Tahukah Kau, sebenarnya aku ini adalah orang yang percaya tentang sebuah 'kebetulan' di dunia ini. Termasuk pertemuan kita. Maksudku, pertemuanku denganmu.
Tahukah kau, kala itu aku adalah manusia bodoh yang membuntutimu dari belakang. Tapi, setelah waktu berbaik hati mempertemukan kita, aku baru mengetahui hal lainnya tentang dirimu. Kau yang nyata dan berdimensi ternyata sebaik yang kuduga, sikapmu semanis yang kukira, wajahmu setenang yang kubayangkan. Aku tak tahu apa itu juga sebuah 'kebetulan'.
Aku tak peduli. Yang kupedulikan sekarang adalah, betapa menyenangkannya hidup karena bisa berada dalam jarak yang begitu dekat denganmu.Tahukah kau, saat kita berteman, diam-diam aku selalu mengharapkan pertemuan demi pertemuan. Aku berharap akan ada hari yang sama, waktu yang sama, kesempatan yang sama dan orang yang sama. Yaitu, aku dan kau.
Orang-orang mungkin bilang kalau aku ini sentimentil? Terlalu melankolis? Pecundang? Orang yang mengundang kegalauan pada diri sendiri?
Ah, apapun itu. Mungkin aku memang si manusia bodoh yang menikmati ketakutan sendiri. Tapi biarlah itu semua terjadi. Cukuplah aku bahagia dengan apa yang kupunya saat ini. Saat bersamamu saja, yang sekarang ini menjadi kekasihku.Tahukah kau, karena kau bilang kau menyayangiku selamanya, maka akupun berharap kita akan bisa bersama selamanya. Selalu seperti ini.
Aku berharap, kita memang tidak akan kehilangan waktu bersama. Aku berharap, kita akan tetap saling mengenal dan bersama sampai akhir usia nanti. Aku berharap, aku bisa disampingmu selamanya saat kau membutuhkanku. Pun begitu sebaliknya.
Tapi... bagaimana jika kita terpisah nanti? Jika kau pergi ke kota lain? Jika aku yang pergi? Atau, kau meninggal lebih dulu? Atau, kemudian aku dilamar seorang lelaki dan aku lebih memilih untuk menikah dengan orang tersebut?Aku belum berani membayangkannya.
Tahukah kau, semakin kita dekat sebenarnya aku selalu ragu. Aku ragu pada perasaanku sendiri. Sejak awal aku sudah mengagumimu. Aku takut, kalu orang lain lebih mangagumimu, lalu kau berpindah hati kepadanya. Aku takut kecewa.
Aku memang manusia bodoh yang selalu merasa ragu. Karena aku mengagumimu sejak dulu. Tapi aku malu mengakuinya