Sunshine

17.8K 847 90
                                    

Gadis berwajah khas Italia itu melangkahkan kakinya menuju arah bangunan vintage-style bertuliskan Mademoisellé Rouge Café pada sebilah kayu berwarna mahogani yang menggantung di pintu itu. Senyum tipisnya terkembang seraya merapatkan coat winter koleksi dari Burberry itu karena musim dingin semakin menggila di Paris.

Tak banyak yang berubah dari dirinya sendiri. Dia tetaplah menjadi seorang gadis pecinta Italian Machiatto. Setidaknya, hal itu tidak berubah, bukan?

Entah mengapa waktu bergulir begitu cepat, empat tahun sudah berlalu sejak hari terakhir dia menapakkan kakinya di negeri seribu pulau, Indonesia.

Langkah kakinya pun semakin cepat, lalu masuk kedalam café sederhana disudut kota Paris itu dan memesan segelas Latté. Ya, bahkan barista café tersebut mungkin sudah hafal diluar kepala dengan gadis cantik ini. Café ini sudah menjadi tempat langganannya di sore hari, entah hanya untuk menikmati secangkir kopi atau membaca buku.

Gadis bertubuh tinggi dan langsing itu mencari tempat duduk favoritnya, meja nomor sembilanbelas disudut ruangan didekat jendela. Matanya memandang kearah ferris wheel yang memenuhi pandangannya. Terlihat banyak pasangan-pasangan baik tua maupun muda yang berjalan berdampingan, dan bergandengan tangan.

Talitha merapatkan genggamannya pada cangkir putih yang cukup menghangatkan badannya di musim dingin itu seraya tersenyum simpul. Dia pernah memiliki seseorang yang ia genggam tangannya ketika berjalan. Dan dia pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki seseorang yang selalu ada untuk kita, dulu.

Cepat-cepat dia menghapus bayangan akan masa lalu itu dari benaknya. Dia tidak seharusnya masih terpaku dan berjalan ditempat akan kisah masa lalu yang telah lama berakhir. Dia tidak bisa terus menyakiti dirinya sendiri.

Namun apa yang dikatakan orang-orang benar adanya, semakin kita berusaha melupakan sesuatu, kenangan atas hal itu semakin terngiang dan terus berputar layaknya bola billiard. Entah mengapa kenangan akan rasa pedihnya kehilangan itu memberikan bekas luka yang mendalam pada gadis itu. Terlalu dalam.

Gadis itu menimang benda berwarna keperakan itu yang ada pada tangan kirinya dengan bersedih. Seharusnya dia waktu itu hadir dan turut berbahagia atas acara itu. Tapi dia tidak bisa.

Tiga tahun silam . .

Lelaki berwajah khas Indonesia itu melangkahkan kaki keluar dari Charles de Gaulle Intenational Airport itu dengan pakaian kasual biasa. Mengingat sekarang sedang musim panas di Paris. Lelaki itu menimang apakah keputusannya ini sudah tepat?

Dan apakah gadis itu bersedia hadir?

Dua tahun sejak kepergian mantan kekasihnya itu dan pasca berakhirnya hubungan mereka. Bagaimana kabar gadis cantik itu? Gibran tidak pernah mendengar kabar apapun tentang Sara, mantan kekasihnya. Yang akhirnya dia tahu adalah Sara sekarang tinggal dan menetap di Paris sejak tahun lalu. Entah apa yang membuat gadis itu pergi meninggalkan Milan, lagi.

Tak terasa taxi yang ditumpanginya sudah sampai pada tempat dimana dia akan turun. Apartmen mewah di kawasan Saint-Honoré. Setelah memberikan satu lembar lima puluh euro, lelaki itu turun dan memantapkan keputusannya bahwa apapun yang terjadi di masa lalu itu sudah berlalu.

Sekarang dia datang menemui Sara sebagai seorang teman.

Ya, seorang teman lama.

SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang