Note: Cerita ini pernah saya publish di blog pribadi saya raenayaworld.wordpress.com
Untuk membaca cerita Minstal lebih banyak, silakan kunjungi blog saya... Check the story out!
*****
Senja adalah waktu dimana langit berubah kemerahan. Dan burung-burung kembali ke sarangnya setelah seharian mencari makan. Aku selalu menyukai waktu senja. Selain suasananya nyaman, senja juga menandakan sebentar lagi aku akan bertemu dengannya. Dengannya yang telah ku tunggu seharian. Dengan cekatan ku raih sayur mayur untuk ku masak. Setelahnya, aku bergegas mandi dan merias diri. Aku ingin terlihat cantik di matanya. Aku pun menunggunya dengan sabar. Aku sudah menunggunya sejak pagi. Jadi, tidak masalah jika harus menunggunya sebentar. Detik demi detik ku lalui. Sesekali ku lirik jam dinding yang kini jengah karena aku berkali-kali meliriknya.
Senyuman di wajahku mengembang saat kulirik jam menunjukkan hampir pukul 5. Akupun mulai menghitung hingga sepuluh. Tepat pada hitungan kesepuluh, ku dengar bunyi bip dan pintu apartement pun terbuka. Senyumku makin mengembang begitu aku bisa melihat wajahnya. Wajah yang sedikit lelah tapi tetap membalas senyumku.
"Oppa, mandilah. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu. Setelah itu kita makan," ujarku sembari membantunya melepaskan dasi dan jasnya.
Ia mengangguk, "Terimakasih, sayang," ucapnya dengan senyuman yang selalu saja membuatku tersipu. Ia meraih handuknya dan menghilang di balik pintu kamar mandi.
Aku bergegas ke ruang makan dan menyiapkan makanannya. Menata piring dan peralatan makan lainnya.
Menit berikutnya ia menghampiriku dengan keadaan yang lebih segar. Ia memakai piyama yang kusiapkan. Piyama yang sama dengan yang kupakai. Ia menarik salah satu kursi dan duduk di counter. Memandangiku dengan senyuman yang tak kunjung lenyap dari wajahnya. Pria ini memang tahu bagaimana membuatku tersipu.
"Bagaimana dengan hari ini? Menyenangkan?" tanyanya padaku yang kini mulai mengisi piringnya dengan nasi berserta lauk pauknya.
"Aku pergi ke kebun dan meminta para petani memperbanyak produksi lili putih dan juga mawar merah. Akhir-akhir ini permintaan kedua bunga itu meningkat. Bagaimana dengan Oppa?"
Ia mulai menceritakan hari yang ia lalui di kantor. Hal yang biasa kami lakukan setiap makan malam. Sesuatu yang sederhana yang selalu aku nanti. Sebelumnya, tak ada yang menanyakan hariku. Sebelumnya, aku tak pernah mendengar seseorang menceritakan harinya. Tapi, bersamanya cerita itu selalu kunantikan.
********
Waktupun beranjak. Senja berubah jadi malam. Waktu dimana langit menjadi gelap dan bintang-bintang mulai berkelip. Berlomba-lomba menunjukkan sinarnya yang tetap tak bisa mengalahkan sinar rembulan.
Malam juga waktu yang kusenangi. Karena dia ada disisiku. Kini aku bahkan bisa merasakan hembusan napasnya yang menerpa kepalaku. Merasakan kedua lengannya yang kokoh memelukku. Serta dada bidangnya yang menjadi sandaranku. Sesekali ku rasakan tangannya mengelus rambutku.
Tak banyak yang kami bicarakan. Sunyi pun menjadi kawan kami. Dulu sunyi selalu ku benci. Namun, sekarang aku mulai menyukainya. Karena dengan kesunyian yang hadir diantara kami, aku bisa merasakan kehadirannya dan menghargai kehadirannya dalam hidupku. Pernikahan kami bukanlah pernikahan seperti pasangan lain, bertemu, saling jatuh cinta, berkencan hingga akhirnya memutuskan menikah. Kami tidak seperti itu. Kami jatuh cinta karena kami menikah. Sesuatu yang tak pernah ku sangka sebelumnya. Sesuatu yang tak terlintas dipikiranku sebelumnya.
"Soojung, apa kau mengantuk?" suara lembutnya memecah kesunyian. Aku selalu suka caranya memanggilku.
Aku pun mengangguk pelan,"Oppa?" tanyaku sembari mengangkat kepalaku. Menatap matanya yang menatapku lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Day is You
FanfictionSampai jumpa Choi Minho. Sampai senja kembali mempertemukan kita. Aku akan menunggumu dengan sabar hingga senja nanti.....