First Sight

5 0 0
                                    

Lagi-lagi di malam yang penuh gelap dan pekat. Kiko buru-buru mengelap sisa airmata di ujung matanya sambil berjalan gontai menuju Lift. Terlihat Lift masih menunjukan angka 19, dia frustasi bukan main. Di tambah cuaca yang hujan di luar sana.

Bayangan Ibunya terngiang jelas di kepala, amarah kebencian yang telah ia pendam bertahun-tahun lalu. Yang merenggut semua kebahagiaannya, dan merubahnya menjadi seperti seorang jalang.

Kiko betul-betul benci dengan keluarganya, tidak jarang dia mengutuk dirinya sendiri yang harus lahir di keluarga seperti itu. "di umur 19, bukannya para gadis harus terus bersenang-senang?" terangnya dalam hati, pernah.

Dari pantulan cermin Lift, ia melihat dirinya yang sudah kusut. Acak-acakan, dengan setelan kaos polos hitam dengan neck V menampilkan belahan dadanya dan celana jeans panjang yang bagian pahanya robek-robek. Ia memperbaiki topi putihnya sekali lagi, lalu menunduk melihat sepatu Nike abu-abu yang talinya sudah tidak beraturan. Beberapa bagian tubuhnya sudah basah.

Mungkin karna sehabis berlari tadi. Bukan main di jam yang sudah hampir memasuki tengah malam ini dia berani menerobos hujan..

Tiiiiing

Lift terbuka, kakinya dengan cepat masuk. Betapa bahagianya dia dengan keadaan Lift yang kosong. Ia menekan tombol 24, dan sebelum pintu Lift itu benar-benar tertutup sebuah kaki menghalanginya. "Sial! Aku benar-benar ingin membunuhnya" ucapnya dalam hati ketika seorang pria berpostur tinggi masuk dan berdiri di sampingnya.

Laki-laki itu menekan angka tujuannya dan Lift tertutup.

Tiba-tiba Kiko merasa pusing sekali, matanya yang sembab menambah berat di kepalanya. Kakinya bergetar seakan tidak mampu lagi menopang tubuh 44kg-nya itu.

Sebentar lagi. Mohonnya terus.

"You alright?" ucap pria tinggi itu pertama kali, tangannya kini melingkar di pinggang Kiko. Alisnya jelas mengkerut di sana menggambarkan raut kekhawatiran.

Beberapa detik kemudian Kiko memperbaiki dirinya yang mulai sedikit membaik.

"Grand" jawabnya singkat. Tersadar ada sesuatu yang mengganjal di pinggangnya, ia mendongak dan melihat ada tangan besar di sana. Ergh!

"Kau benar-benar tidak apa-apa? Wajahmu terlihat tidak baik" sekali lagi dia bertanya untuk memastikan gadis yang entah kenapa penampilannya seperti ini. Basah, kusut, dan terlihat kesepian.

Mata Kiko tidak bergerak sedikitpun dari tangan besar itu. Dia bersumpah bahwa itu adalah kali pertama seorang pria memegang pinggangnya, lembut dan menenangkan. Tunggu, perasaan apa ini?

Detik kemudian ia menyadarkan diri dan menjauhkan badannya yang benar-benar dekat dengan pria asing tersebut. Yang memegangpun menjadi salah tingkah dan merasa aneh, mungkin?

Mengerikan bukan? Mereka bahkan tak mengenal untuk saling bersentuhan. Pikir Kiko dalam hati.

Dia memang kuno, selama 19 tahun dia hidup tidak pernah sekalipun dia melakukan hubungan dekat dengan siapapun. Di kampusnya pun Ia di kenal si penyendiri, namun entah kenapa Kiko sering merasa bahwa dunia ini sangat berisik.

Hening. Keduanya sama-sama hanyut dalam pikiran masing-masing.

"Mmmh, aku Golf" aduuuh! Tolol sekali. Pria bernama Golf itu langsung mengutuk dirinya dalam-dalam. Untuk apa dia memberikan namanya pada gadis yang menurutnya mungkin sama sekali tidak peduli. Matanya terpejam pasrah, dan menggaruk garuk kepala gondrongnya.

Kiko pun terkaget-kaget. Refleks kepalanya bergerak ke samping, melihat orang yang bernama Golf tersebut. Dia baru sadar kalo pria itu tinggi sekali, rambut gondrong yang terbelah tengah dan sangat tampan.

Sekilas Kiko bisa melihat pria itu juga salah tingkah. Dalam hati Ia terkekeh. Tapi tiba-tiba saja sesuatu menyadarkan kembali, sakit di hatinya lagi-lagi terasa. Sakit sekali.

Tiiiing

Pintu Lift terbuka. Golf mendongak layar Lift. Tertulis angka 11, oh! Lantai tujuannya ternyata. Sebelum ia benar-benar keluar dari Lift, ia mengatakan sesuatu pada Kiko

"jika kita bertemu lagi kau harus memberitahukan namamu, alasannya karna aku sudah memberitahukan namaku padamu"

Astaga. Lucu sekali. Apa yang barusan dia katakan? Omong kosong lagi?

Setelah pintu Lift tertutup, Golf pun merasa frustasi. Kepalanya Ia acak berantakan sambil menggigit bibir bawahnya.

"Apa yang ku lakukan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang