Tentang dia

385 2 5
                                    

Aku hanya bisa diam, tak dapat berbuat apa-apa. Ingin rasanya berteriak dan bilang "lepas!" tapi pada kenyataannya pun aku tak dapat melakukannya dan mulut ini terasa seperti terikat.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sudah beberapa bulan berlalu, tetapi tetap saja terasa berat olehku. Sering kali ingatan itu muncul dan membuyarkan seluruh konsentrasiku. Hari-hari berlalu dengan pikiran antara harus bahagia atau menyesal. Ya.. memang waktu itu aku yang memberikan keputusan, tapi tetap saja pasti akan ada konsekuensi di setiap sebuah keputusan.

"Yaaaaahhh kan, bengong lagi!" 

Wajah yang hangat, dengan senyum yang tak dapat ku baca maknanya, kembali menghalangi pandangan.

"Kenapa? Laper ya? Mending makan yuk sekarang, kalau dipikir-pikir, dirasa, dihayati, diperdalam, diperluas, perut gw masalahnya juga udah keroncongan ini. Yuuuukk, abis itu kita lanjut lagi mbak-bro ngerjain tugasnya."

 Dengan lembut jemarinya meraih tanganku,

"Bang.. bang, boleh aja lu ngajak gw makan, nuntun jalan gw, ampe ini tangan gw lu pegangin bang, tapi ya nggak gini juga bang, jalannya pelan-pelan kali, bro!"

"Udaaah ayo buruan, ini saya sudah lapar, Rol."

"Ya tapi nggak usah buru-buru juga kali, Ton! hadoooohh."

Bermula dari suatu keadaan yang tak pernah direncanakan, kami dipertemukan, dan.....  Dia, Clinton, orang yang tidak pernah ku duga bisa aku temukan di dunia. Mungkin dia ibarat jarum di dalam tumpukan jerami, dia jarumnya, sedangkan akulah jeraminya.

-Count on me ~ Bruno Mars-

"Oke, saya lapar... saya lapaar... Mana ini mbak-mbaknya, mau mesen ini saya, mbaaak.."

"Sabar, bang!" nengok kanan kiri, "Mbak! Menunya donk.. Makasih."

"Naaah, daritadi napa? Mbak, saya mau nasi goreng ikan teri, minumnya es teh tawar aja ya mbak. Lu apa, Rol? Kayaknya beefsteak enak nih, mendingan lu beli ini, ntar gw tinggal minta, gimana? ahahha," pinta Clinton dan langsung menatapnya setelah melihat menu yang ada di tangannya. "Carol! Dia malah bengong yaaah, astaga.. Lu mau makan apa? Ini mbak-mbaknya udah nunggu."

"Saya roti bakar coklat keju sama es ovaltine," dengan muka datar.

"Nggak pake lama ya mbak, makasih. Lu kenapa, Rol, dari tadi bengong melulu?"

"Nggak. Nggak apa-apa."

"Mmmmh, yaudah, jangan bengong atuh.. Eh iya, liat deh nih ada brosur, bulan depan anak pemuda mau ngadain ret-ret. Ikutan yuk, kan mumpung lagi libur kuliah kita. Lagian juga udah lama kita nggak ikut ret-ret, trakir kali paling pas kita SMA. Ntar biar gw yg daftarin, gimana?"

"Bulan depan?" berpikir apakah ada acara untuk bulan depan, "Ya udah, daftarin ya."

"Oke deh, mantaaap."

----------------------------------------

"Carol, udah siap belum?" teriak Clinton dari teras.

"Bentar Ton, gw lupa naruh tas kecil gw yang isinya alat mandi," Carol mengobrak-abrik bantal sofa.

"Tas kecil? Warna?" tanya Clinton sambil mengerutkan kening.

"Merah. Liat nggak lu?"

"Merah? Laaaahh itu apa yang kau pegang, nak?"

"Astaga! Iya ya, ahahhaa.. Maaf yak."

"Ya udah, nggak ada yang ketinggalan lagi kan? Yuk, berangkat, ntar telat kita. Gw masukin tasnya ke mobil ya," membawa tas menuju mobil yang sudah diparkir di depan rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang diaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang