Kali ini mari kita bercerita tentang kisah seorang Jani Partiwi. Jani itu seorang remaja tujuh belas tahun, dia itu suka sekali pada Kucing, dia sama sekali bukan seorang anak yang jenius, dia juga bukan seorang gadis yang digilai lelaki karena kecantikannya. Jadi, mari kita mulai kisah seorang Jani Pratiwi.Kisahnya dimulai pada suatu malam di bulan Januari, saat itu Jani sedang berleha-leha di kasurnya, sambil memainkan Handphonenya. Tiba-tiba sebuah pesan Line masuk ke dalam Handphonennya.
Tio : jani?
Tio? Kalau tidak salah Tio itu kapten tim Futsal di sekolah Jani 'kan? Ya, pasti Tio yang itu, karena yang bernama Tio cuma ada satu disekolah Jani, seingat Jani. Tapi kenapa dia tiba-tiba chat Jani?
Jani : ya?
Tio : temen sekelas Nindi kan?
Jani : iya, emang kenapa?
Tio : Jadi gini, dia lagi marah sama gue.
Jani : marah kenapa? Terus apa hubungannya sama gue?
Tio : gara-gara dia liat gue jalan sama cewek laen, padahal cewek itu sepupu gue.
Tio : karena lo temen sekelas Nindi.
Oh jadi Tio ini pacarnya Nindi, tapi Jani juga tak heran sih Nindi bisa pacaran dengan ketua tim Futsal karena Nindi itu memang sangat cantik, banyak lelaki yang suka pada Nindi. Tapi kenapa Tio harus bercerita pada Jani? Padahalkan walaupun sekelas dengan Nindi, Jani tidak dekat-dekat amat dengan Nindi.
Jani : tapikan walaupun sekelas sama Nindi, gue gak deket-deket banget sama dia_-
Tio : ih ayolah bantuin gue
Jani : bantuin apaan lagi?
Tio : bantuin jelasin ke dia kalau cewek yang jalan bareng sama gue, bukan selingkuhan gue
Jani : itu bukan kapasitas gue buat jelasin ke Nindi yaa, lagian gue juga gak tau lo itu bohong atau enggak
Tio : suerrr gue gak boong please...
Jani : maksa banget sih_- oke gue bakal jelasin, tapi cuma jelasin doang ya
Tio : makasih ya :)
Jani : iya_- btw lu dapet ID gue dari mana?
Tio : dari si Pipit
hadeh, kenapa pipit memberitahu ID Jani pada Tio sih? karena ini kan jadi Jani harus repot-repot ikut campur urusan dua sejoli itu, padahal Jani itu paling malas kalau soal urusan ikut campur masalah orang. Karena menurut Jani itu sangat melelahkan.
Dan ini baru awal. Awal dari cerita Jani, awal dari salah satu kisah yang Jani selalu ingat, dan Jani ingin segera lupakan.
-ooo-
Akhirnya Jani berhasil membujuk Nindi untuk percaya pada Tio. Walaupun prosesnya tidak semudah perjanjian awal ia dengan Tio.
Kata Tio sebagai tanda terima kasihnya pada Jani, Tio ingin mentraktir Jani makan. Sebenarnnya Jani sudah tidak mau berurusan dengan Tio lagi, sudah cukup ia dibuat repot oleh Nindi.
Tapi Tio memaksa Jani, jadi apa boleh buat. Lagi pula sebenarnya ditraktir makan lumayan menyenangkan juga. Maksud Jani, memangnya siapa yang tak suka segala hal yang berbau gratis?
"Makasih ya Jan," kata Tio. di sela-sela acara makan pizza mereka.
"Iya."
"Tapi kok lo bisa sih ngebujuk Nindi? padahal kata lo, lo gak deket sama Nindi."
Heh, Tio tak tau saja, Jani sempat dituduh sebagai selingkuhan Tio oleh Nindi, karena Jani sempat ngotot meminta Nindi memaafkan Tio, jadi Nindi curiga bahwa selingkuhan Tio itu sebenarnya Jani. Ini tak masuk akal kan? Ya, Jani juga tau itu.
"Bisalah, gue gitu lho," jawab Jani sekenannya, tak mungkin juga Jani mengatakan yang sebenarnya terjadi, pada Tio. Bisa-bisa masalah malah makin panjang. Dan otomatis makin merepotkan.
"Belagu banget lu. Eh ngomong-ngomong sebelumnnya gue gak pernah liat lo disekolah sih."
hm, Jani juga sadar. Jani itu bukan seorang anak populer yang dikenal oleh seluruh anak di sekolah seperti Nindi. mungkin yang kenal Jani hanya teman yang sekelas dengan Jani dan teman satu eskul Jani saja.
"Gue hobi ngumpet di gua soalnya," balas Jani, yang lagi-lagi hanya sekenanya.
"Yee gue beneran nanya cu'uy," seru Tio dibarengin oleh tawanya, yang entah mengapa begitu terasa renyah di telinga Jani.
"Gue beneran kali," jawab Jani dengan nada serius.
Tawa Tio terhenti, "lo beneran ngumpet di gua?" Ucap Tio dengan muka seriusnya.
Kini giliran tawa Jani yang terdengar. Jani merasa Tio sangat polos, sangat gampang ditupu. "Telen dulu tuh pizza. Yakali yo, kalo mikir suka bego."
Tio menelah Pizzanya, "heh! Kurang ajar ya lu," ucap Tio sambil tertawa.
Kalau dipikir-pikir candaan mereka ini sangat garing, dan sebenarnnya tidak lucu-lucu amat. Tapi entah mengapa kali ini Jani bisa tertawa selepas ini, padahal Jani itu, tipe orang yang susah tertawa lepas. Entahlah Jani pun bingun dengan dirinya saat ini.
Dan entah mengapa hari ini Jani merasa bahagia, padahal hanya ditraktir dua loyang pizza oleh Tio. Tapi rasanya berbeda.
Tunggu, apakah Jani dan Tio jadi bertambah dekat? Oh! Itu akan Jani hindari sebisa mungkin.
-ooo-
hai! ketemu lagi di cerita aku, ini bukan cerita baru sih, cerita ini pernah aku publis sebelumnya, tapi karena alasan tertentu aku unpublis cerita ini. dan yeah hari ini aku publis kembali setelah aku benerin dikit. oiya setiap chapter di cerita ini kemungkinan pendek-pendek nggak sampai seribu kata, jadi jangan heran kalau belum sampe 15 menit kalian udah beres baca satu chapter.
semoga suka.
kalian bisa vote kalau suka :)
KAMU SEDANG MEMBACA
CURHAT
Teen FictionJani itu seorang gadis biasa. Ia hanya seorang remaja tujuh belas tahun, yang menyukai Kucing, dia juga seorang bukan anak yang jenius, apalagi seorang gadis yang digilai lelaki karena kecantikannya. Tapi hidupnya yang biasa ini, berubah saat sebua...