"DILARANG KERAS MENJIPLAK KARYA TILLY D; MENGUTIP SEBAGIAN, MENYALIN, MENGAMBIL INSPIRASI PENUH, MENGGANTI JUDUL; NAMA TOKOH, ALUR. BAIK DISENGAJA MAUPUN TIDAK DISENGAJA. SEMUA CERITA MEMILIKI HAK CIPTA." -Tilly D
***
Udara kota Milan pagi itu terasa menyegarkan. Memenuhi paru-parunya perlahan. Megan memejamkan kedua matanya rapat. Dia menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menghembuskannya. Napasnya melayang di udara, membentuk sebuah asap yang bertahan beberapa detik. Megan kembali membuka kedua matanya dan menengadah. Langit masih gelap, cahaya matahari belum muncul sama sekali.
Megan mengusap kedua tangannya sebelum kembali masuk ke kamarnya. Sudah kebiasaannya bangun lebih awal. Megan harus menyiapkan sarapan untuk Ibunya sebelum wanita itu pergi bekerja. Megan beranjak ke atas ranjang. Ia membersihkan ranjangnya yang berantakan. Melipat selimut disusul dengan menyapu lantai kamarnya hingga bersih. Sesekali kedua matanya melirik jam yang menempel di dinding.
Ketika waktu telah menunjukkan pukul setengah enam, Megan melangkah menuju kamar mandi untuk melakukan 'ritual' paginya. Ia membiarkan tubuh telanjangnya diguyur air hangat. Kemudian, setelah selesai, Megan bergegas mengenakan setelan pelayannya.
Hari ini dia harus mengikuti jejak Ibunya untuk bekerja. Kediaman Moretti membutuhkan banyak pelayan untuk menghias rumah mereka. Dengan upah yang lumayan, tentu saja meski hanya hari ini, hal itu tidak Megan sia-siakan. Kebetulan hari ini hari libur, dia tak pergi ke kafe untuk bekerja.
Seharusnya jika di hari biasa, Megan akan pergi ke kafe di seberang flatnya untuk bekerja. Dimulai dari pukul delapan pagi sampai pukul tujuh malam. Megan merasa cukup walau jika dihitung-hitung upahnya tidak sebesar hari ini. Bahkan upahnya kalah dari Ibunya, yang notabene adalah kepala pelayan di kediaman keluarga Moretti.
Megan menatap bayangan dirinya di cermin. Memoleskan bedak tipis di pipi tirusnya. Disusul dengan lipstik berwarna pink lembut di bibirnya. Ia menyemprotkan parfum sebelum melangkah keluar kamarnya. Tidak ada yang perlu dipoles lagi. Sekeras apapun Megan berusaha tampil mempesona, memangnya siapa yang akan memandangnya?
Megan terkekeh miris dalam hati. Tubuhnya kurus tak menarik. Rambutnya panjang setengah pinggang dan kusut. Nothing special. Megan tidak terlahir dari kalangan sosialita yang memiliki kekayaan berlimpah. Dia tinggal di kota Milan, di sebuah flat kecil yang kumuh, bersama dengan Ibu angkatnya, Olivia Lincoln.
Selama dua puluh tiga tahun hidupnya, Megan Lincoln tak mengenal kedua orangtuanya selain Olivia. Dia sama sekali tak tahu siapa yang membuangnya ke tempat sampah jalanan. Mungkin ... Megan adalah anak yang tak diinginkan?
Megan menghela napas kecil. Ia mencepol asal rambutnya lalu mulai berkutat dengan alat memasak. Megan membuka lemari pendingin dan melirik apa yang ada di dalam sana. Gadis itu berkacak pinggang hanya mendapati dua butir telur di dalam sana. Bibirnya menipis. Mungkin, sarapan hari ini sama seperti sebelumnya.
Dengan sisa bahan seadanya, Megan memasak telur itu, memasukannya ke dalam roti gandum setelah agak matang. Aroma harum menguar meski terkesan biasa. Megan menghidangkan dua piring--yang masing-masing berisi satu roti itu ke piring--disusul oleh susu cair dua gelas.
"Selamat pagi, Lincoln," sapa Olivia dengan senyum di bibirnya. Wanita berusia empat puluh delapan tahun itu duduk di hadapannya. Olivia tampak telah rapi dengan setelan pelayannya. Rambut pirangnya dicepol asal seperti milik Megan. Olivia masih terlihat muda meski nyaris memasuki usia 50-an. Ia tak terlihat berkeriput sedikitpun.
Megan tersenyum membalas sapaan Olivia. Dalam diam, mereka mulai menyantap sarapan juga meminum susunya. Jika Megan dan Olivia mendapatkan uang dari hasil kerjanya hari ini, mungkin mereka dapat mengisi beberapa bahan makanan di lemari pendingin. Sisa uangnya tak cukup untuk membeli apapun selain roti gandum dan telur lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie With Me
RomanceMegan Lincoln adalah gadis gendut, tidak menarik, pemalu dan miskin. Dia terlahir tanpa orang tua yang jelas--dibesarkan dengan sukarela oleh wanita bernama Olivia Lincoln. Di usia remaja, Megan jatuh cinta pada Fazio Moretti, pria populer dan kaya...