Malaikat pelindung

293 17 2
                                    

Saat itu hujan sedang turun, angin menerobos masuk jendela, meski disertai petir aku tidak beranjak pergi dan tetap memandang hujan yg begitu deras.

Ketika kecil, kehidupan keluarga kami begitu terasa indah.
keharmonisan yg mungkin para tetangga bertembok tinggi itu merasakan sedikit iri kepada kami.

Papah bukanlah seorang pekerja kantoran layaknya para tetangga kami,

Dia hanyalah pekerja dengan gaji serabutan yang tak menentu pendapatannya.

Setiap hari yang papah pikirkan hanyalah kebutuhan anak-anaknya.

Sekolah..
Makan..
Dan kebutuhan lainnya

Dia bahkan melupakan kesehatannya. menutupi sakit nya hingga bertahun-tahun.

Didepan kami,dia selalu bersikap kuat menutupi semua beban,dan selalu tersenyum seolah-olah semua dalam keadaan baik-baik saja.

Kehidupan berbeda itu sangat terasa,ketika para tetangga sering sibuk membuat acara bergilir yang rutin diadakan tiap minggunya ,hanya untuk menghabiskan uang dan menceritakan barang mahal yg baru mereka beli.

Kami bersyukur undangan itu tidak mampir kerumah.

"siapa yg sudi membagi tempat untuk mereka yg dibawah."

Ucap seorang tetangga dengan sengaja meninggikan volume suaranya.agar seisi rumah kami mendengar perkataan kejinya.

Papah mengelus dada,memberi isyarat pada kami untuk bersabar.

Kami hanya mengangguk menjawab dengan senyum sebagai tanda mengerti.

"Kehidupan pasti berputar." Batinku.

Azelia'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang