Heart Of The Trees

1.5K 23 5
                                    

"Tinggalkan aku sendiri!" teriakku untuk yang kesekian kalinya.

"Jalan ini bukan milikmu seorang, Nona!" sahutnya juga untuk yang kesekian kalinya. "Aku orang baru disini, bersikap sopanlah sedikit" lanjutnya.

Aku menghentikan gerakan cepat dikedua lututku, menarik nafas panjang-panjang, berusaha mengendalikan amarah yang muncul bersamaan dengan keringat yang menghambur tak terkendali.

Kulihat pria itu berlari jauh didepanku, ia tidak memperlambat langkahnya apalagi ikut berhenti seperti yang beberapa hari ini kerapkali ia lakukan.

Amarahku pun mereda setika, senyuman kembali menghiasi wajahku. Udara yang segar, pagi buta yang indah, aku kembali bersemangat. Aku menggerakkan kembali persendianku, tapi tak secepat sebelumnya. Tidak ingin berusaha menyusul pria itu, aku lebih suka seorang diri.

Tinggal di pemukiman hijau adalah mimpiku sejak masih remaja, dan tiga tahun belakangan ini sudah terwujud nyata. Aku tinggal disebuah pemukiman sedikit penduduk namun kental akan nuansa alam yang indah. Tanah berbukit, rerumputan hijau, pepohonan besar yang rindang, dan sebuah danau kecil berair jernih. Jauh dari jalan raya dan pusat kota yang bising dan penuh polusi.

Dan disini ada sebuah taman besar penuh dengan pepohonan yang dilengkapi jalan beraspal disepanjang sisinya. Jalan tersebut mengelilingi sebuah danau, jadi dimanapun posisi seseorang, ia akan melihat sebuah pemandangan indah, danau berair jernih yang memantulkan gambar langit dan pepohonan hijau disetiap sudut mata memandang.

Setiap jam 4.30 dini hari, menjelang pagi bermatahari, aku selalu menyempatkan diri untuk berolahraga disini, hanya sekedar jogging atau berjalan-jalan.

Kuperlambat langkahku ketika kulihat sinar oranye halus berkilauan di atas danau yang memantulkan langit yang membiru memudarkan kegelapan, tanda pagi akan datang dalam waktu yang singkat.

Aku bahagia menikmati kedamaian alam yang indah ini seorang diri, sementara seorang diri. Ya, tempat ini akan segera ramai setelah matahari naik, akan ada banyak orang yang berolahraga disini, atau para ibu yang berjalan-jalan sambil menyuapi balita mereka.

"Sendirian saja, Non!" sapa seorang pria yang sudah menyapa lebih dari 3 kali dalam waktu kurang dari setengah jam.

"Arghhh... Sudah cukup!"

Aku masih asik seorang diri sebelum lalat ini menggangguku setiap hari, muncul di jam yang sama, dan melakukan aktivitas yang sama.

"Aku akan menemanimu..." bisik pria itu dengan seringai gembira diwajahnya.

"Tinggalkan aku sendiri!" perintahku ketus.

"Tolonglah, aku ingin mendengar kalimat lain dari hatimu!" ucap pria itu untuk pertama kali sejak sekian lama ia menerima perlakuanku tanpa banyak bertanya, biasanya ia akan berlalu setelah kalimat perintah tersebut keluar dari bibirku.

"Aku tidak ingin ditemani siapapun! Jelas!" sahutku judes.

Aku mempercepat langkahku berusaha meninggalkannya.

Pria aneh, setiap pagi ia datang menggangguku, padahal aku sengaja datang sepagi ini untuk menghindari orang-orang, kesunyian inilah sahabat terbaikku. Tapi sekarang teramat sulit untukku menemukan kesunyian, aku mulai merindukan pagiku berlari disini seorang diri. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin meminta pria itu untuk tidak datang di jam yang sama, itu tidak sopan dan akan membuatku merasa sangat egois.

"Aku ingin menemanimu, Selyn" ucap pria itu setelah menyamai langkahku, tapi kali ini aku mendengar ia menyebut nama yang sangat tak asing bagiku, ia menyebut namaku diakhir kalimatnya.

Aku segera menghentikan langkahku.

"Kamu..." mulaiku sambil masih mencari kata-kata yang tepat untuk menghakiminya.

Heart Of The TreesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang