Telur

27 0 0
                                    

Aku berlari dalam ketakutan sembari menoleh ke belakang.. Ahh, sesosok pria berjubah hitam terus mengejarku.. Tanpa melihat jalan yang berlubang, saya terus berlari dan akhirnya... Gubrak!! Aku jatuh dari tempat tidur. "Ah, syukurlah itu hanya mimpi" Gumamku.

Aku melihat jam yang ada di meja belajarku yang berada tidak jauh dengan tempat aku jatuh.. "Oh tidak" saya harus bergegas jika tidak ingin dihukum lagi karena terlambat.

"Stewart, ayo sarapan."

"Iya, ma".. Aku menyusuri tangga dan menuju ke ruang makan. Berhubung kamarku ada di lantai 2. Tanpa menunggu lama aku langsung pamitan.

Yah.. Dugaanku benar, pintu kelas telah ditutup dan itu berarti saya harus siap untuk dihukum oleh guru saya yang sangat kejam. Berdiri dengan satu kaki selama 2 jam di depan pintu kelas merupakan hal yang biasa untukku.

Entah kenapa saya selalu terlambat datang ke sekolah, padahal saya sudah berusaha sekuat tenaga dan kemampuan untuk datang tepat waktu, meski banyak yang tidak tahu dan dengan seenaknya saja mencap saya sebagai seorang yang hobinya terlambat. Berbagai alasanpun telah saya ungkapkan kepada pak Guru, tetapi apa yang saya dapat, "kamu itu alasan saja, dan tidak pernah mau berubah." Ujar pak Guru. Padahal saya telah jujur dan berusaha memperbaiki. Andai saja ada yang mengerti.

"Kringggg...." bel pergantian jam pelajaran berbunyi, menandakan bahwa waktu hukumanku telah berakhir.

Sebenarnya aku tidak ingin terlambat, aku ingin seperti teman-temanku yang selalu datang tepat waktu, disayang oleh guru dan juga mendapat nilai yang bagus.

"Stewart, sedang memikirkan apa kamu?" Bentak pak Guru.

Sentak aku kaget. "Ehmm, anu pak ehm anu pak"

"Anu pak, anu pak. Kalau bicara yang jelas. Dasar kamu, kerjanya hanya melamun saja!! Lihat ini, hasil ujianmu! Kamu mendapat nilai nol!"

Semua teman-teman kelas menertawakanku. "Huu, dasar bodoh", "masih bagus dapat nol daripada minus, hahaha." Ejek teman-temanku.

"Nah, selamat untuk Jully yang mendapat nilai tertinggi. Bapak sangat bangga terhadapmu." Tutur pak Guru.

Jully memang sangat pandai, tidak heran kalau dia disayang oleh para guru dan pria-pria yang ada. Di samping itu, dia juga anak yang cantik dan ramah. Saya pun ingin sekali berteman dengannya, tapi... Ah sudahlah, saya tidak mau membahas masa lalu, hal itu sangat memalukan.

Aku, ya hanya aku. Tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan. Bentuk tubuh yang bulat dengan berat badan di atas rata-rata, penyendiri karena memang tidak ada yang ingin berteman denganku, belum lagi kacamata dengan ukuran tebal yang menghiasi mataku. Hah, yang benar saja, siapa juga yang ingin berteman denganku? Tidak ada!

"Kringggg... Kringggg..." bel pulang berbunyi. Aku lantas mengambil tasku dan bergegas untuk pulang.
"Hey culun, mau pulang ya?", "Ah kamu ini, dia itu namanya badut, hahahaha. Badut mau pulang ke mana?" Aku hanya menoleh dan tidak menjawab pertanyaan mereka.

Ya begitulah, teman-teman kelas sering memanggilku dengan sebutan culun, cupu, badut, dan sebagainya. Mereka sangat kejam tetapi itu adalah sebuah kenyataan yang berhujung pada kebenaran yang pahit. Sepanjang perjalanan menuju ke rumah, saya terus saja bergumam dalam hati. Spontan, saya menendang kerikil yang ada, dan tanpa disengaja kena kepala seseorang. Benar saja, orang itu tidak asing bagiku, dia adalah pak Guru yang kejam.

"Astagah, mati aku." Kataku

"Kamu lagi, kamu lagi." Bentak pak Guru kejam. "Kamu selalu saja buat masalah! Tidak hanya di sekolah! Bahkan pun di jalanan."

"Ma...af Pa..k, saya tidak sengaja."

"Sudah sana pulang saja kamu."

Aduh, nasib sial apa yang saya alami bertemu dengan pak Guru kejam.

**

"Aku pulang.."

"Sudah pulang ya? Ayo makan siang"

Tanpa menggubris, saya langsung naik dan pergi ke kamarku. Merebahkan tubuhku ke kasur dan kemudian mencoba menutup mata, berharap semua hal ini hanyalah mimpi. Tiba-tiba...

Aku telah berada di sebuah tempat yang gelap. Saya mencoba mencari tahu sebenarnya tempat apa itu. Dingin, gelap, dan hanya saya sendiri yang berada di sana. Oh iya, sebenarnya saya takut dengan kegelapan. Nafasku tiba-tiba terasa sesak, ketakutan telah menyelimuti diriku.

"Hah huh hah huh" dengan nafas yang terengah-engah saya terbangun dari tidur siangku. Menyadarkanku betapa itu hanyalah sebuah mimpi di siang bolong. Saya pergi ke dapur dan meminum sebotol air mineral yang ada di dalam lemari es.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Apa ada yang salah denganku? Tadi pagi mimpi tentang seorang yang mengejarku, dan kemudian dilanjutkan dengan mimpi berada dalam ruangan yang gelap. Ah, sudahlah mungkin saya hanya kelelahan saja." Gumamku dalam hati.

**

Malampun tiba, kali ini tanpa ditemani bintang. Pantas saja banyak orang yang sering membuat puisi. "Bagai malam tak berbintang", sekarang aku mengerti, tanpa bintang, langit malam tidaklah indah. Pekat dan gelap seakan hendak merenggut kebahagiaan yang ada. Begitupun hidup, anggap saja bintang itu adalah masalah dan langit malam adalah kehidupan. Bukankah masalah-masalah yang menghiasi kehidupan kita, malah membuat hidup ini lebih indah dan menantang? Tanpa adanya masalah-masalah dalam kehidupan, tentu akan membuat kehidupan kita menjadi tidak seru dan hanya akan membuat kita bermain di zona aman. Artinya kita tidak akan mendapat pengalaman dan pelajaran dari masalah-masalah tersebut. Tunggu dulu, rasanya aku melupakan satu hal, tentu saja, rembulan, yah rembulan. Dia dan sang bintang selalu menemani sang malam dengan cahaya mereka yang terang. Meskipun mereka tidak selalu muncul disetiap malam tetapi percayalah mereka selalu ada.

"Stewart, udah tidur sana, nanti kamu terlambat pergi ke sekolah." Teriak mama.

"Iya, ma..." jawabku.

Suara mama menyadarkanku dari lamunan panjang dan mengantarku ke dalam tidur.

Berharap agar hari ini cepat tergantikan dengan hari besok. Dan, semoga saja pria berjubah hitam itu tidak lagi muncul tetapi digantikan dengan mimpi yang baru sehingga membawaku tidur dengan nyenyak.

Hosh, hosh, hosh, hosh.. Aku berlari dengan kemampuanku. Aku tidak tahu kenapa aku sampai berlari dan, dan, siapa yang mengejarku? Apakah pria berjubah hitam? Yah, benar dugaanku, lagi-lagi pria berjubah hitam dengan seenaknya muncul dan mengganggu tidurku, untuk sekarang saya hanya bisa berharap agar segera jatuh dari tempat tidur sehingga menyadarkanku dari mimpi aneh ini. Belum jatuh dari tempat tidur, saya sudah ditangkap oleh pria tersebut dan dibawa olehnya ke suatu tempat. "Lepaskan saya", "siapa kamu sebenarnya?", "apa salah saya sehingga kamu menangkap saya?" Rontah saya. Tetapi seakan merontah kepada tembok, pria itu tidak menghiraukan saya sama sekali. Akhirnya saya sampai di tempat yang tidak asing bagiku, sebenarnya siapa pria itu dan ke mana dia membawaku?....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kupu-Kupu MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang