Part 1

15 0 0
                                    

Selalu saja, kata Tia benar-benar membuat aku berpikir dua kali atas apa yang akan aku lanjutkan kedepannya.

Memang benar saja, sejak SMP dulu bahkan sejak SD aku sangat suka berorganisasi, bertemu dengan orang-orang baru dan mengenal banyak karakter yang belum pernah aku temui sebelumnya, bahkan belum pernah aku bayangkan.

"Kalau mau daftar OSIS. Bisa di booth paling ujung tuh. Tentang sekolah kita" Kata Tia menunjuk booth yang paling ramai itu.

Sebenarnya, bukan karena anak-anak itu ingin menjadi anggota OSIS tetapi karena ada kak Ical, yang tampan dan membuat banyak wanita luluh padanya.

Walau aku sempat berpikir ulang dengan perkataan Tia, aku memutuskan untuk mendaftarkan diri ke OSIS.
---
Pagi ini aku berangkat lebih pagi dari biasanya, karena setelah hari itu aku mendaftarkan diri sebagai anggota OSIS, aku harus selalu datang lebih pagi dari teman-temanku yang lain.

Rumornya, hari ini akan di adakan seleksi anggota OSIS, dan Calon Ketua OSIS. Aku sendiri sebenarnya tidak begitu takut, ataupun deg-degan dengan seleksi ini. Karena saat SMP, aku sudah pernah merasakannya.

Entah kenapa pagi ini sekolah sudah ramai. Maksudku, banyak anak-anak calon OSIS yang datang lebih pagi dari biasanya.

"Melia!" teriak seseorang memanggil namaku dari pinggir lapangan. Dan aku menemukan Tia disana. Untuk apa dia datang pagi-pagi seperti ini?

"Lo ngapain pagi-pagi udah disini?"

"Kan lo mau seleksi, jadi gua ikut datang pagi juga deh. Engga apa-apa kan?" tanya Tia dengan jiwa carenya yang sangat tinggi itu.

"Yaampun, Tia..." aku bertingkah sedikit berlebihan. Jujur saja, Tia adalah satu-satunya manusia yang memperdulikan aku lebih dari dia memperdulikan dirinya sendiri, walau saja aku tak sebegitu kepadanya.

Seleksi dimulai pukul delapan pagi hingga jam tiga sore. Seluruh anak yang mengikuti seleksi diberi dispensasi untuk seleksi kali ini.

Kami dibagi menjadi sepuluh kelompok. Setelah melalui waktu tiga bulan hingga seleksi hari ini. Aku sudah mengetahui beberapa karakter dari masing-masing anak.

Ada yang hanya ikut-ikutan, iseng aja, niat banget sampe yang merasa bahwa dirinya lah yang terhebat. Dan aku masih bersikap biasa saja dengan seleksi kali ini. Pada sesi kali ini, suasana diruang seleksi sedikit ricuh. Karena harus memilih satu perwakilan dari setiap kelompok untuk di calonkan menjadi ketua OSIS.

----

Ada rasa hendak menyalonkan diri. Tapi perkataan Fariz saat aku berpacaran dengannya kembali terngiang.

"kalau lo terus sibuk sama kegiatan lo. Lo gaakan punya banyak teman"

Ah! Shue.

"Gue mau jadi Ketua OSIS." Ucap nada sok sang wanita kecil, berkacamata dan lidah cadelnya itu.

Ica. Alisa Setiawan.

Wanita yang paling ambisius yang aku tahu selama aku melewati tahapan seleksi sejak tiga bulan yang lalu.

"Tapi kan lo masih kelas satu, Ca" tegas Doni. Murid laki-laki yang benar-benar sangat benci kepada Ica.

Doni sering sekali, mendumal kekesalannya pada Ica.

"itu anak sedeng apa gila sih. Jadi cewe ambisius banget. Apa-apa dia. Kalo sampe dia mati, dia kali yang gali kubur sendiri"

Suasana di kelompokku saat itu benar-benar tegang dan dingin. Kekesalan tidak hanya dirasakan aku atau pun Doni. Tapi hampir seluruh anak kesal pada sikap Ica.

"Ya suka-suka gue lah. Kan gue yang ajuin diri."

"Ya tapi kan di sini ada kak Ihsan." Doni menegas di akhir kalimat.

"Yaudah, kalo lo mau maju. Maju aja, Ca" ikhlas kak Ihsan dengan wajah datarnya itu.

Iya, ada gondok diwajahnya.

Sepuluh siswa maju didepan forum. Membacakan visi misi yang mereka buat sebagus mungkin dengan waktu seminim mungkin.

Ditengah sesi pembacaan visi misi. Ibu May mengacungkan tangannya. Berdiri dan memotong sesi itu.

"Ibu mau bertanya. Kenapa Damar tidak mencalonkan dirinya?"

Damar?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GloomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang