PUTRA RIMBA BORNEO

81 2 1
                                    

Alkisah dari pedalaman Kalimantan, tersebutlah sebuah dusun terpencil.
Adalah Sepaok nama dusun yang jauh dari keramaian, bahkan teknologi pun belum masuk ke dusun tersebut. Di sanalah kisah ini berasal. Tinggallah Pak Rakut beserta istri dan dua anak gadis yang menginjak dewasa. Linga dan Rajuni adiknya. Pak Rakut hanya seorang peladang dan pemburu, tiap hari kerjanya masuk keluar hutan untuk menghidupi keluarga kecilnya. Suatu hari,

"Bu, bekal bapak sudah siap belum? tolong di periksa lagi, karna perjalanan bapak kali ini butuh waktu seminggu."

"Sudah, Pak! Oh iya, Bapak pergi sama siapa saja?" tanya bu Rakut.

"Kita ber-enam, Bu! Linga juga harus ikut! karena dia sudah berumur 18 tahun. Ini kali pertama dia tunduk tandai.

(Tunduk tandai = istilah adat setempat, yaitu ikut berburu sebagai tanda gadis yang siap dipinang jika sudah pulang nanti).

"Ya Linga sudah siap, Pak! sadari tadi dia telah menunggu bapak," jelas bu Rakut.

"Baguslah! Sebentar lagi rombongan Pak Nusa dan Pak Bayan datang, Pak Nusa juga membawa putrinya, sedang Pak Bayan membawa putranya,"jelas bapak.

Baru selesai bicara, rombongan kecil itupun datang dan mengajak Pak Rakut beserta Linga ikut serta. Hari masih pagi, jadi mereka pun berangkat dengan perlengkapan dan bekal yang sudah di persiapkan.

*******

Hutan Kaimantan adalah sumber kehidupan dan kekayaan alam yang tiada habisnya. Kewajiban bagi penghuninya untuk menjaga, memelihara dengan baik. Begitulah dengan suku-suku pedalaman Kalimantan, mereka sangat menjaga kelestarian hutan. Karena mereka tahu, hutan itu peninggalan nenek moyang yang harus terjaga baik.

"Bapak-bapak, kita sudah setengah hari berjalan, mungkin lebih baik kita istirahat dan mempersiapkan segala sesuatu untuk menginap malam ini," ujar Pak Nusa.

"Benar Pak, aku dan Pak Bayan mencari kayu bakar, sedangkan Pak Nusa dan Lauli mempersiapkan tempat berteduh. Sedangkan Linga dan Unga memasak buat makan kita," atur Pak Takut pada semua orang.

Tanpa membantah semuanya melakukan tugas yang sudah dibagi.
Linga dan Unga anak Pak Nusa segera memasak nasi, juga menyuguhkan laok yang telah meraka bawa dari rumah. Sedangkan Pak Nusa dan Lauli mendirikan gubuk beratap rumbia, pekerjaan itu tidak sulit karna mereka terlatih dengan hal itu.

Setelah rombongan Pak Rakut selesai makan malam, tiba-tiba:

"Tolong! Tolong!"

Sebuah suara menghampiri mereka yang mengelilingi api unggun. Bersama itu tergeletak sosok pria muda dengan sekujur tubuh luka parah.

"Ada apa?" kaget Pak Nusa.

"Anak muda, siapa kamu? apa yang terjadi?" tanya Pak Bayan pada pria itu.

"A ... ada yang menyerang rombongan kami, dan semua sudah tewas," jelasnya terbata.

"Siapa yang menyerang kalian?" tanya Pak Bayan lagi.

"Se ... sesuatu dari dalam hutan, Akh!"

Jerit pemuda itu, kemudian menghembuskan nafas terakhir.
Rombongan Pak Rakut termenung, entah apa di benak mereka. Yang jelas ada bahaya mengintai, dan mereka harus waspada. Malam itu juga pemuda itu dikuburkan dekat hutan. Semalaman mereka terjaga hingga fajar.

*******

Rombongan Pak Rakut menelusuri hutan sekalian berburu. Di tengah perjalanan mereka bertemu rombongan lain. Setelah berbincang-bincang mereka pun berpisah. Ada sesuatu yang mereka harus tahu, bahwa hutan itu menyimpan hal-hal mistis. Selalu ada roh jahat yang mengintai keselamatan mereka. Hal itulah penyebab kematian pemuda yang mereka kubur kemarin.

PUTRA RIMBA BORNEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang