I

150 13 0
                                    

"Bisakah sekali saja kau tidak bertindak ceroboh?"bentak wanita tua dengan kacamata yang bertengker di hidungnya.

Kepala mungil itu terus tertunduk, dan kata maaf terus terucap dari mulut tipis.
Kejadian ini tak luput dari padangan orang orang yang sedang menikmati sore hari di kedai miliki nyonya bertha termaksud gadis bermata coklat yang sedang duduk di pojok cafe dengan secangkir coklat panas dan sebuah novel yang sedang ia baca.

"Kau ku pecat!! Dasar anak tak tau diri!!!" Teriakan lantang nyonya bertha kepada anak didepan nya.

tubuh anak itu semakin gemetar dan ia menjatuhkan dirinya dilantai seakan bersujud mohon ampun.
Tapi sayang nya nyonya bertha langsung pergi meninggalkan nya tanpa mau melihat lagi.
Semua orang tahu bahwa nyonya bertha kejam, namun tak ada satupun yang berani ikut campur.

Anak kecil itu berdiri dan berjalan meninggalkan cafe dengan kepalanya yang tertus tertunduk.
Sekali lagi gadis itu menghembuskan nafas beratnya sambil memijit pelipisnya. Sampai kapan tante nya akan bersifat seperti itu? Pikirnya dalam hati
Ini bukan pertama kalinya kejadian seperti ini, entah sudah berapa kali kejadian seperti ini seakan setiap minggunya ini semua akan terjadi. seperti sebuah kebiasan yang terjadi

Sang gadis memutuskan untuk meninggalkan cafe dan mencari anak kecil tadi, oh tuhan betapa menyedihkan nya ia. Masih kecil namun sudah kerja dan di perlakukan tidak baik oleh majikan nya, bagaimana jika ia trauma? Dimana orang tua nya? Kenapa membiarkan anak sekecil itu untuk kerja? Jika di perkirakan umur anak lelaki itu sama dengan umur adiknya sekitar 14thn. Sungguh ironis bukan? Pikiran nya dalam hati dan terus menyebutkan sumpah serapah terhadap wanita kejam yang bukan lain adalah tantenya. Oh bukan nya miris dunia ini?

Mata coklat itu terus memandang sekeliling nya, hingga dia menemui apa yang ia cara.

"Hey kau"teriak sang gadis kepada yang didepan nya.

Namun yang di panggil tak menghiraukan dan terus berjalan membuat gadis itu mengeram dan berlari kearah nya

"Hey"tepukan pundak membuat yang di panggil membalikan badan nya kaget, mata biru itu bertubrukan dengan mata coklat miliknya.

Gadis itu terpaku di tempatnya, mengingatkan pada sesuatu yang selalu mengangu nya setiap malam.
Mata biru yang indah, bulu mata yang lentik, hidung mancung dan rahang yang kokoh. anak lelaki didepan nya sangat tampan dan mempesona. Orang tua mana yang tega membiarkan anak kecil seperti dia bekerja di tempat nenek lampir seperti bertha?
Benar bukan? Bahwa cerita hidup tak seindah yang diceritakan dinovel.

"Ada apa?"suara lembut nan merdu membuat dia tersadar dari lamunan nya.

"Apa kau baik baik saja?"lanjut anak itu dengan raut wajah bingung melihat wanita yang memanggilnya hanya diam mentap wajahnya,apa sebegitu jeleknya aku?tanya nya dalam hati

"Hah? Ya aku baik baik saja"ujar gagap gadis itu.

"Ah iya, harusnya aku yang menanyakan itu kepada mu"ucap gadis itu.

Dan anak kecil itu hanya terkekeh melihat kelakuan wanita cantik di depan nya. mata coklat bening,bulu mata yang lentik dan bibir pink tipis ditambah rambut pirang cocok dengan kulit putih. Satu kata untuk wanita didepan nya "perfect"

"Siapa namamu?"tanya wanita didepannya membuat ia tersadar bahwa dia baru saja menatap lekat.

"nama ku andrean hils"ucap sang anak kecil dengan kepala tertunduk, ia sangat malu telah ketauan menatap lekat wanita didepannya.
Dan suara kekehan merdu itu membuat dia semakin menundukan mukanya dan meruntukin kebodohan nya

"Kenalkan nama ku timberly sky. Kau bisa memanggil ku timber" ujarnya dengan suata merdu dan senyum yang menghias wajahnya. Dan detik itu juga anak kecil itu berucap dalam hatinya "dia seperi malaikat"



Sore itu mereka habiskan dengan duduk ditaman, mereka menertawakan berbagai hal dan bercerita berbagai hal hingga bulan sudah mau memulai tugasnya.

"Jadi sampai disini dulu andrean. Semoga nanti kita bertemu lagi" ucap timberly sambil menepuk celananya yang kotor akibata daun kering

Mata biru itu terus memperhatikan wanita didepan nya, tak pernah sedetik pun padangan itu terlepas dari timberly.

"Mau kah kau menjadi pacar ku?"ucap andrean yang berhasil membuat timberly berhenti melakukan aktivitasnya.

Mata coklat itu membulat dan seakan ingin keluar, bibir pink terbuka. Dia berderham berharap suasana hening itu akan berakhir hingga akhirnya di mulai membuka suara

"Andrean"panggilnya serasa berjongkok dihadapan lelaki kecil ini.

Yang dipanggil hanya memandang tanpa menjawab, ia tahu bahwa timberly takan pernah jadi miliknya dia baru berumur 14thn dan wanita cantik di depan nya sudah berumur 23thn. Entah setan apa yang merasuki nya sehingga dia berucap seperti itu, tapi dia benar benar jatuh kedalam pesona timberly, bukan nya ini tidak adil? Kau menyukai seseorang yang tak bisa kau raih?
Hembusan nafas berat terdengar,yang ia ketahui bahwa timberly sedang kesulitan menjawab pertanyaan konyal yng ia berikan.

"Kau tau? Kau tampan dan mengemaskan. Kau bisa mendapatkan wanita lebih cantik dariku, kau masih sangat muda untuk mengenal rasa suka andrean. Umur mu masih panjang untuk mengenal rasa itu"ucap timberly

Timberly terus menatap lembut anak lelaki didepan nya, anak ini bisa membuat semua orang terpesona hanya dengan tatapan nya. Ia aku bahwa dia sangat menyukai mata biru itu dan tak di pungkiri bahwa ia terpesona akan lelaki itu. Tapi hanya kagum, tidak lain.
"Jika nanti kau sudah besar, kau pasti akan memiliki wanita manapun yang kau suka. Dan percayalah suka itu tak semenyenangkan yang kau pikir"ucap timberly dengan senyum tipis yang menawan

"Nah sekarang ayuk kita pulang, sampai bertemu lagi andrean hils"ucap timberly sambil mengacak rambut dan menciu puncak kepala andrean.
Membuat ia hanya bisa terpaku di tempat memandang wanita pujaan nya yang sudah berlalu dari hadapanya

"Aku tak bisa merasakan sakit, seperti apa yang ibu rasakan. Kenapa aku tak sakit saat aku ditolak seperti ibu? Apa aku tak punya hati?"tanya andrean yang terus menatap kepergian timberly sambil memegang dadanya dan berharap dia bisa merasakan yang ibunya rasakan.

Ia ingin mengetahui bagaimana rasa sakit yang ibu nya rasakan, membuat dia terus menanggis setiap malam, tapi kenapa dia tak bisa merasakan? Benarkah dia tak mempunyai hati? Apa ia tak benar benar dengan ucapanya? ia tak mengerti dengan orang dewas. Sakit saat di tinggal, sesak saat di tolat dan berkata bahwa suka tak semenyenangkan itu.







"Suka dan kagum beda tipis, sama halnya dengan cinta dan obsesi. Hampir sama namun beda rasa"



Tbc

Tolong tinggalkan jejak, walau hanya bintang itu berarti

USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang