Poligami

1K 4 1
                                    

Mungkin semua Wanita atau Perempuan di dunia sangat setuju dengan penuturan yang dijelaskan Diana. Ah, tapi mungkin tak semuanya. Mungkin akan ada beberapa orang yang akan menerima keadaan Rumah Tangganya yang di Poligami. Tapi akan lebih banyak yang tidak akan menerima keadaan di Poligami. Akan ada Perempuan yang akan merasa dirinya sudah tak diperlukan---lagi saat dirinya di Poligami. Entah sebagai Ibu atau peran sebagai Pendamping Hidup. Maaf, bukannya ingin menentang Hukum Agama kaum Muslim. Hanya saja ada perasaan Marah, Sakit Hati, Sedih, merasa diKhianati, merasa diBohongi, merasa sudah Tak Berguna, bahkan seperti akan kehilangan Nyawanya sendiri.

Poligami. Kata yang sangat sederhana. Mungkin sangat sederhana. Tapi maknanya sangat menyayat hati. Ah, bahkan seperti Malaikat pencabut nyawa yang siap-siap mencabut dikeadaan apapun. Tapi--bukankah semua yang kalian punya didunia ini hanya titipan? Suatu saat akan diambil mau tidak mau, siap tidak siap semua akan kembali kepada Sang Khalik. Bayangkan saja seperti kalian mempunyai makanan yang sangat kalian sukai dan harus berbagi dengan yang lain. Tapi bukan berbagi dengan orang yang sederajat denganmu. Melainkan dibawahmu, atau lebih tepatnya kurang Mampu.

''Jadi kalau 'berbagi' dengan yang tak mampu kamu mau?''.

Diana mengangkat wajahnya, mulutnya bungkam. Diana tak mampu menjawab pertanyaan lawan diskusinya. Diana tertegun. Pertanyaannya sebenarnya sederhana, tapi sangat sulit--

"Aku hanya wanita biasa. Aku tidak suka berbagi dengan apa yang aku miliki---hanya saja. Eum, kamu tahu kalau berbagi dengan wanita yang--". Diana bingung entah kata-kata apa yang dia ucapkan barusan. Entah otak mana yang mengeluarkan kata tersebut.

Fandi tersenyum. Wajahnya lebih berseri dari biasanya membuat pipi Diana bersemu merah. Ini bukan pertama kali Diana diskusi dengan Fandi mengenai Poligami. Biasanya Fandi akan kalah telak dengan kata-kata Diana. Tapi kali ini tidak--malah Diana lah yang kalah telak dengan Fandi. ''Jangan Egois. Wanita di dunia ini bukan hanya kamu. Banyak berjuta-juta wanita yang sama denganmu menanti jodohnya. Tapi bagaimana kalau kamu Jodohnya itu dengan menjadi Istri kedua? Kamu akan memilih menikah atau menjadi perawan tua?" Fandi menaikan alisnya dan tersenyum. " Tenang Diana. Tuhanmu itu selalu mempunyai rencana paling Indah''.

Fandi benar. Bagaimana kalau Diana akan menikah dengan Pria yang sudah mempunya istri entah satu,dua, atau tiga. Tidak. Diana tidak mau. "Aku akan memilih perawan tua!" tegas Diana.

Kali ini Fandi malah tertawa ringan dengan jawaban Diana. "Diana, Diana... apa sulitnya 'berbagi'? Bukankah kamu tahu Allah menyukai Hambanya yang saling 'berbagi' dengan Makhluknya yang lain?'' senyumnya mengembang menenangkan. "Ini masalah kepatuhanmu terhadap Tuhanmu Diana. Bukankah kamu juga tahu bahwa kepatuhanmu akan mendapat balas Syurga diYaumil Akhir?".

Diana menggigit bibirnya keras-keras. Otaknya sibuk mencari dan mencerna penjelasan Fandi. Bagaimana mungkin dia tidak berfikir sejernih Fandi. Atau ini hanya Alasan suatu saat atau--Fandi memang berniat untuk BERPOLIGAMI. "Apa kamu berniat berpoligami?" Diana bertanya dengan hati-hati.

Kedua kalinya pertanyaan Diana membuat Fandi kembali tertawa. "Begini Diana, aku bukan laki-laki atau Pria yang baik. Hanya saja mungkin suatu saat aku akan melakukan itu. Bukan. Jangan mengira aku sudah niat atau bertekad dalam hati. Tapi diawal aku dan calon jodohku untuk memutuskan menikah, kami akan berkomitmen untuk dia harus siap sedia di Poligami entah itu kapan..".

Jawaban yang diberikan membuat Diana terhanyut dalam pesonanya. Mungkin akan jarang bahkan tidak akan ada Pria atau Laki-laki yang akan seperti Fandi dalam berkomitmen. Tapi wanita mana yang mau dimadu? Wanita mana yang akan rela membagi kasih dengan yang lain? Wanita mana yang siap lahir batin dalam rumahnya terdapat dua atau lebih wanita lain?. Mungkin akan ada sebagian orang memelih Racun dalam arti Cerai, dari pada harus di Poligami.

POLIGAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang