Author's PoV
Langit di atas kota Alabama terlihat cerah berawan pagi ini. Daun-daun yang berguguran menghiasi halaman rumah kecil itu. Seorang nenek keluar dari rumah itu dengan kursi roda. Sambil menyapa tetanggannya, nenek itu terus memandangi tanaman favoritnya, kaktus. Kaktus yang tingginya sekitar 30 cm itu berada di taman kecil depan rumahnya.
Matahari yang sudah memunculkan sepenuhnya dirinya, memancarkan sinar yang mengintip jendela kamar gadis berambut pirang itu. Tubuh gadis itu menggeliat di atas kasurnya yang nyaman. Matanya sedikit terbuka ketika melihat neneknya membuka jendela.
"Uh, selamat pagi nek," gadis itu berusaha bangkit dari posisinya.
"Ah, aku mengantuk sekali. Pukul berapa ini?" gadis itu terjatuh lagi di kasurnya.
"Pukul 6.25, kau sekolah pukul berapa hari ini?" jawab nenek penuh kasih sayang.
"Apa? Pukul 6.25? Hari ini sekolah pukul 8.00, nek."
"Aku tidak perlu antar jemput Paman Fred lagi. Aku bisa jalan kaki atau dengan sepeda." tambah gadis itu.
Siapa yang tahu bahwa hidup gadis itu bisa dibilang mengenaskan? Ayahnya, ibunya, dan kakaknya telah pergi meninggalkannya. Kini dia hanya bersama neneknya. Nenek satu-satunya. Dan dia tak yakin hidupnya akan dihabiskan sepenuhnya bersama neneknya.
Gadis itu hendak mengeluarkan sepedanya. Namun tiba-tiba dia berhenti melakukan aktivitasnya tadi. Dia memandang rumah disamping rumahnya. Rumah itu kini tanpa suara. Hanya ada suara dua orang dewasa yang mengobrol sambil duduk-duduk di teras rumah.
Liam, Kelly, andai saja kalian masih disini. Teriak hati gadis itu. Dua nama tadi diteriakkannya setiap hari, setiap dia keluar rumah dan menengok ke rumah di sebelah kiri miliknya. Dua nama tadi adalah sahabatnya. Tiga tahun lalu, dua nama itu pindah ke luar kota, dan membuat gadis itu menangis seharian. Meskipun bisa bercakap lewat telepon atau video call, tetapi beda rasanya dengan bertemu langsung. Kedua kakak beradik itu adalah sahabatnya. Sahabat seperti saudara sendiri."Permisi semua. Aku harus lewat." kata gadis itu sambil sedikit berteriak di lorong yang penuh siswa siswi yang menggerombol.
"Kau tidak lihat, Chloe? Mereka sedang boxing!" pantas saja disini ramai.
"Niall!" teriak Chloe.
Chloe tidak senang melihat sahabat barunya itu bertengkar. Apalagi adu jotos dengan Harry, penguasa sekolah ini. Huh.. dia memang suka mencari masalah dengan murid lain. Muka Harry sudah penuh memar begitupun dengan Niall. Keributan itu semakin menggila. Tak seorang murid pun yang mau melerai mereka. Sampai akhirnya Chloe yang berlari ke arah dua 'petinju' itu.
"Hentikan, tolong." Chloe berlari ke arah Niall dan Harry.
Bruk....
"Aww..." pekik Chloe, rupanya Harry salah sasaran, dia malah meninju Chloe.
Saat itu juga Chloe pingsan, akhirnya adu jotos itu berakhir. Berakhir karena rasa bersalah diantara keduanya, sepertinya. Guru yang melihat kejadian itu hanya bisa berteriak memarahi semua murid termasuk Niall dan Harry, hah, terlambat untuk mengatasi keributan ini.
Kau telat, Sir. Bisik lirih salah seorang murid. Mr. Drew yang mendengar lirihan itu langsung menatap-tatapan membunuh-murid itu.
Tubuh mungil Chloe digendong ala bridal style oleh Louis. Louis Tomlinson, salah satu murid populer di sekolah ini. Bayangkan, jika kau yang hanya gadis culun, digendong oleh murid populer. Sedikit aneh. Louis membawa Chloe ke ruang UKS. Samar-samar suara nafas Chloe seperti tercekat. Pipi mulusnya memerah-keunguan. Lebam. Rupanya Harry terlalu keras memukul wajahnya. Maksudnya, Harry salah sasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again ( N.H )
FanfictionMembuka lembaran kehidupan yang baru tidak mudah bagiku. Aku hanya gadis yang mengenaskan. Kedua orang tua dan kakakku telah tiada. Kini aku hidup bersama nenekku di Huntsville, Alabama. Tragedi dua tahun yang lalu, tepat pada musim gugur di New Yor...