01. Payung Hitam

63 4 0
                                    

Sabtu malam.

"Ayah ga mungkin ninggalin kita kan ma? Ayah masih hidup kan ma? Mama jawab aku!" ibunya hanya diam tidak menjawab pertanyaan Leo, pandangan nya kosong. Air mata terus mengalir di pipinya, Leo belum bisa menerima kenyataan pahit ini.

"Ayah bangun! Ayah bercanda kan? Ayah ga mungkin ninggalin aku! Bangun ayah bangun" kedua tangan Leo bergerak memeluk tubuh ayahnya yang dingin, banyak luka di tubuh ayahnya akibat kecelakaan mobil yang menimpa nya.

Leo melepas pelukannya, kakinya lemas tidak mampu menopang tubuhnya lagi. Leo terduduk di lantai rumah sakit yang dingin dengan suara tangisan dari orang orang yang menangisi kepergian ayahnya.

"Ayah, aku mohon bangun" kepala Leo tertunduk dan air mata kembali mengalir membasahi pipiku. Malam yang menyakitkan untuknya.

****
Minggu pagi.

Pagi ini hujan turun, membasahi dunia ini. Leo dan keluarga besarnya mengantar ayahnya ke tempat istirahat terakhir nya. Air mata menghiasi wajah keluarga besarnya dan juga wajah Leo. Dia masih tidak bisa menerima kalau ayahnya sudah pergi meninggalkan dunia ini selama nya.

Hujah masih belum mau berhenti seolah tau apa yang sedang terjadi, hujan terus turun mengiringi kesedihannya. Sebelum pergi Mira--ibunya Leo memberikannya payung agar tubuhnya tidak basah tapi dia lebih suka saat air hujan membasahi tubuhnya dan dingin yang menemani jadi Leo tidak menerima payung itu.

"Ayah kenapa ayah pergi nya cepet banget? Padahalkan 3 bulan lagi aku ulang tahun yah. Ayah selalu ada di sebelah aku saat aku potong kue tapi sekarang hanya mama yang akan ada di sebelah aku, mungkin juga saat aku potong kue aku hanya sendiri karena mama yang selalu mementingkan pekerjaan nya" senyum getir menghiasi wajah Leo, sakit rasa nya saat orang yang kau sayangi pergi meninggalkan mu selamanya.

Air hujan berhenti membasahi tubuh Leo, padahal hujan masih belum reda. Leo mengangkat kepalanya dan di atasnya ada sebuah payung hitam melindungi tubuhnya agar tidak basah karena air hujan. Orang itu tersenyum ke arah Leo, dia pemilik payung hitam itu.

"Lo siapa?" tanya Leo kepada cowok yang memiliki mata hangat seperti ayahnya.

"Oh gue Nino, ini gue pinjemin payung biar lo ga kebasahan. Gue punya dua kok payungnya jadi ga usah sungkan" Nino tersenyum kepada Leo.

"Ga usah, makasih" jawab Leo datar dan mengalihkan matanya ke arah lain.

"Tapi entar lo sakit kalau hujan hujanan gini" Leo hanya diam tidak memperdulikan perkataan nya.

"Kok lo diem aja sih? Udah ini ambil aja, entar lo sakit. Sakit itu ga enak loh jadi mending lo ambil aja nih payung gue, ga usah di balikin gapapa kok buat lo aja" Nino meraih tangan Leo dan menyuruhnya untuk merima payung hitam itu.

"Makasih" Leo hanya tersenyum tipis.

"Iya sama sama, gue balik dulu ya" Nino tersenyum kepada Leo, lalu berbalik badan, berjalan pergi meninggalkan Leo sendirian.

Setelah 1 jam Leo berbicara sendiri di makam ayahnya, Leo memutuskan pulang ke rumah. Dia berjalan ke tempat mobilnya terparkir, menutup payung hitam dari Nino karena hujan sudah tidak lagi turun. Leo masuk ke dalam mobil dan menaruh payung hitam itu ke kursi belakang mobilnya dan segera pulang ke rumah.

****
Sesampainya di rumah Leo dikejutkan saat melihat dia yang sedang duduk di sofa ruang keluarga di rumahnya. Leo berjalan ke tempat cowo itu duduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LeoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang