Oke Google

421 31 8
                                    



                "Oke Google, kenapa si Ota jangkung?" tanya Ci Desy pada smartphone nya dengan suara yang lumayan keras, pastinya supaya bisa didengar oleh orang lain.

"Apaan sih, Cidey. Orang Cidey sama Okta itu udah jadi menara petronas. Harusnya Cidey nanya nya, "Oke google, kenapa fans panggil Desy dan Okta JKT48 sebagai menara petronas?" pasti ada jawabannya. Panjang lebar." ucap Gracia sembari tertawa. Lucu.

Kata orang Gracia itu kayak kak Ve, tapi menurut aku Gracia lebih imut. Bagi aku dia jadi bidadarinya Team T.

"Oke Google, kenapa Okta dari tadi ngeliatin Gracia mulu?" tanya Feni di sampingku, sambil berbicara pada smartphone nya. Mengikuti Ci Desy.

Aku langsung melirik dengan kaget ke arah Feni yang tiba-tiba ada di samping aku. Apa jangan-jangan dari tadi Feni tau ya kalau aku lagi liatin Gracia? Astaga, bisa gawat nih.

Tak lama kemudian smartphone Feni mengeluarkan bunyi berupa, "Penyebab galau,". Sontak saja semua member yang mendengarnya jadi tertawa terpingkal-pingkal, terutama Feni. Member yang paling berisik di Team T itu merasa sangat puas dengan apa yang didapat olehnya. Aku bisa merasakan suhu tubuhku yang mendadak naik, pasti saat ini juga pipi aku memunculkan semburat rona merah jambunya.

"Ta, gak baik tau galau terus. Apalagi nungguin yang gak pasti, mendingan sama yang pasti aja." Ci Desy menepuk-nepuk punggungku pelan.

"Cidey kode tuh, Ta." Kata Gracia sambil cekikikan. Suara cekikikan khasnya itu loh yang bikin aku jadi membeku sekaligus meleleh. Aku gak tau harus mendefinisikannya seperti apa, yang jelas aku ngerasa gitu.

^^^^^

"Ta, beli es krim yuk! Lagi pengen makan es krim nih." Ci Desy merangkul bahuku.

"Tapi bayarin ya, Ci. Ota lagi hemat soalnya. Hehe."

"Ya udah deh, mumpung lagi baik nih."

Sesampainya di stand es krim aku malah mematung, memikirkan hal lain.

"Kenapa, Ta?"

"Kalau Ota belinya dua boleh gak? Ntar sama Ota diganti deh sama yang Cidey sekalian. Uang Ota ada di tas soalnya."

Ci Desy memandangku bingung. "Emangnya gak cukup kalau cuma satu, Ta?"

"Ma-maaf. Ota mau ngasih Gracia juga soalnya. Tapi Ota gak bawa uangnya."

"Ck, gitu aja kok repot. Ya udah, bawa aja. Ntar biar cici yang bayar." Ci Desy tersenyum, tapi aku yakin kalau senyumnya itu lain dari senyum yang biasanya.

Semenjak pulang dari membeli es krim, sikap Ci Desy jadi agak lain. Senyumnya juga jadi aneh. Aku jadi gak enak sama Ci Desy. Emang sih, kalau sikap Ci Desy itu selalu beda kalau sama aku, tapi kali ini bener-bener beda. Konotasinya dalam arti yang negatif.

Aku dan Ci Desy berjalan kembali ke arah theater, tempat dimana aku bisa menemukan Gracia, yang sedang bersama orang lain.

"Oke Google, kenapa ci Shani kalem-kalem ngangenin?"

"Oke Google, kenapa Gracia diem-diem Gresek?"

"Oke Google, kenapa kadang ci Shani minta di temenin waktu jalan?"

"Oke Google, kenapa kadang Gracia minta dinafkahin?"

"Ih, apaan, ci Shani mah."

"Cie yang malu, haha."

Oke Google, apa Ota bisa ngasihin es krim ini ke Gracia?

Aku hanya bisa memandang kemesraan Gracia dan ci Shani dari kejauhan. Menimbang-nimbang.

GreTa-in AjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang