I Wanna Be Free

110 1 0
                                    

"Ara?" Seseorang wanita paruh baya memasuki kamar yang sangat cantik berbalut cat pastel di dinding, gorden, bahkan sofa yang terlihat serasi.

"Iya bunda?" Wanita cantik bernana Ara yang berbalut jilbab berwarna kulit dengan baju berwarna senada dan celana bahan berwarna hitam memberikan kesan anggun dan elegan.

"Teman-temanmu sudah menunggu di luar nak"

"Iya bunda ini juga udah selesai. Aku berangkat ya bunda. Assalamualaikum"

"Hati-hati ya nak. Waalaikumsalam"

Ara berjalan menuju ruang tamu dan menyapa teman-teman satu kampusnya.

"Wih Assalamualaikum future wife?" Goda Arman yang berwajah tampan dan disebut-sebut sebagai penggemar sejati Ara.

"Waalaikumsalam. Haha future wife? Lamar gue pake 30juz yuk?" Ara menantang Arman yang disambut sorakan teman-temannya.

"Yaelah Arman ditantang begituan, udah syukur kalo dia hafal juz 30" celetuk Ririn, sahabat dekat Ara. Suara tertawa pun menggema di ruangan tersebut.

Alreyna Zahra atau Ara adalah seorang mahasiswi yang pintar dan berwajah manis. Ayahnya seorang dosen bahasa Arab dan ibunya pendakwah di lingkungan tempat tinggalnya. Ia memiliki 4 orang sahabat Arman, Reyhan, Ririn, dan Anggun.

Penampilan Ara yang tertutup dan memberikan kesan manis membuatnya mendapat gelar 'anak alim' di kampusnya. Tapi tidak seorang pun tau bahwa dia tidak sebaik itu. Ia memiliki hasrat untuk hidup bebas karena sejak kecil ia sudah mengikuti jejak ibunya untuk memakai pakaian tertutup dan selalu dekat dengan agama.

Ara tidak menyalahi atau kesal akan hal itu. Ia bahkan bersyukur karena mendapatkan orang tua yang sangat baik dalam mendidiknya. Tapi, dalam hati kecilnya ia ingin melakukan sesuatu diluar kebiasaannya. Ia ingin berpacaran, mencoba 'pakaian yang tidak bisa dipakainya' , melakukan sesuatu yang belum pernah dia lakukan. Hanya untuk beberapa saat. Dia tidak ingin merubah hidupnya dengan hal-hal seperti itu. Dia hanya ingin merasakannya. Saat Ia merasa cukup puas maka Ia akan kembali ke jalur yang seharusnya.

"Eh abis ujian kita libur sebulan kan? Kemana kek yuk refresh otak sebelum nyusun skripsi" usul Reyhan ditengah-tengah keramaian kantin.

"Ayo ayo kemana dong?" Ririn bersemangat.

"Em gimana kalau ke daerah sulawesi? Kalo diinget-inget satu2nya pulau Indonesia yang belum kita explore kan Sulawesi" Anggun memberi saran.

"Nah iya bener! Eh tapi gue ikut Ara aja deh hehe Ara menurut kamu enaknya kita kemana?" Nada bicara Arman berubah drastis saat berbicara dengan Ara dan berhasil membuat geli 3 orang disampingnya.

"Em temen-temen kayanya liburan kali ini aku mau liburan sendiri dulu deh. Gapapa kan?" Ara berbicara dengan hati-hati.

"Lah kenapa Ra? Gara-gara si Arman?" Reyhan menebak.

"Usir aja usir haha" Ririn menambahkan.

"Ah? Enggalah. Lagi mau liburan sendiri aja hehehe maaf ya"

"Kalau itu mau kamu yaudah kita bisa apa. Hati-hati ya Ara I always pray for youre healthy and safety" jawab Arman dengan lebaynya.

"Ah lebay lu" jawab mereka serentak dan tertawa setelahnya.

● ● ●

"Apa kamu yakin mau ke Singapore sendirian?" Tanya ayah Ara dengan kekhawatiran tergambar di wajahnya.

"Iya yah. Ara udah siapin semuanya ko dan insyaAllah Ara akan baik-baik aja" jawab Ara dengan penuh keyakinan.

Ibunya yang berada disamping Ara tak henti menggenggam tangan putri satu-satunya dengan cemas di salah satu kursi di Bandara International Soekarno-Hatta.

"Ibu...." Ara memeluk erat ibunya.
'Semoga pilihan ini tidak membuatku menyesal, ibu ayah maafkan Ara.. sebentar saja hanya 10 hari biarkan Ara merasakannya' batin Ara.

Tak lama panggilan untuk keberangkatan menuju Singapore berbunyi dan Ara pergi menuju pesawat setelah berpamitan dengan kedua orangtuanya.

● ● ●

05:20 PM Singapore time

Ara melangkah keluar dari bandara dan mencari hotel untuk ditempatinya. Setelah mendapatkan kamar hotel yang tepat ia segera membereskan barang-barangnya dan masuk ke kamar mandi untuk megganti pakaiannya.

Beberapa menit kemudian seseorang keluar dengan mini dress selutut berwarna salem dengan rambut sebahu yang bervolume dan poni miring menambah kesan manis pada wajahnya. Ia mengarah pada kaca dihadapannya.

"Maafkan aku. Aku tau ini tidak benar, tapi kumohon biarkan aku merasakannya. Hanya 10 hari aku janji ya Allah"

Ia mulai menyapu wajahnya dengan make up tipis natural dan senyum merekah diwajahnya dan dengan sedikit malu ia melangkah keluar hotel dengan high heels pink soft dan tas kecil terselempang di bahunya.














Ten Days Is EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang