Vannesa POV
Kriing-kriing..
Jam yang berada disamping tempat tidur ku berbunyi. Ku coba mematikannya meski ku masih bersembunyi dibalik selimut.Ku raih-raih jam itu.
Belum juga jam itu mati,suara melengking yang familiar bagiku itu terdengar di telinggaku."Vaness!" teriaknya dari lantai bawah.
"Iya! Ini juga baru bangun,bentar lagi turun!" teriakku.
Ku rentangkan tangan dan kaki ku. Sambil menguap ku lihat jam di dinding kamar berwarna hitam putih ini. Pukul 08.15
Ku cari iphone ku diatas meja. Setelah mendapatkan barang yang ku cari, kembali ku jatuhkan badanku ke kasur sambil mengutak-atik iphone ku itu. Ku baca notif yang tertera di layar, 157 likes, 28 comment, dan 15 line.
Ku cek line, bayak yang mengucapkan happy birthday dan wish padaku. Ku jawab line itu satu-satu.
"VANESS!woy,lu disuruh papa kebawah tuh! Dasar budek,dari tadi di panggil juga!"
"Iya-iya.Ini baru selesai cuci muka,taii!" balasku terpaksa berbohong agar saudaraku itu tak kembali berteriak.
Ku ambil sendal kamar,ku berlari menuruni tangga.
"Kenapa pa?" tanyaku duduk di sofa ruang tamu.
"Vanessa,papa bakal dipindah kerjakan ke luar kota"
"Hah?" sahutku tak mengerti.
"Jadi, Papa sama mama udah ngerancanain gimana kalo kita sekeluarga pindah ke rumah dinas disana aja?"
"Bagus banget tuh pa,Adit setuju banget tuh!" jawab Adit,kakak gue.Ngeselin emang,orang bicara malah di 'serempet'
"Apaan sih?papa tuh ngomong sama gue.Main potong-potong aja lu" ucapku ketus.
Papa cuma geleng-geleng melihat kelakuan anaknya. Setiap hari ada aja masalah diantara gue dan Adit.
"Jadi,gimana?" papa melanjutkan pertanyaan tadi.
"Hmm,ntahla pa" jawabku lesu.
"Kalo disana,kamu bisa punya kehidupan baru, dapat banyak temen lagi, gak tidur-tiduran di rumah aja. Sekali kali kamu juga harus bersosialisasi sama orang-orang" ucap papa menasehati.
"Tapi pa,masalahnya Vannes kan kemaren juga baru ngerayain pesta ulang tahun,masa sek-"
"Udahla, banyak bacot" ucap Adit.
"Ish" ku tendang kakinya dengan geram.
"Emangnya berangkat tanggal berapa, pa?" tanya ku lagi.
"Minggu depan" kali ini mama yang menjawab.
"Ooh"
"Eh, minggu depan?" ulangku.
"Iye, minggu depan pe'a". Adit menjawab tanpa memalingkan wajahnya yang terfokus dengan layar laptopnya.
Muncul akal bulusku untuk membalas perlawanan Adit.
"Asthagfirullah. Ma,pa, liat deh kelakuan si Kak Adit. Dia berkata K A S A R !" ucapku manja dengan kata 'kasar' penuh penekanan.
"Emangnya Adit bilang apa?" ucap ayah.
"Dia bilang Vanes pe'a" jawabku dengan sok polos. Dalam hati,ku tersenyum licik.
"Adit! Jangan ngomong gitu sama adik kamu" ucap papa dan mama hampir berbarengan.
Yuhu! Rencana ku berhasil!
Kalo ngomongin tentang Papa dan Mama, menurutku mereka memang orang tua yang menurutku paling terbaik dari semua orang tua. Contohnya, mereka membebaskanku dan Kak Adit untuk melakukan apa yang kita sukai.
Mereka juga ga pernah memaksa anak anaknya untuk melakukan suatu hal, mereka memang sangat membebaskan anak anaknya.
Seperti saat Ka Adit masih duduk di kelas 3 smp, dan minta izin pergi pada papa untuk ngajak pacarnya ngedate. Dan papa memberi izin. Bahkan papa sempat berpesan pada Kak Adit "jangan sampe anak orang di apa-apain".
Lalu saat aku masih SD kelas 6, hari-hari mendekati UN, saat itu aku mengikuti pemilihan model cilik. Firasatku mengatakan bahwa mama gak akan menyetujuinnya, namun sebaliknya, mama menyemangatiku dan mengurus segala keperluanku.
Mereka juga membiarkanku dan Kak Adit untuk saling manggil-memanggil dengan kata "lo-gue" walaupun kita tidak sebaya, ya cuma beda setahun lah. Mereka juga mengerti pergaulan anak remaja sekarang, jadi mereka dapat memakluminya. Tapi..
Tapi, papa dan mama ga pernah nerima kalo diantara kita mengikuti pergaulan yang 'sesat'. Ya seperti mengikuti bikini party misalnya.Bahkan berkata kasar seperti pe'a tadi saja tak boleh. Ya walaupun kalo dikalangan remaja sekarang ini saling memanggil pe'a dan kata sebagainya biasa saja, tapi untuk papa dan mama itu sangat tidak diperbolehkan. Maka dari itu, kita juga dibekali dengan ajaran agama. Itu yang terpenting. Alhasil, mereka punya anak-anak yang bertakwa seperti ini *eaa
Jadi, maksudku mengadu pada papa itu agar Adit di marahi wkwk. Jahat memang.
"Tuh, dengerin kata papa" jawabku ikut menasehati Kak Adit
"Iye iye". Ia memberikan tatapan sinis. Setelah itu ia mematikan laptop berjalan melewatiku. Ia berjalan gontai menuju kamarnya.
"Lah?gitu aja ngambek?" sahutku tambah memanas-manasinya.
"Siapa yang ngambek?. Orang mau buat tugas juga"
"Huu" aku menyorakinya.
"Pa, Vannes ke atas juga ya. Tentang pindahan itu nanti kita bahas lagi ya" sambungku lagi.
Papa hanya mengganguk dan masih fokus dengan koran yang dibacanya.
Sejurus kemudian, ku lari menaiki tangga dan masuk kamar. Ku hempaskan badan ku pada kasur ku itu sekali lagi.
Sumpah.
Part yang ini absurd bgt dah.
Sorry yak,namanya juga baru belajar wkwk.Jangan lupa Vote and Comment ya gaes.
Thank's for Reading!
P.s : Yang di mulmed ituu Vannesa Agatha yak,gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
You And I
RandomNb: Ini cerita baru gue, crita You And I yang kemaren gue unplubish. Sekarang gue buat crita baru, sorry kalau jauh beda sama cerita You and I yang lama