Listen: Notice- Diana Vickers, Lies - Bigbang, BLUE - Bigbang, Utakata - Kagrra, , Melancholic - Plastic Tree
*****
Drrt! Drrt! Drrt! Ponsel Car bergetar keras di saku roknya. Taka, tertulis di layar cover. Gadis itu tersenyum.
"Yep?" tanyanya riang menjawab panggilan itu.
"Caaar! Where are you??" teriak Taka di seberang saluran.
"Tempat biasa. Mau kesini?"
"Diam di tempat dan jangan bergerak, okay?" sambungan diputus dengan terburu-buru.
Car bengong menatap layar ponselnya sejenak. Ia melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. Ah, ah.. padahal sudah jam sembilan malam.
"Eugene, tolong buatkan cordon bleu dan herbal tea seperti biasa ya!" seru Car sambil mengangkat tangannya pada pria kekar di belakang mesin kasir yang masih memakai celemek putih.
"Oui, oui . Moi Mademoiselle!" pria itu mengacungkan dua ibu jarinya.
Car tersenyum. The B's agak ramai malam itu. Mungkin karena baru saja ada pertunjukkan di Xylon dua jam yang lalu. Ia meneruskan mencoret-coret buku catatannya dengan sketsa-sketsa gerakan tari.
*****
"Ini dia makananmu, L'enfant Aigle." Eugene meletakkan cordon bleu dan herbal tea buatannya di hadapan Taka yang wajahnya memerah dan berkeringat. Ia berlari dari asrama kampusnya ke B's yang berjarak 3 blok.
"Merci, monsieur. Ah, terima kasih juga selalu menjaga sahabatku ini tiap malam dari serangan para penggemarnya." Ia menunjuk Car dengan seringai lebar.
"Hei!" seru Car sambil mencubit pipi Taka, membuatnya semakin merah. Eugene dan Taka tertawa keras. Pria itu berlalu setelah mengacak rambut Taka.
"Aaaah.. makanan ini membuatku hampir kalap dan lupa maksudku kesini. Kau selalu tahu apa yang kuinginkan tiap kesini."
Taka sudah memasang serbet di lehernya. Tapi Car menariknya kembali ke meja.
"Ayolah. Jadi ada kabar apa sekarang?"
"Okay, girl. Hmm.. sebenarnya aku bingung mulai dari mana."
"Dari mana saja!" seru Car.
"Ah, kau ingat Sara, gadis timur yang kutemui di perkumpulan mahasiswa asing?"
Car mengangguk sambil menyesap kopinya.
"Dan sudahkah aku pernah bilang padamu kalau aku menyukainya?" kali ini Car mengangguk sambil terkikik.
Mendadak Taka berhenti bicara. Ia menelan ludah dan pipinya bersemu merah.
Car terbelalak, ia jadi tak sabar. "Lalu?"
"Aku.. aku barusan, tadi siang, menembaknya."
Wajahnya memerah.
"Kau tau, Car. Aku sangat gugup seperti bocah 6 tahun yang baru mau masuk sekolah di hari pertama."
Taka tak bisa berhenti bicara sekarang. " Tapi, tapi dia manis sekali dan itu membuatku semakin gugup. Aku hampir saja berlari pulang ke asrama kalau tak ingat petuahmu tentang bunga layu kemarin dulu. Caaarrr, sekarang pun lututku masih gemetar!" ia menelan ludah dengan susah payah dan melanjutkan, "She said yes!" ia akhirnya berhenti menyerocos ketika melihat Car tersenyum lebar.
Matanya menyipit hingga ada setetes airmata di mata kirinya.
"Wow, sepertinya anak elangku sudah bisa terbang sekarang." Car bertepuk tangan.
"Ya ampun, kau membuatku semakin gugup." Taka menelungkupkan kepalanya ke bantal di sofa.
"Hahaha akhirnya kau yang bermasalah dengan kata-kata bisa mengungkapkannya juga. You're fantastic, baby." Car mengulurkan tangannya untuk menepuk bahu Taka.
Anak lelaki itu menangkap tangan Car.
"Tahu apa yang kukatakan pada Sara?"
Car mengernyitkan dahi, mengedikkan bahu sambil tersenyum.
"Come be my lady." Taka menunduk dan mengecup punggung tangan Car. Ia menyeringai. Car terdiam, tetapi sedetik kemudian tersenyum dan menarik tangannya. Menepuk pipi Taka pelan.
"Kau sudah belajar merayu rupanya ya!"
"Hahaha itu judul lagu di album lama Sol dan grupnya. Dia memberikan album itu dengan judul yang diberi garis bawah."
"Wah, curang sekali. Ternyata kau diberi contekan! Bodohnya kau, mau diberi contekan oleh orang yang pacaran saja belum pernah seumur hidupnya."
"Apaa??!! Muka-muka begitu ternyata Sol belum pernah pacaran? Nah, sepertinya setelah ini aku harus mengajarinya." Taka berpose sok keren.
"Tapi biarlah, Car. Meskipun kata-katanya hasil contekan, tapi detak jantungku yang serasa balapan itu memang punyaku kok!"
Mereka berdua tertawa bersama.
Sebentar kemudian sup ayam dan garlic bread Car datang. Mereka makan makanan masing-masing sambil bercanda.
"By the way, sudah merencanakan first date?" Tanya Car sebelum menggigit garlic breadnya. Remah roti itu tertinggal di bibir dan Taka dengan sigap membersihkannya dengan serbet.
"Nah itu dia." Ia menelan makanannya.
YOU ARE READING
Lies
Short StorySatu lagi tulisan yang kuungsikan dari facebook hahaha Tulisan ini seperdelapannya mungkin bisa dianggap fan-fiction BIGBANG, karena waktu nulis aku lagi ketagihan karaoke dengan lagu Lies-nya mereka (abaikan fakta kalau rapnya nggak mungkin ku-hand...