Tiga

11 0 0
                                    


______

Ray Pov

Aku mengerjapkan mataku sekali lagi. Namun, jam dinding dikamarku terlihat semakin meremang. Pandanganku kabur. Aku mengucek mataku. Sepertinya ada sesuatu yang menghalangi mata ini.

Tidak.

Pandangan kabur seperti ini sudah menghantuiku beberapa minggu yang lalu. Awalnya, aku tak terlalu memikirkan. Tapi, dirasa-rasa kok..aku seperti terserang mata minus.

Ah tidak!

Aku berjalan menuju kamar Raeka. Berinisiatif untuk menanyakan perihal gangguan mataku.
Dia kan anak IPA, pasti tahu alasan mengapa mataku seperti ini.

Tok..tok.

Aku mengetuk pelan pintu kamarnya.

"Rae !" Panggilku kepada Raeka yang belum juga membukakan pintu kamarnya.

1 menit..dan--

"Iya sebentar"Terdengar suara seorang perempuan dari dalam serta derap langkah mendekati pintu.

Terlihat handle pintu yang sudah bergerak.

Ceklek.

"Ray? Ada apa?" Tanya Raeka dengan wajah bantalnya. Gadis sayu nan rona ini pasti baru bangun tidur.

Aku menggaruk rambutku yang tidak gatal.

"Mau nanya Rae."Ucapku to the point.

Iya ber-oh ria. Dan membuka pintunya lebih lebar seraya memberikan kode untuk aku masuk ke dalam.

"Eum..tunggu, mau disini atau di ruang tamu?" Tanyanya sambil menahan daun pintu yang tadi dibukanya melebar.

"Eum.. Di ruang tamu aja deh." Jawabku langsung. Ia pun langsung menutup pintu kamarnya. Dan kita berjalan beriringan menuruni anak tangga menuju ruang tamu.

"Jadi..kenapa Ksatria Cengeng? Hehe.." Tanyanya dengan panggilan kecilnya untukku. Ia menopang dagunya dengan telapak tangannya.

Siap mendengarkan pertanyaanku.

"Eum.. Mataku serasa sakit saat menatap benda-benda yang berjarak jauh. Kaya tadi aja, aku liat arah jarum jam yang berada jauh dariku itu malah membuat mataku sakit, lalu pandanganku memudar. Kenapa ya?" Tanyaku panjang lebar.

Ia mengangguk-angguk berusaha memahami pertanyaanku barusan. Belum sempat menjawab, ia bangkit dari sofa."Sebentar yaa.. Aku liat buku dulu. Soalnya gejala itu kaya yang minus."

Iapun berjalan kekamarnya lagi. Beberapa menit kemudian. Dan dia kembali dengan buku berwarna biru yang di genggamnya.

"Nih..coba diliat"Serunya kepadaku sambil menyodorkan buku tebal yang dibawanya. Aku membelalakan mata. Inikan buku Fisika.

Oh Tidak.

Ku putar bola mataku malas. Aku butuh penjelasannya bukan materi bukunya.

"Kamu aja yang jelasin Rae!"Pintaku pada Raeka.

Ia tersenyum cengengesan."Aku lupa teorinya hehe.."

Aku menghela nafas ."Pantes aja aku di sodorin buku ini."

Ia tersenyum dengan wajah tak merasa bersalahnya.
"Maaf.., gimana nanti kamu tanya ke Mami kamu aja Ray..kan Mami kamu Bidan"Usulnya yang sepertinya sia-sia saja.

Mami memang seorang Bidan. Tapi bukan seorang Dokter Spesialis,Raeka Sayang..!

Catat itu. !

"Kamu ini gimana sih. Mami pasti tak terlalu memahami Rae..,, pinter banget sih kamu Quenby.."Ucapku seraya menjawil hidungnya yang tak terlalu mancung itu.

RAE. .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang