"Ma, ini barang-barangku ditaruh dimana?", kataku seraya mengangkat sebuah dus berisi berbagai barang.
"Taruh di kamar kamu aja. Di lantai 2 kamar paling pojok."
Aku menaiki anak tangga perlahan. Koridor di lantai 2 tampak biasa saja. Tak ada yang aneh. Hanya ada lampu lampu kuno yang berjajar menempel di dinding sebagai penerang jalan.
KRETTT... pintu terbuka pelan namun suaranya lumayan kencang.
Tanganku menggapai sakelar lampu yang tak jauh dari pintu. Dalam sekejap semuanya terlihat jelas. Kamar dengan sebuah tempat tidur king size yang diselimuti sprei merah. Dilengkapi dengan kelambu dari kain beludru yang senada. Dipojok ruangan ada sebuah lemari tua besar nan kokoh.
Kulangkahkan kaki menuju lemari itu. Entah apa yang menarik perhatianku. Aku hanya ingin membuka lemari itu. Berharap pakaianku dapat berjajar rapi di dalamnya. Namun sepertinya tak bisa. Lemari itu begitu rapat terkunci.
Baiklah, tak masalah. Aku bisa menaruh pakaianku di lemari yang kubawa dari rumah lamaku. Lagipula kamar ini masih cukup luas untuk menampung barang barangku yang lain.
***
Hari ini, hari keduaku berada di kota asing ini. Tinggal di lingkungan baru. Bertemu dengan orang-orang baru pula. Jika bukan karena papa dan mama dipindahtugaskan, mungkin aku tak akan berada disini. Aku juga tak akan merasakan gugupnya bertemu dengan teman teman baru di sekolah.
Tapi, yasudahlah. Aku terima saja.
"Ayo silahkan masuk. Dan perkenalkan diri kamu di depan kelas." Begitulah sambutan pertama guru yang ku kenal dengan nama Bu Raini.
Kulangkahkan kaki masuk kedalam kelas. Jelas saja semua mata menatapku tak bergeming. Sesekali kudengar bisik bisik kecil dari anak di pojok kelas.
"Hai semua, perkenalkan namaku Kimmy. Kalian bisa memanggilku Kim. Aku berasal dari Surabaya. Aku baru dua hari berada di kota ini. Ohiya rumahku berada di Perumahan Permai Indah. Jika kalian ingin main, mainlah sesekali ke rumahku. Hobiku... hm sepertinya aku tidak punya hobi khusus hehehe. Baiklah kuharap kalian bisa berteman baik denganku. Sekian dan terimakasih."
Kali ini suasana kelas berbeda dengan beberapa menit lalu. Riuh rendah khas suasana anak sekolah kembali terdengar. Ada beberapa anak yang berkenalan denganku. Mereka semua ramah tak seperti yang kubayangkan.
***
Hari pertamaku di sekolah kulalui dengan lancar. Tak ada hambatan baik di bidang pelajaran atau di bidang lain. kuceritakan semua yang kulalui hari ini pada mama. Mama hanya tersenyum saja mendengar ceritaku.
Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu. Mama membuka pintu. Tampak seorang laki laki paruh baya dan istrinya. Mama mempersilahkan mereka masuk. Sementara aku pergi ke dapur untuk mengambil minum.
Aku kembali duduk di sebelah mama setelah menyuguhkan minuman pada kedua tamu itu. Sepertinya mama sudah bercakap cakap dengan mereka cukup banyak.
"Kim, kenalkan ini Om Rudi dan Tante Veni. Mereka tinggal di seberang jalan. Itu rumah yang berhadapan sama rumah kita. Ohiya mereka juga punya anak sebayamu. Kalian pasti bisa menjadi teman akrab."
"Iya tentu saja. Sesekali mainlah ke rumah kami, Kim. Reko pasti senang bisa berkenalan denganmu."
Aku tersenyum mendengar kata-kata yang diucapkan Om Rudi. Reko? Nama yang unik juga. Baiklah kapan kapan aku akan main kesana. Siapa tau Reko anak yang menyenangkan.
***
Keesokan harinya, tepat sore hari kuputuskan untuk berjalan jalan sebentar. Ya, bisa dibilang untuk mengenalkan diri pada lingkungan baruku ini.
Baru beberapa langkah dari rumah aku berpapasan dengan seorang anak laki-laki sebayaku. Dia memakai kemeja hitam yang lengannya digulung ¾. Dengan tubuh tinggi berisi dia benar benar mengalihkan perhatianku.
Aku tak berkedip melihatnya! Sungguh, wajahnya sangat tampan. Alis hitam tebal yang menghias dahinya, bulu mata lentik di kelopak matanya, dan hidungnya yang mancung. Persis seperti blasteran orang Timur tengah. Ditambah lagi dengan kulit putih dan rambut lurus kaku dengan tambahan polesan gel rambut. Sorot matanya tajam. Ekspresi wajahnya dingin. Ugh, dia sangat cool.
Namun saat dia melewatiku, aku baru sadar jika dia orang yang cukup sombong. Dia tak menghiraukan senyumanku sama sekali!
Baiklah. Kubiarkan saja orang sombong seperti dia. Untuk apa aku memikirkannya lagi.
Namun tetap saja ekor mataku masih melirik ke arahnya. Lalu kulihat dia memasuki pekarangan rumah tante Veni dan mengetuk pintu rumahnya. Tak berapa lama, Tante Veni keluar dan menyuruhnya masuk. Mereka tampak sangat akrab. Mungkin itu anaknya tante Veni.
Eits, tunggu dulu. Anak tante Veni? Hah? Itu berarti orang tadi adalah Reko. Tapi apa iya tante Veni dan om Rudi yang begitu ramah berbanding terbalik dengan anaknya?
Ah sudahlah. Lebih baik aku pastikan saja besok saat aku main ke rumahnya.
***
Hari ini hari Sabtu, aku sendirian di rumah. Papa dan mama ada urusan di luar dan baru pulang nanti malam. Mama menitipkanku pada tante Veni dan om Rudi yang kebetulan ada di rumah. Sebenarnya aku juga bisa menjaga diriku sendiri. Namun mama hanya berjaga jaga karena aku belum begitu mengenal lingkungan baruku.
Akhirnya kuputuskan untuk main ke rumah tante Veni. Ya, daripada aku hanya duduk bermalas malasan di depan televisi lebih baik aku mencari tau siapa anak yang kemarin kulihat.
Tok..tok..tok
Ku ketuk pintu rumah tante Veni beberapa kali. Tak lama ia datang dan membuka pintu.
"Hai Kim, silahkan masuk. Apa kamu mau bertemu dengan Reko?"
"Iya tante. Maaf sebelumnya kalau aku merepotkan tante."
"Baiklah, Reko ada di kebun samping rumah. Ayo tante antar."
Tante Veni berjalan menuju kebun. Aku mengikutinya dari belakang. Kalian jangan heran jika ada kebun di tengah perumahan. Maklum saja, perumahan tempatku tinggal masih merupakan perumahan baru. Jadi banyak lahan kosong yang tersedia. Mungkin keluarga tante Veni memanfaatkan lahan itu untuk berkebun.
Ternyata benar yang kemarin kulihat adalah Reko.
"Reko, kenalkan ini Kim tetangga baru kita."kata tante Veni sambil memperkenalkanku.
Reko hanya diam. Sejurus kemudian fokusnya kembali tertuju pada tanaman mawar yang disiraminya.
"Kim, tante masuk dulu ya. Kamu disini aja sama Reko."
Hah? Disini bersama orang sombong ini?!
Apa yang harus kulakukan sekarang??
***
Setengah jam sudah berlalu sejak tante Veni masuk kedalam rumahnya. Aku masih berdiri membatu. Sementara Reko masih sibuk dengan tanamannya.
Ugh, aku tak tahan lagi!
"Hey, apa kita akan terus diam seperti ini? Baiklah aku tidak tahan lagi. Kumulai saja,namaku Kimmy aku baru pindah 4 hari yang lalu. Aku hanya ingin berteman denganmu. Aku tinggal di seberang jalan. Aku berasal dari Surabaya. Aku baru pertama kali melihat orang sombong sepertimu. Aku tak tau apa yang harus kulakukan sekarang. Aku hanya.. hanya.."
Tiba-tiba dia bangkit dari kursi. Menatap mataku dangan tatapan tajam. Aku kaget dan terdiam. Aku tak menyangka jika dia akan bereaksi dengan kata-kataku.
"Baiklah. Apa kau sudah puas? Kau bertanya apa yang kita lakukan bukan? Lihatlah sekarang apa yang kita lakukan? Bertengkar. Dan aku sangat muak dengan hal itu. Lebih baik kau pulang. Ocehanmu itu lebih berguna bagi ibumu daripada aku."
Semua kata katanya begitu menyakitkan. Namun entah mengapa aku justru semakin tertarik. Ada sesuatu yang berbeda saat dia marah seperti ini. Sesuatu yang.. yang tak bisa kujelaskan.
YOU ARE READING
Antiguo Armario (Lemari Tua)
Teen FictionDia seperti lemari tua yang menatap dinding lurus kaku. Dalam diam dia menjaga. Dalam kesendirian dia mencinta. Dia seperti lemari tua yang menjaga kayu kayu-nya tetap utuh. Tak tergores oleh ruang dan waktu yang terus berlalu. Dia seperti lemari tu...