"Jangan lupa di habisin ya, Gre.
Tertanda, 8"
Lagi-lagi ada orang yang mengirimkan sekotak bekal makanan ke kolong bangku Gracia dengan secarik kertas di atasnya. Gadis itu membukanya perlahan, kali ini sandwich dengan isi daging dan beberapa jenis sayuran di dalamnya. Persis seperti sebuah burger, hanya saja roti pembungkusnya yang berbeda.
"Dapet makanan lagi, Gre? Wah, sekarang sandwich. Buat aku aja, ya?" pinta Sisca. Segera saja kotak bekal yang semula berada di tangan Gracia kini berpindah ke tangan Sisca, sahabatnya.
"Yah Sis, kok malah dimakan sih? Itu kan buat aku. Ya udahlah, lagian aku juga gak begitu laper."
"Makasih Gracia yang cantik. Sekali lagi, Gracia. Makasih ya." Sisca langsung duduk di bangkunya yang kebetulan sebangku dengan Gracia.
Keesokan harinya hal yang sama terjadi kembali. Sekotak bekal berwarna ungu teronggok manis di kolong bangku milik Gracia.
"Shania Gracia, makanannya kamu yang habisin, bukannya Sisca.
Tertanda, 8" kali ini kira-kira begitulah bunyinya. Isi kotak bekalnya adalah beberapa potong kue.
"Huaaa Gre, buat aku aja ya makanannya." Teriak Sisca. Padahal mereka hanya duduk bersebelahan, tapi Sisca tetap saja berteriak-teriak.
"Aduh Sis, telinga aku bisa tuli sebelah nih. Gak usah pake teriak-teriak juga kali."
"Hehe, maaf. Pengen itu." Tunjuk Sisca ke arah kotak makanan di tangan Gracia sambil cengengesan.
Spontan saja Gracia langsung menjauhkan kotak bekal itu dari hadapan Sisca. "Maaf Sis, tapi kali ini makanannya buat aku aja ya."
"Yee kok Gracia tiba-tiba jadi pelit gini sih? Bagi dikit dong."
"Sis, baca ini." Gracia menunjukkan tulisan tangan rapi di atas kotak bekal yang ditemukannya.
"Ya... secret admirer lu gak adil ah. Masa aku gak kebagian jatah yang sekarang." Sisca memanyunkan bibirnya.
"Lho, tujuan secret admirernya kan ke aku, kenapa jadi kamu yang ngambek gitu."
"Justru itu. Kenapa aku gak punya secret admirer kayak kamu."
"Ya udah, aku bagi deh. Tapi habis ini bantuin aku cari tau siapa orang yang ngirimin ini ke aku."
"Siap kakak Gracia!" ucap Sisca semangat setelah diiming-imingi akan diberi jatah makanan Gracia.
#####
"Jangan lupa di habisin ya, Gre.
Tertanda, 8"
"Shania Gracia, makanannya kamu yang habisin, bukannya Sisca.
Tertanda, 8"
Sisca dan Gracia mulai mengobservasi kertas yang dengan sengaja Gracia kumpulkan. Ada beberapa lagi kertas dengan isi yang hampir sama dan dari orang yang sama pula.
"Sis, menurut kamu 8 itu siapa?"
"Siapa ya? Mungkin orang yang punya delapan huruf di namanya atau kata lain dari delapan, mungkin."
"Okta.." lirih Gracia. "Pasti Okta kan yang ngirim ini buat aku?" Tanya Gracia.
"Tapi Gre, Okta gak mungkin ngirim makanan itu ke kamu."
"Kenapa pake gak mungkin segala? Sis, besok kamu anterin aku ketemu Okta ya. Besok kan hari minggu, pasti nganggurlah di rumah. Iya, kan?"
Sisca menggigit bibir bawahnya sebelum mengiyakan perkataan Gracia. Besok pasti akan jadi hari yang berat.
#####
"Ngapain kesini sih, Sis? Sepi gini, jadi merinding." Gracia menggandeng tangan Sisca dengan erat.
"Katanya mau ketemu sama Okta. Udahlah, gak usah banyak tanya, bentar lagi juga kita sampai."
"Ini kuburan siapa sih, Sis? Kenapa aku malah diajak kesini, bukannya ketemu sama Okta juga." Tanya Gracia ketika mereka sampai disuatu tempat. Di depannya kini ada segunduk tanah dengan sebuah batu nisan yang diukir. Ayu Safira Oktaviani.
"Ini tempat peristirahatan terakhir Okta."
"Kamu lagi ngomongin Okta yang mana?"
"Baru dua bulan yang lalu, Gre. Jangan bilang kamu amnesia." Bisik Sisca pelan.
"Ini." Ucap Sisca gemetar sama gemetarnya dengan tangannya yang kini memberikan sebuah foto kepada Gracia. Foto yang diambil beberapa waktu lalu. "Ini Okta yang kamu maksud."
"Iya, emang Okta ini yang aku maksud. Terus kenapa kita malah kesini? Kenapa gak ke rumahnya aja?" Gracia memandang foto yang ada di tangannya dan Sisca secara bergiliran. Ia masih tak mengerti dengan tujuan Sisca mengajaknya ke tempat ini.
"Sekarang ini rumahnya Okta, Gre." Jawab Sisca sabar. Gracia pasti masih terpukul, pikirnya.
"Rumahnya Okta? Orang kuburan gini, rumah dari mananya. Jangan ngaco deh."
"Aku gak ngaco Gre, tapi Okta udah beda dimensi sama kita. Dia udah pindah dunia. Dari dua bulan yang lalu. Aku tau kamu masih terpukul dengan kejadian waktu itu, tapi gak gini caranya Gre. Kamu harus ikhlas kalau Okta udah gak ada." Bulir-bulir air mata mulai bercucuran di pipi Sisca. Hatinya merasa sakit saat sahabatnya harus begini.
"Gak usah bohong sama aku. Orang di belakang kamu juga Okta nya." Gracia tersenyum ke arah belakang Sisca, tempat yang menurutnya ada seseorang disana. Seseorang yang semu, hanya bayang.
Sisca tak berbalik ataupun mencoba melihat ke arah mana senyuman yang dilemparkan Gracia. Hatinya malah terasa makin sakit. Tuhan, tolong jangan buat skenario seperti ini. Ia belum sanggup menahannya. Apalagi saat Gracia berlari ke belakangnya, mengejar sosok yang dilihat oleh matanya seorang.
"Gre, pulang yuk. Kita udah lama disini. Okta nya mau tidur dulu. Besok-besok kita kesini lagi ya. Mama kamu udah nyariin, Gre. Okta juga udah dicariin sama keluarganya yang lain disana. Jadi mendingan kita pulang aja ya." Sisca mencoba lebih sabar dengan mengikuti Gracia, meskipun air matanya sejak tadi tak kunjung menghilang.
"Ta, Gracia pulang dulu ya. Besok-besok aku sama Sisca ke sini lagi. Kamu jangan kemana-mana. Jaga kesehatan, jangan lupa makan, jangan bandel kalau dibilangin. Dah~." Pamit Gracia.
"Maafin aku, Ta. Aku gak bisa jaga sahabat kita dengan baik setelah kamu pergi. Tapi aku janji bakal jagain dia persis kayak waktu kamu jagain dia." Lirih Sisca pelan, bahkan lebih pelan dari pada angin.
End
#####
Ini ceritanya OS. Tapi ada yang ngerti sama ceritanya gak? Feelnya kagak dapet euy. Judul besarnya GreTa-in Aja, tapi yang banyak dialognya disini malah Sisca sama Gracia. Gak taulah sama otak gue kek gimana.
Jadi kalau ada yang nanya, "terus itu makanannya dari siapa kalau Okta nya udah gak ada?"
Jawabannya; makanan itu dari Gracia sendiri, tapi seolah-olah ada orang yang ngasih makanan itu buat dia. Tulisan tangan yang ada di kotak makanan Gracia emang tulisannya Okta sebelum-sebelumnya. Dulu Okta sering ngirim makanan kayak gitu buat Gracia, tapi semenjak Okta udah gak ada, jadi Gracia yang bikin kayak gitu sendiri.
Sisca juga bukannya gak tau soal makanannya. Tapi kalau Sisca bilang yang sebenarnya, Gracia gak akan percaya. Soalnya Gracia masih terpukul sama kematiannya Okta. Tau lah ya, kadang ada orang yang kayak Gracia gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GreTa-in Aja
Fanfiction(niatnya mah) kumpulan OS GreTa yang di update tergantung mood.