prolog

210 7 7
                                    

"Lo pikir lo siapa? Ngaku senior? Gue ga takut ya!" Ucap gadis itu dengan nada tinggi.

Sementara orang yang diajak bicara hanya menatapnya dengan sangat datar tanpa ekspresi.

"Lo tuh ya! bukannya minta maaf malah ngeliatin gue dengan tatapan tolol lo itu! Lo ga tau, lo lagi bicara sama adiknya siapa?" Ucap gadis itu sambil menunjuk orang yang diajaknya bicara dari tadi.

Lawan bicara gadis itu menepis tangan gadis itu dengan kasar dan di susul dengan smirknya.

"Ooh.. jadi lo punya kakak disini. Siapa sih Kakak lo yang bikin lo seberani ini?  Dia seharusnya cerita, siapa gue" Ucap Rania dengan alis yang terangkat sebelah.

"Cih. Ga usah Sok famous gitu deh lo. Gue kasihan liatnya" Gadis itu memutar matanya jengah.

"Lo kasihan? Gue lebih kasihan sama orang yang bikin sensasi murahan kayak lo cuma karna pengen terkenal disekolah ini. Tau malu ga sih lo?" Rania dengan wajah berjengit jijik.

Edo yang berdiri tidak terlalu jauh dari tempat itu daritadi sibuk sendiri memperhatikan gerak gerik Rania. Dia tak tau sama sekali apa yang sedang terjadi dengan Rania yang tengah dikerumuni banyak orang itu.

"Tuh anak ngapain sih? Lagi lomba pidato apa ya? Mulutnya komat kamit gitu" Batin Edo bingung.

Gadis yang tadi pun mulai mengayunkan tangannya di udara bersiap menampar Rania. Tetapi dengan sigap Rania mencengkeram tangan itu kuat-kuat. Berusaha membuat si empunya tangan itu merasa sakit. Dan menghempaskannya dengan kasar yang membuat gadis itu terdorong beberapa langkah kebelakang.

"Aww!" Gadis itu meringis.

Edo yang daritadi melihat Rania akhirnya tau apa yang terjadi. Iapun segera berlari memasuki area pertempuran itu.

"Lo masih baru disini. Jadi lo masih harus tau banyak tentang sekolah ini. Dan kalo lo pengen nguji keberanian lo, lo salah target. Mending lo cari target lain mumpung gue masih baik. Atau lo ga akan bertahan sampe seminggu disekolah ini!" Ucap Rania penuh penekanan dengan alis naik turun.

"Lo pikir lo siapa? Jijik ya gue liat lo yang sok banget kayak gini!" Gadis itu membantah. Sementara Edo bersorak ria mendukung Rania.

"OooOh.. Jadi lo pengen tau siapa gue?" Rania dengan wajah polos. "Mmm... gue ga tau harus mulai darimana buat cerita. Tapi lo bisa tanya ke orang lain yang ada disini kalo lo mau"

"Emang diri lo sememalukan apasih? Sampe lo sendiri aja kayak ga tega nyeritainnya"

"Lo pengen tau siapa cewek jelek di depan lo ini?" Suara Edo memotong.

Semua orang pun (termasuk Rania) melihat ke arah Edo yang berani bersuara.

"Dia anak pemilik yayasan sekolah ini. Masih kurang? Oke gue tambain. Dia itu cewek dingin, cuek, jutek, kasar, aneh tapi cantik, dan selama 2 tahun disekolah ini, ga ada seorangpun yang berani ngusik dia." Edo mulai mendekati Rania.

"Dan satu lagi" Dia merangkul Rania.
"Dia pacar gue" katanya sambil mengedipkan matanya genit ke Rania.

Sontak Rania pun menyenggol perut Edo dengan tangannya.

"Aww,," Edo meringis dan agak menjauh dari Rania.

"Udah puas? Atau mau ada yang nambah lagi?" Ucap Rania dengan wajah penuh kemenangan.

Gadis dihadapannya tertawa sinis. "Lo dalam masalah besar. Lo tau, gue adiknya Farah. Dan lo liat aja, gue bakal laporin lo ke dia!"

Terdengar suara tawa dari Edo.
"Maksud lo, Farahqueen Farahqueen itu. Emang lo pikir dia siapa?" Edo menarik Farah yang baru datang ke area itu.

"Heh Farah. Emang lo mau apain si Rania?" Tanya Edo.

"Ehh...  gak kok. Gue ga mau apa-apain dia. Siska asal ngomong doang. Ran, maafin Siska ya. Dia masih baru disini. Maafin yaa!!" Farah menarik Siska pergi dari tempat itu.

Sepeninggalan Farah dan Siska, Rania pun memutar badannya untuk segera kembali ke kelas.

"Ara!" Panggil Edo ke Rania. "Tungguin gue kali. Udah dibantuin juga"

Rania hanya menengok dan meneruskan langkahnya. Edo berusaha menyamakan langkahnya dengan Rania.

"Thanks" Ucap Rania dengan pandangan lurus ke depan.

"Hah? Apa? Lo bilang apa barusan?" Edo memajukan wajahnya mendekat ke wajah Rania. Sontak membuat Rania kaget.

"Apaansih lo!" Rania mendorong pelan wajah Edo agar menjauh darinya. Edo langsung merangkulnya dan mereka berjalan ke kelas

***



Hai hai hai. Selamat datang di prolog yang absurd banget bentuknya inii. Ini baru awal ya gengs.

Hear MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang