Kasih Natal

145 13 1
                                    

"Selamat Natal Papa. Selamat Natal Mama"
"Selamat Natal sayang"

Sayup sayup terdengar dari telingaku. disepanjang aku berjalan aku mendengar ucapan itu dan itu lagi. Kesal? Mungkin Ya. Aku benci dengan Natal. Kenapa harus ada Natal.
Mereka semua berpelukan antara anak dan kedua orang tua mereka. Tuhan terlalu jahat padaku. Ia tidak adil padaku.
Aku menendang kerikil kecil yg ada dihadapanku. Mengungkapkan kekesalanku pada batu kecil itu.

Brukk
"Maafkan aku nak" ucap lelaki paruh baya itu padaku. Aku melihatnya dari atas sampai bawah. Ia memakai jubah berwarna hitam dan sedikit corak putih di kerah bajunya
"tidak apa apa pak" ucapku tersenyum paksa
"Apa yg ada dipikiranmu? Kenapa kau terlihat murung? Bukankah hari ini malam Natal? Kau seharusnya berbahagia" ucapnya
"Untuk apa aku harus berbahagia? Aku membenci Natal Pak" ucapku lantang
Lelaki paruh baya itu menatapku hangat dan tersenyum. Aku heran menatapnya yg menatapku seperti itu.
"Ikutlah denganku. Kau boleh bercerita tentang apapun yg kau rasakan sekarang. Mari ikutlah" ucapnya menggengam tanganku dan membawaku kesebuah taman dan duduk dibangku coklat itu
Aku duduk disampingnya. Dan bertanya dalam hati 'siapa bapak ini'
"Aku seorang pendeta. Aku baru saja menyelesaikan tugasku digereja" seperti tau apa yg ada dalam pikiranku. Ia memperkenalkan dirinya
"Panggil saja aku Pak Gabriel. Siapa namamu nak?" tanyanya
"Namaku Angel pak" Ucapku
"Sedang apa kau disini? Rumahmu dimana?" Gabriel
"Aku bosan di panti makanya aku sekarang berada disini. Aku hanya mencari kesegaran. Tapi nyatanya aku malah menyesal" Angel
"Mengapa menyesal? Kau tidak pergi kegereja?" Gabriel
"Aku menyesal karna melihat rumah rumah yg aku lewati sedang merayakan Natal" Angel
"Mengapa kau membenci Natal?" Gabriel
"Sudah 5tahun ini aku membenci Natal. Dulu sewaktu aku masih kecil aku sangat menyukai Natal, aku bahagia bersama keluargaku. Tapi setelah kejadian 5tahun lalu, Natal merebut kebahagiaanku. Tuhan mengambil semua kebahagiaanku." angel. Aku terdiam. Memejamkan mataku. Bagai film yg diputar kembali. Semua terulang secara rapi dipikiranku
"Ceritalah nak" Gabriel mengusap kepalaku lembut
"Saat aku berumur 10tahun ayah dan ibuku mengajakku untuk liburan saat malam Natal. Saat itu aku sangat senang sampai tiba sebuah telfon dari tanteku menganggu ayahku yg sedang mengemudi. Ayahku kaget saat tanteku memberitahu bahwa nenekku meninggal. Ayahku tak fokus mengemudi sampai semuanya gelap" Angel
"Kecelakaan?" tebak Pak Gabriel. Aku hanya bisa mengangguk lemah. Menahan airmataku jatuh. Rasanya dadaku sesak mengingat itu semua
"Saat pagi datang, aku sedang berada didalam ruang rawat. Aku bertanya kepada suster hari apa ini. Dan saat itu suster mengatakan ini Natal. Aku tersenyum sepanjang mengingat Natal tlah tiba dan senyumanku hilang saat aku bertanya kepada dokter dimana orangtuaku. Setelah kejadian itu, aku tinggal dipanti asuhan sampai sekarang" Angel
"Keluargamu yang lain?" Gabriel. Aku menggeleng lemah
"Tuhan tidak sayang padaku. Semua hilang. Tuhan mengambil semuanya dariku. Tidak ada kasih Natal padaku" angel
"Tanpa kau sadari, sesungguhnya Tuhan sangat sayang padamu nak" Gabriel
"Apa buktinya Tuhan sayang padaku? Dengan cara mengambil semua kebahagiaanku? Iya pak?" tangisku pecah. Airmataku tak mampu lagi ku tahan. Mengalir begitu saja di pipiku. Pak Gabriel tersenyum menatapku
"Apa kau masih bisa melihat saat ini?" Gabriel. Aku mengangguk.
"apa kau bisa berjalan sempurna saat ini?" Gabriel. Aku pun mengangguk
"Apa kau bisa mendengar saat ini?" Gabriel. Aku mengangguk
"Apa tanganmu masih bisa bergerak dengan baik?" Gabriel
"Iya pak" aku mengangguk
"Apa kau masih bisa menghirup udara saat ini?" Gabriel. Aku mengangguk untuk kesekian kalinya
"Itulah sedikit bukti bahwa Tuhan sayang padamu" Gabriel
"Lalu? Kalau Tuhan sayang padaku. kenapa dia mengambil kedua orangtuaku?" Angel
"semua yg diciptakan Tuhan akan kembali padaNya. Hanya menunggu waktu kapan Tuhan akan menyuruh kita kembali padaNya. Seharusnya kau bersyukur sampai saat ini masih bisa melihat, berjalan, bersuara, mendengar dan bernafas dengan baik, Karna diluar sana beberapa orang ada yg tak dapat berjalan, melihat, bersuara, mendengar ataupun bernafas dengan baik. Kau cantik. Aku tau hatimu baik. Jangan keraskan hatimu nak. Lihatlah. Betapa baiknya Tuhan itu padamu" Gabriel menatapku
"Tapi aku tak dapat merayakan Natal seperti mereka" Angel
"Bukankah kau memiliki ibu panti dan teman teman yg ada dipanti? Mereka adalah keluargamu. Natal tidak perlu dirayakan dengan sangat mewah, karna Natal bukan tentang kemewahan tapi Natal adalah tentang kasih antar sesama. Dimana kita harus menebar kedamaian dan kasih tanpa memandang siapapun" Gabriel. Aku tersenyum dan aku meresapi semua perkataan pak Gabriel. Rasanya hatiku senang saat ada seseorang yg memahamiku.
"Selamat Natal pak" aku memeluknya hangat. Betapa bahagianya ku saat ini
"Selamat Natal juga nak. Tuhan Yesus memberkatimu" Gabriel
"Terimakasih Tuhan, karna sampai saat ini kau masih memberikanku nafas kehidupan. Maafkan aku karna aku telah membeci natal. Natal yg sesungguhnya mengenai kasih. Terimakasih Tuhan sudah sangat baik memberikan pak gabriel padaku untuk memberitahukanku tentang Natal. Mulai saat ini sampai seterusnya aku tak akan membenci natal melainkan aku akan menerbarkan kasih natal kepada semua" ucapku dalam hati

Kasih NatalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang