Ki(e)nan

215 34 30
                                    

Dia Kenan Alfin Alberta, cowok ganteng, populer, tajir, pinter, ramah, konyol, dan di puja puja sama seluruh siswi SMA Bima Sakti, termasuk gue.

Gue?

Gue siapa ya?

Gue bukan pemeran utama di cerita ini. Karena ini cerita Kenan dan Dia.

Gue hanya pengemar rahasia sang cowok populer.

Gue hanya mengagumi dalam diam.

Dia Cinta Pandangan pertama gue.

-------

Gue Kenan si cowok populer.

Mungkin gue emang pemeran utama di cerita ini, tapi dia adalah pemeran utama di hati gue.

Iya dia, Cinta pandangan pertama gue.

"Kenan, gue pulang nebeng ya."

Itu dia, sang pencuri hati.

"Bayarin gue bensin ya, keenakan idup lu gratisan mulu."

"Yeee si cogan, malu minta traktiran ama cewek."

"Emang lo cewek, mana ada cewek yang manjat manjat pohon mangga Hahahaha."

"Jangan tawa lo tai. Kalo lu gamau gue bareng Tito aja."

Jangan.

"Najong baper, iya iya."

"Nah gitu dong hehe, gue balik ke kelas ya."

"Sono hush hush jan balik lu, gumoh gue."

"Awas ntar naksir."

Memang.

"NGIMPI! Udeh sono."

"Babay abang kenan." Dia pergi, gue ga bakal biarin sang pemeran utama hati gue pergi.

"Nan."

"Kenapa ca?" Itu icha.

"Ehm, kamu bisa dateng ke Birthday Party aku? Kalo gabisa gapapa."

"Apasih yang engga buat icha." Gue mengelus rambut hitam icha.

Pipinya seketika seperti tomat.

Icha sangat lucu.

"Ohiya nan, kamu ajak Kinan juga ya. Kartu undangannya udah abis jadi kalian satu kartu ya."

"Yakin kamu ajak Kinan? Yang ada makanannya abis sama dia, kamu tau dia perutnya karet."

"Kamu ini." Icha nusuk nusuk perut gue.

Aw so kyut.

"Iyaa deh, tapi siapin ketring tambahan cha. Kasian yang lain nanti gak kebagian hahaha."

Icha tersenyum manis. Sama seperti dia.

----

Gue nunggu dia di parkiran. Menunggu memang melelahkan.

"HAYOLO! Bengong aja bang. Mikirin apa?" Dia tersenyum jahil. "Mikirin gue ya?" Tebaknya. "Geer bat lu najis, buruan naik."

"Uu galak amat syi bang." Dia nepak kepala gue yang berbalut helm full face. Berbalut oke.

"Nan, gimana lo sama Icha?"

"Lancar lancar aja. Gimana lo sama Tito?" Tanya gue balik, gue liat raut wajah dia dari kaca spion. Raut yang gabisa di artiin.

"Orang gue ga ada apa apa sama Tito, sok tau lo."

"Ketawan kali lo suka sama dia, cara lo mandang dia tuh beda, ada manis manisnya gimana gitu. Hahaha."

Ki(e)nan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang