1

51 1 0
                                    

"Kak, Nave pergi ke sekolah duluan ya," ucap Nave saat menghampiri kakaknya yang sedang sarapan.

"Bareng sama kakak aja ya? Kita udah lama gak berangkat bareng," respon sang kakak.

"Tapi," --Vale menundukkan kepalanya-- "kalo kakak malah dibully cuma karna aku gimana?" cicit Nave takut-takut.

"Gak ada tapi-tapian, pokoknya mulai sekarang kamu harus pergi dan pulang bareng kakak," jawab sang kakak tanpa memperdulikan pertanyaan sang adik barusan.

"Yaudah, mau gimanapun aku gak bisa nolak permintaan kakak," cicit Nave pasrah atas permintaan kakaknya.

"Ayo kita berangkat sekarang"

Dengan segera mereka masuk ke dalam mobil lalu berangkat menuju Galaxy International High School.

Sepanjang perjalanan, Nave selalu cemas jika kakaknya akan dibully karena berdekatan dengan dirinya. Ia tak mau jika kakaknya terseret kedalam lingkungannya.

"Kak, Nave stop disini aja ya," pinta Nave seketika yang membuat kakaknya mengernyitkan dahi.

"Lah kenapa dek? Bentar lagi kita sampai ngapain kamu mau turun disini," tolak sang kakak yang membuat Nave semakin cemas.

"Kak please turunin aku disini," lirih Nave pelan yang membuat sang kakak terpaksa memberhentikan mobil.

Sang kakak menoleh. "Dek sampai kapan kamu selalu seperti ini? Kakak, mama, sama papa gak tega liat kamu yang selalu dibully."

"Mungkin bukan sekarang kak," ucap Vale, "tapi suatu saat Vale akan mengungkapkan jati diri Vale sebenarnya kak."

"Kakak harap kamu segera mengungkapkan identitas kamu dek,"

"Pasti kak," ucap Vale, "kalo gitu Vale turun sekarang ya kak."

"Hati-hati dek,"

*

Sekarang aku sedang menulusuri trotoar yang akan mengantarku ke sekolah tempatku menimbah ilmu, sebentar lagi aku akan sampai di sekolah. Seperti yang kalian tahu, aku meminta kakak ku untuk menuruniku di pinggir jalan, silahkan jika kalian berfikir aku bodoh atau apa pun itu, tapi aku melakukan semua ini karena satu alasan.

Tak terasa aku sudah sampai, dengan kepala sedikit menunduk aku berjalan menelusuri koridor kelas XI.

"Sebentar lagi," batinku ketika melihat pintu ruang kelas ku yang terbuka lebar.

Sesampainya di kelas, aku hampir menangis melihat mejaku yang dipenuhi oleh sampah, dengan berjalan sedikit cepat aku menghampiri mejaku.

"Gimana hadiah dari gue nerd? Spesial bukan? Selamat menikmati hadiahnya Naveen Valeria!" ku baca post-it yang tertempel di kursi, sekuat tenaga aku menahan air mata ku agar tidak menetes.

"Lagi-lagi seperti ini," batin ku setelah mengingat semua hal gila yang dilakukan oleh teman seangkatan ku dan senior ku.

Dengan sisa kesabaran yang ku miliki, aku membersihkan semua sampah yang bertebaran diatas meja ku. Terkadang aku ingin menunjukkan siapa diriku sebenarnya, tapi sekarang bukan waktu yang tepat.

Tak lama setelah aku membersihkan sampah yang berserakan, bel tanda mulai pelajaran pertama pun berbunyi. Tak lama dari itu, guru Matematika ku memasuki ruang kelas.

"Selamat pagi anak-anak," salam Pak Joni begitu akan memulai pelajaran pagi hari ini.

"Pagi, Pak," jawab seluruh murid.

"Baiklah, sekarang buka buku Matematika kalian halaman 137," perintah Pak Joni.

*

kriiinggg

"Baiklah anak-anak materi kita cukup sampai disini, Assalammualaikum Wr. Wb," tutup pak Joni ketika pelajarannya berakhir.

"Waalaikumsalam Wr.Wb," jawabku dan beberapa murid yang lain. Seketika kelas menjadi sepi, jika sudah istirahat seperti ini biasanya semua murid di kelas ku langsung pergi menuju kantin atau lapangan dan sebagainya, sementara aku hanya menetap di kelas sambil membaca novel.

"Woi nerd lo disuruh Jane ke lapangan sekarang," dengan sedikit takut aku berjalan menuju lapangan, disana terlihatlah Jane dan beberapa sidekick-nya.

"Sini Nave," ucap Jane dengan lembut, Jane berkata lembut? Aku tak yakin setelah ini aku masih bertahan hidup.

Dengan perlahan aku mendekati Jane, tiba-tiba saja Jane menarik tangan ku sehingga membuat tubuhku oleng dan terduduk di lantai lapangan dengan beberapa memar.

"Duh maaf, tadi gue gak sengaja," ucap Jane, "tapi gue nya niat, gimana dong?" dan seketika suara tawa menggelegar setelah mendengar perkataan Jane.

Aku menundukkan kepala seraya menahan tangis, aku merasakan lutut ku sedikit perih, mungkin karena tergores lantai lapangan ini.

Tiba-tiba aku merasakan air dingin diseluruh tubuhku, dan seketika badanku menggigil karena suhu air tersebut sangatlah dingin.

"Duh kasian banget sih, dingin ya? Perlu gue siram air panas gak biar lo gak kedinginan lagi?" ucap Jane, dan aku masih tetap menundukkan kepala, ku dengar semakin banyak orang yang tertawa.

Tiba-tiba aku merasakan ada sebuah jaket yang menutupi tubuhku, aku tak bisa melihat siapa orang tersebut karena tubuhku sulit untuk digerakkan.

"Jane! Lo! Kurang kerjaan banget sih lo gangguin Nave! Gak bosen apa lo gangguin Nave hah?!"

*****
A/N :
Ada yang ngerti gak di chap 1 ini? Menurut kalian itu yang ngebela Nave siapa? Ada yang tau?

Maaf kalo ceritanya jelek, absurd, gaje, aneh, dan yang lainnya. Namanya juga masih berusaha menjadi penulis yang baik, hehe.

-dryxcoat

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The NerdyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang