Chapter 3

292 22 1
                                    

Aku cengeng? Memang! Aku memang cengeng. Ini juga sudah hari kedua orangtuaku meninggalkanku dengan si manusia es itu. Dan kalian tahu apa saja yang aku lakukan? Aku terus saja menangis tanpa henti. Ya, mungkin berhentinya waktu hal hal tertentu lah. Dan selanjutnya, ya aku nangis lagi.

Saat inipun, ditaman Rumah Om Andi aku sedang menangis. Aku memang manja pada orantuaku. Maka dari itu, ditinggal seperti ini membuatku uring uringan.

"Astaga Prilly. Lo mau sampe kapan nangis gini? Sampe orangtua lo balik kesini? Dua bulan lagi?" Nah, ini juga si Mr.Es selama 2 hari ini selalu ngomel padaku. Bagaimana gak ngomel kalau aku nangisnya dengan suara kenceng?

"Huaaaaa" Aku menaikkan suara tangisku. Kulihat si Mr.Es tambah Frustasi tapi wajah nya masih lempeng lempeng aja tuh.

"Yaampunnnn, Prill! Stop! Berhenti plis. Oke sekarang, lo omongin apa yang lo mau nanti gue turuti oke? Tapi berhenti nangis" Ucapnya dengan panjang yang baru kudengar.

Aku menyeringai. Ini dia waktunya ngerjain si Manusia es ini. "Beneran lo mau nurutin apa aja yang gue mau?"

Dia mengangguk pasrah

"Gue mau lo tersenyum" Ucapku girang. Karena, saat mengenalnya aku tidak pernah sekalipun melihat dia tersenyum

Aku melihat wajahnya yang seperti kaget mendengar permintaan konyolku . Namun dengan cepat ia merubah kembali ekspresi nya seperti biasa, datar.

"Apaan sih lo! Modus banget" Cibirnya.

Aku kembali cemberut dan "Huaaaa mamah Papah...." Aku kembali nangis dan kali ini lebih kencang seperti anak kecil yang tidak dibelikam balon oleh sang ayah

Dia mengacak rambutnya frustasi "Oke, oke gue turuti. Sekarang lo berhenti nangis oke!" Ucapnya

Aku mengangguk senang. Kemudian dia tersenyum. Namun aku tau jika itu senyuman paksa bukan senyuman ikhlas.

Aku kembali nangis dia mengerutkan keningnya "Apalagi sih Prill?" Ucapnya

"Senyum...nya... ga...ikhlas" Ucapku terbata karna terlalu lama menangis

Dia mendesah pelan, Namun sedetik kemudian dia tersenyum. Aku terpaku melihat senyumannya. Kali ini terlihat ikhlas dan itu membuatnya semakin...Manis? Eh?

"Udah! Puas lo?" Aku tersentak saat dia kembali merubah wajahnya dan berbicara padaku.

"Oke. Gue gak akan nangis lagi. Tapi, sekarang lo harus beliin gue es krim" Ucapku antusias

Dia melongo mendengar permintaanku "Astaga Prilly! Lo nyusahin banget sih. Kaya anak kecil tau gak!" Ucapnya.

Aku kembali cemberut "Yaudah, gue telpon Om Andi aja. Gue aduin lo" Aku hendak mendial nomor Om Andi namun tiba tiba tangan Si Mr.es udah merebutnya.

"Oke ayo kita pergi cari Es Krim" Ucapnya . Aku mengangguk lagi dengan antusias. Haha, padahal tadi aku mau telpon Om Andi cuma pura pura aja supaya dia mau nuruti permintaanku.

***

"Ummm, yummi. Ini enak loh Mr.Es. lo beneran gak mau?" Aku terus menawarinya Es Krim dan dia tetap menggeleng.

Kini, aku sudah ada di kedai Ice Cream yang menyediakan berbagai Es Krim.

Sudah 1 jam kami disini. Dan aku sudah menghabiskan beberapa Es Krim. Sedangkan si Mr.Es? Jangan tanya lagi! Dia hanya memandang Handphone nya tanpa memperdulikanku.

"Mr.Es, gue mau lagi" Rengekku kembali saat Es krim ditanganku sudah habis.

"Astaga Prillyyyy! Lo udah ngabisin 7 Es krim! Udah ah ayo pulang!" Ucapnya yang kulihat sudah benar benar kesal padaku.

Dia dengan seenaknya saja menarik tanganku keluar dan memasuki mobilnya. Uh, padahal aku masih ingin Es lagi tapi ya sudahlah aku udah ngabisin banyak ko malam ini.

Tak lama kemudian, kami sudah sampai dirumah mewah milik keluarganya ini. Aku masuk duluan dan dia mengikuti dari belakang.

Hari sudah malam, aku masuk kekamar tamu yang menjadi tempatku kali ini. Namun, tiba tiba ide licik kembali ada dikepala cantikku ini. Xixixi^_^

Aku menghampiri kamar seberang yang tak lain adalah kamar si Mr.Es. Aku mengetuknya dengan keras

Dor..Dor...Dorr

Itu sih bukan sebuah ketukan. Tapi sebuah gedoran.

Pintu terbuka dan wajah si Mr.Es terlihat lelah namun masih saja dengan wajah datar.

"Apalagi?" Tanyanya

"Lo pindah gih kekamar lain. Gue mau tidur disini" Usirku padanya.

Dia mengernyit tidak suka "Maksud lo apa? Ini rumah gue. Dan ini kamar gue. Kenapa lo ngusir gue?" Tanyanya masih tanpa ekspresi. Uh, kenapa gak senyum sih. Padalahkan dia sangat tampan saat senyum, eh?

"Yaudah kalo gak mau. Gue.... Huaaaaaaa" Tiba tiba saja aku menangis dengan kencang yang membuat wajahnya panik "Gue..hiks bakal nelpon hikss Om Andiii" Aku berucap sambil menangis.

Mr.Es makin panik saat melihatku akan menelpon ayahnya. Aku tau dia takut dimarahi atau apa karena aku akan mengadu pada Om Andi sambil menangis.

Setelah menemukan nama Om Andi dilayar Handphoneku, aku segera menelponnya. Tak lama diangkat oleh om Andi.

"Hiks Om Andi..." Belum sempat aku mengadukan semuanya. Tangan Si Me.Es sudah merebut hpku--Lagi. Menyebalkan.

"Hallo pah"

"....."

"Engga ko, Prilly baik baik aja. Dia tadi cuma mimpi buruk"

"...."

"Engga ko, kami aman. Gak bertengkat atau apa"

"...."

"Iya. Papah juga hati hati ya. Salam buat mamah juga Tante Ully dan Om Rizal"

"..."

"Waalaikumsalam"

Dia memandangku tajam. Kemudian menyerahkan Hanphone ku kembali.

"Udah cengeng, tukang ngadu pula" Cibirnya padaku "Udah sana masuk" Dia menyingkir dari arah pintu dan aku tersenyum lebar. Akhirnya aku bisa tidur dikamar ini.

Mr.Es pergi dari kamar ini dan menuju kamar Tamu tempatku sebelumnya. Aku menutup pintu dan mulai mengamati kamar milik si Mr.Es ini.

Disini, Dekorasinya membuatku gak nyaman. Koleksinya banyak tentang bola bola yang tak kutahu apa namanya. Sprei bergambar tim bola, semua pokoknya bertema Bola. Dan aku gak suka itu.

Seringai kembali kumunculkan. Aku mendial nomor Bio--Asisten kepercayaanku pribadi.

"Bio, gue butuh bantuan lo"

Tbc

Damn!! I Love Mr.Es!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang