"Dan definisi bahagiaku belum berubah sejak hari itu..."
-
-
-
Pada saat hari berhujan seperti inilah aku biasa mengenangmu.
Saat awan-awan kelabu menyelimuti langit dan hawa dingin yang dikirim angin membelai permukaan kulitku.
Saat seperti inilah aku teringat akan hangatnya rengkuhanmu dan manisnya suaramu.
Duduk di balkon rumah kayu sederhana yang terletak di pinggir kebun, menghirup sejuknya aroma tanah yang bekas tersiram air hujan, suasana seperti inilah yang mengingatkanku padamu.
Apa kabarmu, Wendy?
Selalu pertanyaan yang sama yang terus terulang dalam benakku setiap kali pikiranku mulai berkelana mencari dirimu. Aku selalu mencoba untuk menyusun kalimat lain yang terasa lebih pantas dan bermakna daripada tiga kata itu, tapi aku tidak pernah menemukan yang pas.
Mungkin memang ada untaian kata lain yang terasa lebih indah, namun tidak ada kalimat lain yang bisa menyampaikan perasaanku sebaik dan sejujur kalimat itu. Kuharap kamu mengerti. Kuharap kamu tidak merasa bosan menangkap kata pembuka yang sama berulang kali.
Karena aku memang benar-benar ingin tahu keadaanmu, aku tidak sedang berbasa-basi. Aku ingin sekali mendengar secara langsung jawabanmu : "Ya, Kim Namjoon. Tentu saja aku baik-baik saja." Dengan suaramu yang tegar dan tanpa ragu. Suara yang dahulu selalu memberiku kekuatan untuk bangkit dari keterpurukanku. Dulu.
Dan jika aku beruntung, mungkin kau akan menanyakan balik keadaanku. Tapi sepertinya itu mustahil, ya?
Saat bahagia kita memang tidak bertahan begitu lama. Hanya beberapa bulan saja.
Tapi setiap insan manusia pasti tak akan pernah melupakan masa-masa paling membahagiakan dalam hidupnya. Dan percayalah kasih, saat aku bilang bahwa masa-masa paling membahagiakan dalam hidupku adalah saat aku menghabiskan waktu bersamamu...Tak ada setitik pun rasa penyesalan dalam dadaku karena pernah mencintai dan hidup bersama wanita sepertimu. Aku tidak sedang membual, jika itu yang kau pikirkan sekarang.
Yang kusesali adalah saat dimana kau pergi dari hidupku dan aku membiarkanmu pergi begitu saja.
Sampai saat ini aku masih tidak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri perihal hal tersebut.
Apa kamu bahagia?
Kuharap kamu bahagia.
Dan, ya... jika kamu penasaran, aku juga bahagia sekarang.Aku bertemu dengan seorang wanita yang sangat baik dan mencintaiku selepas kepergianmu. Kenalkan, dia Irene. Dia cantik, tapi tak secantik dirimu menurutku. Tak ada wanita lain secantik dirimu yang pernah kutemui dalam hidupku, Wen.
Kami menikah, dan punya tiga orang anak. Dua laki-laki dan seorang putri kecil yang cantik. Kunamai dia menggunakan nama yang sama dengan milikmu, agar kesannya seperti kau masih ada di sisiku. Ironis bagaimana aku mewujudkan mimpi berkeluargaku dengan orang lain dan bukannya dirimu.
Bagaimana dengan dirimu sendiri?
Sudahkah kau menemukan penggantiku? Aku yakin sudah, mengingat betapa cantiknya dirimu pasti banyak lelaki yang ingin meminangmu.
Sudahkah kau memiliki anak? Maaf jika aku terlalu lancang dan menanyakan hal-hal penting di kehidupanmu. Aku hanya ingin tau tentangmu Wendy... aku ingin tahu bagaimana kisahmu jika tidak berakhir denganku. Karena kau tahu sendiri kan, dari dulu aku selalu beranggapan bahwa kau adalah seseorang yang ditakdirkan untukku. Tapi ternyata aku salah.
Apakah kau menceritakan kisah kita pada anak-anakmu seperti yang aku lakukan?
Bukan apa-apa, hanya saja menurutku, kisah kita lebih indah daripada dongeng manapun.
Kisah yang realistis tanpa kalimat "pada jaman dahulu kala" sebagai awalan dan "mereka pun hidup bahagia selamanya" sebagai penutup.
Lebih indah sekaligus menyakitkan.
Tapi bukankah seperti itulah tipe cerita favoritmu?Jangan beri mereka untaian kata yang indah dan angan yang kiranya tak tergapai. Agar mereka siap jika suatu saat nanti ditinggalkan hal yang paling berharga bagi mereka.
Namun jangan lupakan bagian bahagia dari ceritanya, sayang.
Jangan lupa tuk beritahu anak-anakmu bahwa kamu pernah bahagia disini bersamaku.
Dan bahwa si Raja tak pernah melupakan Putrinya dahulu sekalipun sekarang ia telah memiliki seorang Ratu.
Dan definisi bahagiaku belum berubah sejak hari itu.
-
-
-
Saat titik-titik embun mulai menghiasi kaca jendela rumah kayu sederhananya. Namjoon biasa mendudukkan diri di balkon rumahnya, ditemani secangkir kopi hangat yang dulu biasa dia minum bersama si gadis.
Saat rasa rindunya pada si gadis tak lagi terbendung dan serasa menyesakkan dadanya, maka diambilnya secarik kertas dan sebuah pena 'tuk menumpahkan segala asa yang masih tersisa di dadanya. Asa yang dulu pernah ada dan akan selalu ada.
"Karena definisi bahagiaku belum berubah sejak hari itu..."
.
.
◇
A/N :
And again another old fanfic from my computer folder.
Berhubung lagi hujan.
Intinya lagi sok puitis. And miserably failed.
Ide ngetik FF ini muncul waktu lagi hujan dan nge-stalk ig @yang.terdalam dan didukung oleh si playlist yang kebetulan banget lagi muterin lagu Notes'n'Words-nya ONE OK ROCK.
Jujur gak tau apa arti lagunya tapi melodinya kok cocok ya.
Btw, sebenernya Wendy sama Irene disini itu OC bukan member RV. Tapi terserah juga sih kalo mau bayangin mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thought Of You
FanfictionCurahan hati seorang Kim Namjoon di atas secarik kertas pada hari berhujan.