Hello, it's me,
I was wondering
If after all these years
You'd like to meet
To go over everything
They say that time's
Supposed to heal, yeah
But I ain't done much healing
***
Bintang malam yang cahayanya perlahan mulai meredup, kini menjadi perhatiannya. Sunyinya malam menemani dirinya yang sedang sendiri, berada di gedung megah, tepatnya di depan kaca besar yang menampilkan langit malam nan indah. Gedung megah yang menampilkan langit malam nan indah yang sejak tadi mengeluarkan hawa kebahagiaan.
Tidak, tidak bagi gadis dengan rambut hitam legam itu. Walaupun gedung itu ramai, namun tidak bagi gadis itu. Gadis itu lebih memilih mengasingkan dirinya ke sebuah ruangan yang bahkan suara tapak kaki dengan heels 12cm-nya dapat terdengar.
Gadis itu lebih memilih memperhatikan bintang yang indah sembari mengingat masa lalunya. Masa lalu yang ia harap tak terjadi. Namun bagaimana pun ia berharap, gadis itu mengerti. Masa lalu adalah sebuah masa yang telah terjadi dan takkan bisa terulang. Dan satu pelajaran yang ia ambil adalah, jangan menyakiti jika kamu tak mau merasakan penyesalan.
Helaan nafas terdengar pelan dari gadis itu. Perlahan, senyum miris tercetak di wajahnya. Dulu, ia sangat bahagia sedangkan orang yang mencintainya menderita. Dan kini, ia harus menerima bahwa orang yang mencintainya bisa tertawa lepas, sedangkan ia harus terus-menerus memasang senyum palsu. Senyum palsu yang sudah menjadi make up sehari-harinya.
"Sorry lama."
Permintaan maaf dari seorang pria di belakangnya membuat gadis itu memutar kepalanya.
"Nggak apa-apa kok," jawab gadis itu tersenyum. Tersenyum palsu tentunya.
"Udah lama ya nunggu?" Tanya pria itu menyetarakan dirinya dengan gadis berambut hitam itu.
"Belum, baru tiga puluh menit," jawab gadis itu tersenyum kecil.
Pria itu menaikkan satu alisnya, "kayaknya tiga puluh menit itu lama deh."
"Nggak sebanding dengan kamu yang menungguku berubah 'kan?" Tanya gadis itu tersenyum miris.
Pria itu tertawa pelan, "iya ya, tiga puluh menit emang nggak sebanding dengan menunggumu berubah."
Seketika gadis itu merasa tersindir. Tidak, pria itu tidak menyindir. Namun gadis itu lah yang merasa.
"Selamat ya," ujar gadis itu menoleh kepada pria di sampingnya yang sedang memperhatikan langit malam.
"Makasih," balas pria itu tersenyum kecil tanpa menoleh.
"Penyesalan memang selalu datang terlambat ya?" Tanya gadis itu lebih kepada diri sendiri.
Pertanyaan yang selalu dia tanyakan kepada dirinya sendiri. Pertanyaan yang menyiratkan, seandainya ada mesin waktu, dia akan kembali dan memperbaiki semua.
Semua, termasuk mengkhianati cinta yang tulus...
[a/n]
WELCOME FEBRUARY!
Cerita baru di bulan baru! Semoga sukaaaa ya!
Jangan lupa votes dan comments!
Regards,
Dera
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Penyesalan [7/7 End]
Short StoryKamu akan tahu bagian paling brengsek dari menyakiti: ketika orang yang kamu sakiti telah pergi dan rasa kehilangan menghantammu. "Karena bintang yang sama, tidak akan pernah datang untuk yang kedua kalinya." • Short Story - Completed Copyright by M...