayahku.
"Bukannya sekarang kau ada acara, ya? Kenapa pergi? Kalau Ayahmu tahu aku harus bicara apa?" tanya nya dengan nada khawatir.
Aku memukul bahu nya pelan dan tersenyum tipis padanya, menatapnya dengan penuh keyakinan.
"Bilang saja kalau aku sedang mengunjungi acara itu."
"Tapi kalau Ayahmu tidak percaya?"
"Yasudah sih kau jujur saja! Aku berangkat!"
Tanpa basa-basi lagi aku langsung lari dan pergi dari rumah, dia meneriaku sekeras mungkin tapi aku tidak peduli dan tidak menghiraukannya, yang aku peduli sekarang hanya ingin bertemu June, kekasihku.
Sesampainya, aku melihat sekerumpulan teman-temannya sedang bermain-main dan ngobrol tapi aku sama sekali tidak melihat sosok yang aku cari. Tatapanku sudah lelah mencari ke sudut-sudut tempat di area sekitar situ tapi tetap saja dia tidak ada. Akhirnya, aku putuskan untuk mencari June dirumahnya. Sebenarnya June melarangku untuk mengunjungi kerumahnya, aku juga tidak tahu kenapa tapi aku tidak peduli.~~~
Sudah berapa lama aku tidak bertemu dengan kekasihku? sudah 2 minggu, mungkin. Sejujurnya aku sungguh merindukannya. Merindukan suaranya, kelakuan dan perkataannya yang sangat konyol dan dengan wajah nya yang cantik dan selalu tersenyum saat melihat ke arahku.
Aku sengaja tidak mengabarinya dan tidak mau bertemu dengannya, alasannya konyol sekali. Karena aku miskin dan dia kaya. Mungkin dengan begitu aku dan dia bisa berpisah dan tidak menjalin hubungan yang tidak serius seperti ini, menurutku. Terlebih lagi saat teman-temanku mengatakan bahwa 'dia terlalu bagus untukmu June.' Sejak saat itu, aku berpikir untuk mengakhirinya tapi sayangnya dia malah mengatakan 'Aku memang terlalu bagus untukmu! Maka dari itu kau harus mempertahanku!' Itulah kata-kata terakhir yang aku dengar darinya.Hari ini pun aku tidak datang ke tempat biasa aku kunjungi, bahaya kalau Vani berada disana.
*knock knock*
Terdengar suara ketukan gerbang dari arah luar sana, saat aku melihat ke arah jendela ternyata orang itu. Orang yang selalu mengatakan 'pertahankan aku!' bodoh, memang. Aku sengaja menghiraukannya walaupun agak sedikit berat bagiku.
"June!"
Suaranya lantang sekali, mengangguku yang sedang tiduran dan tidak melakukan hal apapun.
"June!"
Suaranya yang kedua juga terdengar lantang, sangat mengangguku. Sebisa mungkin aku harus mengabaikannya agar dia muak padaku.
"June! Aku merindukanmu!"
Suaranya yang ketiga, terdengar lebih lantang. Kali ini aku mendengar kata-kata yang jarang sekali dia ucapkan. Dadaku terasa begitu sesak, secara tidak sadar aku mengatakan "Sorry." dengan amat pelan, lalu melihat ke arah luar, dia meloncat-loncat sambil melihat ke arah pintu rumahku tanpa dia sadari kalau aku berada di jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apology
RandomYou always waited for me at the same place as always, but i was gone. Dont trust me like a fool, said i'd protect you forever but it was all lie. For some reason today the Tv dramas i always watched have such cliche scene that seem to be laughing at...