Aku berlari di koridor, berharap masih ada waktu untuk mengerjakan tugas yang diberikan sejak kemarin. Banyak yang melihatku dengan tatapan aneh dan segera menyingkir, memberikanku jalan. Aku tak mempedulikannya dan tetap melangkahkan kakiku dengan cepat.
Setibanya di depan kelas, orang yang kutunggu-tunggu telah duduk di bangkunya. Aku berlari kecil menghampirinya dan menjatuhkan tasku di bangku sebelahnya.
"Hei!" sapaku. Dia menoleh dan tersenyum kepadaku. Aku membalasnya diikuti dengan senyum lebarku, berharap supaya dia melupakan kejadian semalam yang aku ceritakan padanya.
"Bagaimana tidurmu? Aku tak sabar mendengarkan mimpimu yang tiba-tiba menelponku tengah malam itu," ujarnya yang membuatku membuang muka. Lagi-lagi dia membahasnya. Padahal aku sedang tak ingin mengingat apapun tentang kejadian semalam.
"Yah, seperti yang kau ketahui, aku diteror dengan bayang-bayang aku akan menjadi lalat selamanya."
Tanpa aba-aba, Farah-sahabatku-tergelak mendengar ucapanku. "Kau benar-benar aneh," ujarnya yang masih tergelak sambil menutup mulutnya karena dipelototi oleh siswa-siswi yang berada di kelas.
Aku mendengus kesal dengan celotehan yang dia lontarkan padaku. Mencoba menceritakan mimpi burukmu kepada sahabatmu malah ditertawakan karena aneh. Ya wajarlah kalau rata-rata mimpi setiap orang itu aneh dan membingungkan.
"Ah sudahlah, tak usah aku lanjutkan ceritaku. Pinjem tugasmu dong." Aku mengalihkan topik pembicaraan yang sudah memanasi pikiranku ini dan menampakkan wajah memelasku kepadanya.
Farah yang melihat tampang memelasku mencoba menahan tawanya lagi dengan satu tangannya. Sedangkan tangan yang lain mencoba merogoh tasnya dan mengambil buku yang aku maksudkan. "Sekalian ceritakan mimpimu. Janji deh, enggak tertawa lagi," ucapnya.
Aku menatapnya sambil memincingkan mataku. "Sungguh? Nanti kau malah mengetawaiku lagi seperti tadi," ucapku.
"Iya, iya. Janji." Farah berkata dengan sungguh-sunguh dan dia memberikan bukunya padaku. Aku mengembuskan napas sebentar sebelum mulai untuk menceritakannya.
"Berawal dari aku yang ketiduran....."
***
Malam ini, aku sedang berkutat di depan meja belajarku karena sedang mengerjakan tugas lanjutan. Tugas baru kelar tadi pagi dan sekrang diberi tugas yang baru. Tapi, tak apalah kalau aku mengerjakannya. Toh, itu juga melatihku dalam berpikir.
Ngung.. ngung.. ngung..
Suara itu lagi. Sudah berapa menit, lalat itu menggangguku. Terbang ke sana kemari tak tahu arah. Jelas sekali kalau aku jengkel. Sudah menjijikkan, bau, pembawa penyakit, dan--ah aku tak ingin membicarakan itu lagi.
Aku mengambil sapu lidiku. Berjaga-jaga dengan berdiri di samping meja belajar jika ada lalat yang datang dan langsung kuhabisi di tempat.
Tak berlangsung lama, sebuah dengungan itu muncul juga. Aku menyeringai dan aku langsung memukul-mukulnya. Dia berhasil lolos. Tapi aku terus mengejarnya. Karena letaknya di dekat lampu kamar, aku melompat-lompat di atas tempat tidurku. Jadilah tempat tidurku yang bergoyang-goyang dan berantakan. Aku tak peduli. Pokoknya aku harus menyingkirkan lalat itu dari kamarku.
Lalat itu terbang lagi dan kini dia menuju ventilasi udara. Kalah cepat lariku dengan sayapnya. Kurelakan saja dia pergi karena sudah tidak berada di kamarku.
Aku mencari segelas air mineral yang biasanya aku bawa ke kamar. Aku meneguknya sampai habis karena capek bertarung dengan lalat. Aku membaringkan tubuhku di kasur. Menatap langit-langit kamarku yang berwarna putih ini. Perlahan-lahan mataku menutup sedikit demi sedikit dan akhirnya aku tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flies Eater
FantasyKau pasti tak menyangka dengan cerita ini. Berawal dari seorang manusia yang berubah menjadi lalat karena suatu hal. Dan tahukah kamu? Suatu hal itu adalah sesuatu yang menjijikkan. Dia harus bisa menundukkan seorang lelaki Penguasa Bumi yang mempun...