Prolog
Malam itu cukup dingin, bahkan karena dingin itu, jendela kamar gadis berambut keperakan itu berembun, seakan salju turun dua bulan lebih awal dari yang diperkirakan.
Gadis tersebut menempelkan tangannya di jendela itu, sensai beku memenuhi telapak tangannya yang kecil. Gadis itu membuka sedikit jendela tersebut, angin sejuk berhembus meniup rambut peraknya. Matanya menatap ke arah bulan dengan tatapan tegas namun mengandung kesedihan yang dalam.
"Aku tak punya pilihan lain," gumam gadis itu. Tangannya beralih pada teralis beranda kamarnya, "Dunia ini, memang tidak seharusnya ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
D. I. V. E ! [Currently Stopped]
FantasyNo one can escape this virtual world, unless he/she is prepared enough to die..