Butterfly Dream

357 31 35
                                    

Sang mentari muncul dari ufuk timur, menandakan ketersiapannya untuk menyinari langit Seoul, namun jadwalnya kali ini tidak cukup lama. Namun, biarpun begitu, ia akan tetap menyinari langit Seoul.

Bunga-bunga yang tadinya kuncup, kinipun mulai bermekaran. Membuka mahkotanya satu persatu, menampakkan warna-warna indahnya dan menunjukkan pada dunia bahwa ia adalah bunga tercantik yang pernah ada.

Lalu disalah satu sudut taman terdapat sebuah pohon. Pohon itu sangat cantik, dengan batangnya yang kokoh dan tinggi, serta beberapa buah yang sudah ranum menghiasinya. Yang secara tidak langsung mengundang siapa saja untuk memakannya.

Disisi lain, di pohon itu juga terdapat sebuah kepompong. Kepompong itu sudah berwarna coklat dan mengering, manandakan bahwa sesuatu di dalamnya sudah siap untuk keluar. Terbang sambil menghirup harumnya bunga, melihat indahnya taman dan dunia bersama sayapnya nanti.

"Aku sudah tidak sabar," ucapnya di dalam kepompong sambil terus berusaha untuk keluar.

"Hei bagaimana ini? Mengapa ini tidak bisa terbuka?" Kupu-kupu yang belum jadi itupun berucap kembali, sambil terus berusaha mengeluarkan sayapnya.

Setelah sekitar satu jam lamanya ia berkelut dengan kepompong-sialan-nya itu, dan setelah ia bersusah payah. Akhirnya kepompong itupun terbuka. Menampakkan motif indah di sayapnya. Sayap dengan warna biru sebagai latarnya, serta warna hitam sebagai pinggiran dan bulat-bulat ditengahnya.

Namun, suatu hal tak diinginkanpun terjadi. Sayap yang seharusnya membawanya terbang, kini tidak bekerja dengan baik. Sayap itu memang bisa dikepakkan, namun tak cukup kuat untuk membawanya pergi.

Lalu tiba-tiba

"Aaaa ...."

.

.

.

.

.

•Author pov•

Dugh

Yeoja itupun terjatuh lagi, sudah berkali-kali ia mengelilingi taman ini, namun ia tetap terjatuh. Mungkin Dewi Fortuna sedang tidak berpihak padanya. "Pabbo-ya!" Ia merutuki dirinya sendiri. Padahal biarpun ia terjatuh, orang-orang di sekitarnya pasti akan memakluminya.

Lalu tangan mungil itupun bergerak ke sana-ke mari, meraba-raba tanah yang menjadi pijakannya sedari tadi. Mencari benda berbahan allumunium panjang kesayangannya itu.

"Aish, jinjja. Dimana benda itu?" Disela-sela kegiatan mencarinya tiba-tiba ada tangan yang memberikan benda itu kepadanya "Ketemu! ah gomawo" Yeoja itupun tersenyum girang dan menundukkan kepalanya ke depan. Padahal orang yang memberikan bendanya tadi berada di sampingnya.

Sesaat kemudian setelah mengucapkan terima kasih ia mencoba berdiri kembali, namun yang terjadi malah ia terjatuh--lagi--dan hal itu suskses menambah goresan luka di lututnya. Oke nice, tadi lutut kiri sekarang lutut kanan.

Lalu tanpa seizin yeoja itu, orang yang berada di sebelahnya tiba-tiba menggendongnya di belakang, dan tak lupa juga membawa benda tadi.

Yeoja itu awalnya menolak dan meronta ketika ada seseorang yang menggendongnya tanpa izin, bahkan ia sampai berteriak. Namun, disela-sela kegiatan 'sakral'nya itu ia mencium aroma sesuatu.

Hmm.. Aroma ini, aroma coffee. Tapi.. Siapa?

"S-SeokJin?" Yeoja itu bertanya dengan ragu-ragu, berharap tebakannya benar. Mengingat orang yang ia kenal dan memiliki aroma seperti ini hanya satu. Yaa setidaknya itulah yang ia pikirkan.

Butterfly DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang