IT'S ALL OVER

1.4K 89 56
                                    

"Kau bukan orang yang lemah Jeonghan-ah. Kau adalah hadiah terindah untuk keluarga kami", ucapan ibunya terus berputar dikepalanya. Jeonghan kini menatap dirinya didepan kaca. Kemudian menyibakkan beberapa helai rambutnya yang menutupi wajahnya. Ia menyentuh pipinya yang terlihat membiru karena sebuah pukulan melayang ke pipinya semalam.

"Akh!", erang Jeonghan. Tangannya meraih salep yang ia letakkan sembarangan di mejanya kemudian mengoleskan salep itu pada wajahnya. Jeonghan kembali menatap dirinya dikaca. Pandangannya terhenti pada gelang tali yang melingkar manis dipergelangan tangan kirinya.

"Ini untukmu. Jangan lepas gelang ini. Karena ini gelang couple kita hehe", kalimat itu terngiang dikepalanya. Ia tersenyum sekilas mengingat kenangannya tentang gelang itu.

"Apa kabar kau si bodoh", gumam Jeonghan.

Drrrrt drrtt. Ponselnya bergetar. Segera ia merogoh kantongnya dan meletakkan ponsel di telinganya.

"Ya, aku mengerti", ujar Jeoghan kemudian menarik jaket kulitnya dan memasang masker berikut topinya. Ia berjalan keluar dari apartemennya menuju sebuah bangunan tua yang jaraknya tak terlalu jauh.

"Jeonghan-ah, akhirnya kau datang juga", ujar seorang laki-laki dengan sebuah bekas luka memanjang di pipi kirinya yang kini duduk disebuah kursi besar dikelilingi anak buahnya dan seseorang yang tampak tak berdaya dengan banyak luka pukul diwajahnya.

"Ada apa Baekho hyung-nim", tanya Jeonghan sambil menurunkan masker ke dagunya.

"Kenapa? Memangnya saat aku memanggilmu aku pasti akan memberikanmu tugas? Hahahaha", jawab Baekho.

"Katakan saja apa yang harus kulakukan?", tanya Jeonghan lagi.

"Hmmm ya ya okey, kau memang pintar Jeonghan-ah. Kau lanjutkanlah tugas si brengsek ini", jawab Baekho sambil menunjuk laki-laki dengan luka pukul diwajahnya tadi itu dengan tongkat yang ia pegang.

"Baiklah, aku mengerti", jawab Jeonghan.

"Bawa si brengsek ini ke ruang bawah tanah", ujar Baekho pada anak buahnya.

"Hyung-nim tidak. Jangan bawa aku kesana hyung-nim kumohon", teriak laki-laki dengan luka pukul itu. Jeonghan hanya melirik sekilas kearah laki-laki itu kemudian berjalan menuju pintu.

"Hyung-nim, tolong. Aku akan lakukan dengan baik. Beri aku kesempatan hyung-nim", suara laki-laki itu masih terdengar di telinga Jeonghan yang kini berjalan semakin menjauhi rumah tua itu. Ia terus berjalan hingga kini ia terhenti didepan sebuah gereja. Sebuah gereja yang begitu banyak menyimpan kenangannya bersama teman-temannya dulu. Ia memandang gereja itu sesaat kemudian kembali berjalan.

"Yoon Jeonghan", panggil seseorang dari belakang yang membuat Jeonghan menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.

"Yoon Jeonghan, benarkan? Ini kau?", tanya laki-laki dengan tubuh semampai yang mengenakan jas berwarna peach itu.

"Kau...", ujar Jeonghan pelan.

"Hey ini aku. Hong Jisoo. Jisoo. Kau ingatkan? Kita sering bernyanyi di gereja saat kecil", jawab laki-laki itu.

"Jisoo?", gumam Jeonghan.

"Iya ini aku. Kau ingat?", tanya Jisoo.

"Apa yang kau lakukan disini?", tanya Jeonghan balik sambil mengerutkan dahinya.

"Aku? Tentu saja aku ke gereja. Kau tidak ke gereja eoh? Aku tidak pernah melihatmu di setiap..."

"Aku duluan. Aku ada urusan", potong Jeonghan pada jawaban yang Jisoo lontarkan.

"Hey, tunggu dulu", cegah Jisoo sambil menahan tangan Jeonghan.

"Lepaskan tanganku, Jisoo. Aku sudah bilang padamukan kalau aku ada urusan", bentak Jeonghan sambil menarik tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALL OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang