Cuaca yang baik pagi ini di london. Cahaya matahari mulai diam-diam memasuki koridor hingga akhirnya melewati tiap ruang-ruang kelas. Orang berlalu lalang dengan gontai dengan sesekali menguap seakan dia baru saja terbangun dari tidur nyenyak nya setelah melakukan aktifitas. Beberapa orang berjalan dengan se-cup latte dengan sesekali menegukannya untuk membantunya menajalani senin pagi yang panjang minggu ini.

Aku duduk di koridor dengan sesekali menatap jendela besar berbentuk W yang sedikit menyuguhkan ku pemandangan kota London pagi ini yang memberiku ketenangan akan pemandangan kota London yang masih sepi dari mobil-mobil yang berlalu lalang.

Aku berdiri dari duduk ku dan berjalan menuju cafe di dekat sekolah untuk membeli segelas cappuccino caramel dan beberapa potong roti untuk mengisi perut ku.

"Kau mau tambahan gula lagi nona?Tanya Seorang pria dengan rambut coklat dibalik counter itu menawari ku.

"Tidak, kurasa cukup" ujar ku singkat yang dibalas oleh anggukkan kepalanya.

Aku membawa pesanan ku menuju meja yang melekat pada pingir kaca. Baiklah, aku akui pemandangan dari sini cukup bagus.

Tanpa terasa aku hampir 3 tahun berada disini. Ya sekolah ku. Wingskettle High Schools namun anak anak di sini lebih sering menyebutnya dengan singkatan menjadi 'WHS'.

Aku menyeruput cappuccino caramel ku dengan mata ku yang masih terus menatap ke luar jendela. Entah apa yang sedang aku lihat saat ini, mata ku seakan punya pikiran nya sendiri, ia terus menatap tajam ke segala penjuru arah mencari apa yang ingin ia lihat seakan membelah sesuatu yang mengahalangi pandangannya.

Sudah 15 menit aku berada disini. Aku mengeluarkan ponsel ku dari saku ku dan dengan segera jemari ku mulai berkutat dengan sendirinya hingga akhirnya jari ku memilih untuk menghubungi seseorang.

Seseorang di seberang sana mengangkat telfon ku di dering ke 2.

"Hi" sapa ku ketika mendengar seseorang bedehem di seberang sana.

"Morning" ucap suara seorang pria di balik sana dengan suara serak khas yang menandakan bahwa dirinya baru terbangun tidurnya.

"Kapan kau datang? Disini masih terlalu sepi. Kurasa kelas masih akan di mulai dalam 1 jam lagi" ucap ku pada pria di seberang sana. Dia sahabat ku, Sam.

"Kau disekolah? Oh ya tuhan, ini masih terlalu pagi. Apa yang sedang kau lakukan disana?" Tanyanya dengan nada sedikit kaget, aku dapat mendengar suara decitan tempat tidurnya, kurasa ia akan pergi keluar kamarnya.

"Yeah.. Aku hanya bosan berdiam di rumah jadi aku datang.. Ya kurasa, agak pagi kali ini. Aku hanya duduk di cafe sekolah" jelas ku padanya

"Kau baru bangun?" Tanya ku lagi

"Yeah.. Terbangun oleh suat telpon berisik darimu itu hahaha" ucap Sam dengan tertawa renyahnya. Suara yang paling kusuka.

"Sorry.. Bisa kau kemari sekarang?.. Hmm aku hanya bosan duduk berdiam diri sendiri disini" ucap ku jujur kepadanya.

"Ayolah kau ini benar-benar. Baiklah aku akan kesana dalam 30 menit sayang" ucapnya dengan nada kekehan kecil di setiap ucapannya.

"Aku bersumpah akan memukul mu dengan tas besar nyonya Darmis bila kau memanggil ku seperti itu lagi!" Ucap ku berbohong. Sebenarnya aku sangat suka ketika dia memberiku panggilan itu. Entahlah. Mungkin aku merasa... Spesial?

"Aku tau kau menyukainya. Akuilah. Baiklah aku akan bersiap-siap, bye" ucapnya.

"Bye" balas ku padanya dan langsung mematikan sambungan telfonku.

Aku berjalan dari meja ku menuju lemari yang berisi kumpulan novel yang memang disediakan untuk pengunjung cafe ini. Aku memilih sebuah novel yang berisi tentang kisah percintaan. Awalnya aku malas ketika melihat prolog di bagian awalnya, memang novel percintaan bukan lah selera ku. Aku tak suka dengan cerita cinta yang sangat tidak nyata. Tapi mungkin kali ini aku harus mulai belajar menyukainya.

Baiklah untuk sekali-kali aku harus membacanya, bukan kah itu baik kita berusaha untuk menyukai hal yang kita benci? Oh ayolah itu konyol. Batin ku dalam hati mengingat kata-kata tadi terlintas begitu saja di benak ku.

Aku kembali ke meja ku dan mulai membuka novel itu dan tanpa ku percaya aku mulai larut dalam cerita di dalamnya.

Ternyata itu tidak benar. Tidak selamanya sesuatu yang kau cap buruk itu benar-benar buruk. Ternya istilah "don't judge book by its caver" memang benar. Tunggu. Sebenarnya cover bukunya menarik. Tapi bagian prolognya masih saja mengganggu ku.

Aku mulai larut semakin dalam di setiap adegan serta konlik dalam novel ini.

"Motion of love" aku bergumam mengulang judul novel itu.

Aku suka akan cerita dalam novel itu yang menceritakan seorang wanita yang hidup dalam kehancuran kehidupan dalam keluarganya dan akhirnya dia bertemu dengan lelaki brengsek yang membuatnya jatuh hati dan..

"Menunggu dalam waktu yang lama nona?" Sebuah suara menyadarkan ku yang sedang larut dalam novel yang sedang ku baca. Aku menggakat kepala ku.

"Oh hi Sam!" Sapa ku kepada asal suara yang ternyata pemiliknya adalah Sam.

"Buku apa yang sedang kau baca sampai kau tak menyadari kehadiran ku?" Tanya nya sembari menarik kursi di samping ku. Aku melihat senyum mengejek dibalik wajahnya dan itu langsung membuat ku tersadar.

"Nothing!" Ucapku yang langsung menutup novel gila itu. Dia terkekeh melihat tingkah ku.

"Sekarang kau sedang membaca novel cinta bukan?" Tanyanya mengoda ku. Aku mendapatkan diriku sekarang dengan pipi ku yang sudah merona karena malu.

"Well, aku hanya mencoba menyukai sesuatu yang aku tak suka selama ini" ucap ku jujur kepadanya.

"Aku berjanji akan membelikan mu setumpuk novel cinta untuk kau baca. Mungkin nanti kau akan membayangkan ku sebagai pemeran lelakinya" ucapnya padaku sembari terkekeh dan aku menyadari bahwa tadi dia menekankan kata 'cinta' nya pada ku. Menyebalkan.

"Terima kasih. Tapi tidak perlu" ucap ku padanya dengan senyum manisku yang paling ku buat-buat. Aku menyeruput minuman ku tanpa menghadapkan wajahku pada wajahnya. Aku kesal karena dia mengejek ku. Sam kembali terkekeh. Dia menopang dagunya dengan tangan nya dan mulai memperhatikan ku.

"Apa?" Tanya ku padanya karena aku mulai merasa risih karena dia memperhatikan ku.

"Harus ku akui Wess, kau sangat lucu" ucapnya memuji ku sembari menatap mata ku tajam. Ugh mata itu. Batin ku. Bisa kurasa kan pipi ku mulai merona dibuatnya.

"kau baru tau?" Ucap ku padanya berusaha memalingkan tatapan mata hijaunya pada mata ku. Dia kembali terkekeh. Sepertinya dia senang sekali mengoda ku.

" 07.45, ayo ke kelas. Kau ada kelas apa pagi ini?" Ajak Sam pada ku. Aku mengangguk mendengar ajakan nya.

"Entahlah mungkin kimia" jawab ku singkat seraya berdiri menengeng tas kulit ku.

"Terserah kau saja" ucapnya pada ku saat aku membuka pintu cafe untuk ku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Savant GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang