[I] Living Room

4.6K 103 0
                                    

"Kan udah aku bilang, aku pulang jam sepuluh tadi malam!" teriak Beth sambil menuruni anak tangga menuju ruang tamu, diikuti oleh kakaknya, Zeth.

"Gak usah bohong!" Zeth menyengkram lengan adik manisnya.

Beth sepertinya murka, ia mengibas tangan kakak laki-lakinya itu lalu pergi.

Ixia yang dari tadi duduk menonton siaran kartun kesukaannya, Spongebob Squarepants, beralih tontonan ke sinetron live show di depan mata. "Masih pagi, nih," protesnya.

Walau sedikit mengganggu tapi kadang inilah yang diperlukan rumah kost bergaya minimalis jepang di pinggiran Jakarta ini. Sebuah kost yang rapi juga asri dan tersedia tujuh buah kamar tidur nyaman. Beth dan Zeth adalah salah dua orang yang tinggal di sana.

"Gak kerja?" sapa Zeth pada Ixia berbasa-basi. Ia tak enak dengan kegaduhan yang telah ia buat beberapa detik lalu.

Ixia berdiri, dengan tubuh kurus menjulang tinggi bak model, dia berhasil menatap Zeth hingga ke dalam bola mata. "Baru pulang."

Zeth mengangguk dan mengambil alih remote yang sudah dicampakkan Ixia.

"Adik lo itu udah gede, Zeth." Sepatah kata dari Ixia mematik emosi Zeth.

"Urusin aja om-om lo yang butuh belaian itu," jawab Zeth berusaha santai sambil menyindir pekerjaan Ixia.

BRUK!!! Bantal tweety usang yang selalu dibawa ke mana-mana oleh Ixia mendarat tepat di belakang kepala Zeth.

"Oy.. Oy..." Tante Mindy keluar dari kamarnya dan melongok ke bawah, ruang keluarga.

Ixia mengambil kembali bantal tweety kesayangannya. Terlalu sayang dan terlalu banyak kenangan. Bantal tweety yang mungkin sekarang tidak seberapa harganya adalah bantal yang diberikan oleh papanya. Ixia terlalu mencintai papanya. Tidak luntur walaupun sekarang papanya mungkin sedang asik sarapan di sebuah ruang makan dengan pemandangan kolam ikan koi dan seorang perempuan cantik di depannya.

Tante Mindy berjalan anggun menuruni tangga kayu, "Mau kemana, Ixia? Tante mau buat sarapan."

"Aku gak ikut sarapan, Tant." Ixia berlalu menuju kamarnya, kamar 04.

Sedikit saja Tante Mindy, pemilik kost itu, telat meneriaki mereka mungkin kepala Ixia sudah benjol dicium remote yang siap dilempar Zeth.

"Well, well, well, so lively in the morning sampai-sampai kayaknya tante sarapan sendiri pagi ini." gerutunya. Tetap dengan senyum. Perempuan berumur sekitar 40 tahun ini sangat hebat, di umurnya yang sudah berkepala empat dia masih terlihat 10 tahun lebih muda. Tubuhnya masih indah dipandang dan wajahnya belum menyuratkan guratan halus.

"Zeth?" Tante Mindy melirik Zeth. "Temenin tante ya? Kamu mau sarapan apa?"

"Sandwich aja tante," jawab Zeth sambil mematikan televisi dan menuju meja makan tepat di belakang sofa ruang keluarga.

Tante Mindy tidak punya anak dari pernikahannya. Suaminya telah meninggal lima tahun yang lalu. Mungkin harapannya memiliki anak telah sirna karena ia tak mau menikah lagi. Menurutnya, pernikahan hanya sekali dalam seumur hidup. Mungkin karena itu ia menganggap dan mengurus anak-anak kost seperti anaknya sendiri.

Sarapan telah siap di meja makan. Sandwich terlihat lezat dengan sentuhan manis ceasar salad di sampingnya juga segelas orange juice.

KostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang