Chapter 1 - him

61 6 3
                                    


Jantung ku berdebar dua kali kali lebih cepat sekarang, sedangkan tangan ku sudah terasa lengket oleh keringat dingin.
Aku menarik nafas sebanyak yang ku bisa, dan menghembuskan-nya perlahan - lahan.

'Why i feel so nervous? Lebay ah'

Sudah hampir sepuluh menit aku berdiri ling lung di depan sebuah papan besar berisi ratusan nama murid, dan aku belum juga menemukan nama-ku.

Andrea Raverra

'Jangan - jangan gue gak diterima lagi, mampus bakal di kutuk gue sama nyokap' umpat ku dalam hati. Ya, mama maksa aku bersekolah di sekolah yang sama dengan kakak. Dengan iming - iming 'irit bensin' dan dia pikir, kakak bisa sekaligus menjaga ku di sekolah padahal mah,

Palingan boro - boro  jagain adeknya, tapi sibuk ngelonin lusinan pacarnya itu yang banyaknya lebih dari Antrian pintu masuk Konser Pantura.

'OK, seenggaknya kalau memang gue gak diterima, gue bisa minta SMA yang lebih elitan dikit dari pada ini-kan?'

Tapi,

'Iya kalau jatuhnya begitu. kalo gue malah gak disekolahin sama sekali gimana?'

Aku menaruh jari ku dengan halus di papan, dan menelusuri tiap barisan dari daftar teratas.

Urutan 288

Urutan 293

Urutan 299

Urutan 314

Dan akhirnya

"Urutan 316. Andrea Raverra"

"Yes!"

Aku mengumpat bangga pada diri sendiri, mungkin karena pada awalnya ekspetasi ku 'ya mana mungkin diterima'.

Tanpa sadar aku sudah loncat kegirangan tak jelas di tengah – tengah koridor. Beberapa orang yang tengah berjalan di kisaran koridor, tertawa dan terlihat tersenyum mengejek ke-arah ku.

"woy, liat deh itu cewe"

"Aneh, Joget joget sendiri"

"Kesurupan kali tuh bocah"

"Mana ada setan siang siang, bego"

"Nak, liat tuh kamu kalo kebanyakan makan mecin nanti kaya kakak yang itu"



Aku mengelus dada ku, yang sedari tadi sudah tak kuat menahan nafas. 'Aih, persetan deh apa kata mereka, paling Cuma dikatain norak, pokonya gue lega akhirnya bisa tidur nyenyak ntar malem' ucap ku tanpa suara.

Beberapa minggu ini aku cukup khawatir dan nyaris tak bisa tidur semenjak pembagian NEM kurang lebih dua minggu yang lalu. NEM ku benar – benar kecil, kalau tidak salah 27,95 dan minimal untuk di terima di SMAN sangat-lah minim bahkan nyaris tidak mungkin. Bisa sih, masuk ke SMA SWASTA. Tapi itu juga mana mungkin bisa yang favorit?

Awalnya, aku kira bakal bisa dapet keringanan dari pihak sekolah, jika kita punya relative di sekolah yang sama. Unfortunately gengsi ini sekolah terlampau tinggi, dan nilai-ku terlampau rendah. Well this was a good news for Kak Rey. But then god suddenly gave me a light, aku baru inget kalo aku punya beberapa sertifikat prestasi yang aku menangin saat SMP. Not many though, tapi karena aku menangin di ajang yang cukup tinggi, sertifikat itu bisa di pakai untuk daftar lewat jalur prestasi.

Back in mids school, i had joined a lots of story telling compitition. Although i almost get lost in every each of them, but i did win for like sekali atau dua kali. Lalu akhirnya di test oleh dua guru bahasa inggris, yang menurut ku doesn't even know English sama sekali. Tapi lumayan mereka mangguk – mangguk selama aku bercerita, dan deep down, i know that i'm quitely good at this thing, jadi aku sendiri juga tidak ragu.

(my real) FANTASYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang