Prolog

108 4 4
                                    

Author's point of view

Seorang wanita muda duduk termenung di balkon lantai tiga kamar di rumahnya, merasakan deru angin sore menerpa wajah putih pucat miliknya itu. Merasakan detik-detik terakhir hangatnya sinar sang surya sebelum tenggelam di ufuk barat. Tampak di mata coklat miliknya, terlihat jelas adanya ketakutan,kesedihan,amarah dan penyesalan, dan akhirnya keluarlah cairan yang sudah ia tahan sedari tadi. ya dari kedua mata coklat indah miliknya itu, keluarlah cairan bening sebening kristal, cairan yang menunjukkan bahwa wanita itu lelah,wanita itu sedih, kesal dan sudah tidak sanggup lagi menahan dan menyimpan sendiri segala permasalahan yang ia hadapi. Tanpa teman,keluarga bahkan suami nya, ya suaminya. Benda kecil berwarna putih panjang yang sedari tadi ia pegang, terjatuh di lantai. Ingin rasanya ia membuang benda kecil berwarna putih itu kedalam samudra yang luas atau di gurun pasir sahara lalu menguburnya atau membakarnya, entahlah, dirinya sangat tidak ingin melihat benda kecil dan dua garis merah di tengah itu. Tetapi apa, ia tidak mampu, ia hanya bisa diam,menangis dan merutuki dirinya sendiri.

"Bundaaaaaa"

suara teriakan dari seorang gadis kecil bersuara cempreng khas anak kecil berusia 6 tahun

"bunda dimanaaaaa?".
Gadis itu mencarinya. Ya dialah orang yang dicari-cari oleh gadis kecil tersebut, orang yang disebut bunda.
"Bunda disini sayang"

"DIMANA BUNDAAAAA"

"Bunda di bal..."

Belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, terdengar suara bentakan pria dewasa dari ruangan disamping kamar wanita itu "CAMELIA,BISAKAH KAMU TIDAK BERTERIAK SUARAMU MENGGANGGU KONSENTRASI AYAH,PERGI JAGA ADIKMU DAN JANGAN MEMBUAT GADUH RUMAH INI! DAN KAU BIANCA JANGAN MEMBUAT AKU MEMUKULMU DI DEPAN ANAKMU" kata- kata itu diucapkan oleh pria dewasa itu dengan nada yang sangat kasar. Wanita itu tidak habis fikir sekaligus sedih, kenapa pria itu tega berkata kasar di depan anaknya sendiri dan mengatakan hal yang tidak pantas dikatan di depan gadis kecil yang polos itu.

"tapi yah, kakak ingin ketemu bunda, sudah seharian kak--", belum selesai gadis kecil itu melanjutkan ucapannya.

Sang ayah memotongnya dengan bentakan dan amarah, karena menurutnya tidak ada satupun yang bisa membentaknya termasuk anak sulungnya ini

"BISAKAH KAU MENDENGARKAN KATA-KATA AYAH! PERGI DATANG ADIKMU ATAU KAU AYAH HUKUM, cepat camelia"

"baik ayah,maafkan kakak yah"
Hati wanita itu sakit. Sangat sakit, ia sangat marah dan tidak menyangka, pria itu membentak putrinya sendiri. Ingin sekali ia berdiri keluar kamar dan menyelamatkan putrinya dari amukan ayahnya sendiri, tetapi ia tidak mampu, bahkan sistem otak dan sistem tubuhnya tidak saling bekerja sama. Semua seperti mengalami kerusakan, walau nyatanya tidak.
Tiba-tiba pandangan mata wanita itu mengabur, karena banyaknya sudah cairan bening sudah mengepul di kelopak matanya yang keliatan menghitam dan berkantong itu. Ia menangis, menangis meratapi nasib rumah tangganya, suami yang  membenci dirinya tidak sayang padanya, mungkin suaminya juga tidak sayang pada bayi dan anak-anaknya. 

"Bianca Andina! Dimana telinga mu itu hah? Aku memanggil mu sedari tadi! Apa kau gila, gideon menangis di kamar ia butuh kau tapi kau? Hanya santai dan melamun saja disini! Kau ibu yang sangat bodoh"

Wanita itu tersentak melihat suaminya, sudah di depan matanya sambil menghina dirinya, tetapi ia tidak merespon ucapan kasar suami nya tersebut karena ia melihat suaminya mengambil benda putih panjang yang tergeletak di lantai, pria itu pun melihat tanda dua garis merah di tengah benda putih tersebut, iya tersentak kaget.

"Bianca..."

Wanita itu terkejut, mendengar suara lembut yang dikeluarkan suaminya, sudah sangat jarang Redivo,suaminya memanggil namanya dengan selembut itu, wanita itu berharap, kehadiran anak ketiga didalam ovarium nya ini dapat membuat suaminya luluh, karena bagaimana pun juga anak ini, anak Suaminya,Redivo.
"Iya div, disini anak ketiga kita adiknya camelia dan gideon, cinta kita hadir lagi div,sungguh camelia dan gideon sangat senang pasti!!! dengan adik barunya apalagi camelia yang selalu mengoceh ingin mempunyai adik perempuan agar bisa bermain masak-masak dan bermain  barbie  bersama" wanita itu tidak bisa menyembunyikan senyum merekah dibibir mungil nan seksi nya, entah mengapa mendengar Redivo, suaminya mengucapkan namanya selembut tadi, ia seperti merasakan redivonya yang dulu, Redivo Azhor yang mencintainya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life And ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang