HEY, YOU

167 5 2
                                    

SEOUL ~ 17 Februari 2010 ~

Siang hari itu seorang gadis muda itu gelisah berdiri dihadapan seorang lelaki yang tak lain adalah kekasihnya. Lee Hongbin lelaki yang baru saja merayakan kelulusan sekolahnya. Masih terlihat pakaian yang ia kenakan saat itu. Tiga puluh menit yang lalu Yura menghubungi Hongbin untuk bertemu ditaman ini.

" Apa ada yang ingin kau katakan Yura-ya ? " kata Hongbin yang saat ini terlihat gelisah. Tadi saat Yura menelepon untuk bertemu dan Hongbin merasakan ada sesuatu yang aneh. Tidak biasanya Kim Yura berbicara seserius itu.

Kali ini raut wajah Hongbin yang mendadak tegang karena Yura kekasihnya tidak mengatakan satu patah katapun padanya, wajahnya terlihat sedih sejak 10 menit yang lalu saat pertemuaan keduanya ditaman ini tadi.

" Aku ingin mengakhiri hubungan kita." Ucapnya akhirnya.

Lima kata itu sukses membuat Hongbin terdiam seribu bahasa tak ada yang bisa ia lakukan kecuali hanya memandangi wajah kekasihnya meminta penjelasan kembali tentang pernyataannya tadi. Hongbin menjatuhkan sebuket bunga yang ia bawa. Tadinya ia ingin memberikan bunga mawar itu pada Yura saat bertemu.

" Yura pasti salah bicara, ia pasti sedang membuat lelucon kan ? tidak mungkin ia berkata seperti itu, padahal hubungan kami baik-baik saja." Begitu selalu yang ada di otak Hongbin saat ini."

" Aku mau kita putus Lee Hongbin." Katanya lagi mantap.

" Tapi kenapa ? apa aku berbuat salah ? apa aku membuatmu marah ?" jawab Hongbin akhirnya.

" Ani. Aku... aku... hanya tidak ingin membuatmu kecewa." Jawab Yura akhirnya setelah ia membuat sebuah pernyataan yang membuat Hongbin terkejut.

" Apa maksudmu Yura ? membuatku kecewa ?" balas Hongbin akhirnya karena tidak mengerti dengan perkataan Yura barusan. Ia berharap kekasihnya ini mau memberikan penjelasan lebih tentang semua ucapannya.

" Aku akan pindah dan kuliah diluar negeri." Kata Yura lemah.

" Mwo ? kenapa tiba-tiba ? Kau tidak pernah memberitahukannya padaku." Jawab Hongbin yang diiringi oleh air mata yang kini keluar membanjiri wajah tampannya ini. Sejujurnya ini merupakan sebuah kejutan besar yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia dan Yura sudah lama menjalin kasih. Hongbin sendiri selalu menceritakan masalahnya pada Yura begitupun dengan Yura, tapi sekarang Yura tidak mengatakan padanya kalau ia akan pindah keluar negeri.

" Maafkan aku Hongbin oppa."Ucap Yura tidak memandang kearah Hongbin karena tidak sanggup melihat Hongbin yang saat itu menangis."

" Apa aku tidak boleh menunggumu Yura-ssi ? Aku bisa menunggu kau disini sampai kau kembali lagi ke korea." Jawab Hongbin.

" Aniya Oppa. kau tidak boleh menungguku. Kau tidak boleh membuang waktumu untuk hal seperti ini."

" Waeyo ? kenapa aku tidak boleh menunggumu Yura ?"

" Karena ... karena aku tidak akan kembali lagi ke korea." Jawab Yura yang terdengar susah payah menjelaskan itu semua.

" Mwo ?" hanya kata itu yang keluar dari mulut Hongbin.

Tangisan Hongbin semakin kuat dan itu membuat Yura tidak sanggup, ia pun memutuskan meninggalkan Hongbin ditaman itu dalam kesedihannya yang mendalam, ia sudah membuat sebuah keputusan yang paling berat dalam hidupnya, ia sudah memilih sekarang dan ia tidak boleh menoleh lagi kebelakang.

***

SEOUL ~ 17 Februari 2015 ~

Jalanan kota Seoul hari itu terlihat sangat lenggang, tidak ada kemacetan yang terjadi seperti biasanya. Sekarang adalah pertengahan bulan Februari yang berarti menandakan sebentar lagi musim hujan di korea akan berakhir dan akan diganti dengan datangnya musim semi. Malam itu hujan turun rintik-rintik, jalanan korea terlihat licin sehingga membuat para pengendara yang lain menurunkan kecepatan laju kendaraannya.

Malam itu seorang lelaki muda tengah sibuk mengendarai mobil hitam sedannya. Saat ini dirinya tidak terlihat fokus menyetir karena sebenarnya dirinya tengah memikirkan sesuatu. Terlihat beberapa kali lelaki itu memukul kemudian mobilnya dengan penuh emosi. Sekelebat peristiwa hari itu kembali membayangi pikirannya, kejadian beberapa menit yang lalulah yang menyebabkannya seperti ini.

Hari ini, Malam ini... seharusnya menjadi malam yang sangat membahagiakan bagi Lee Hongbin... seharusnya malam ini dia melamar kekasihnya. Namun hanya pil pahitlah yang didapatnya. Kekasihnya Shin Jisoo lebih memilih karirnya dari pada menerima lamarannya. Kemudian terlitas peristiwa yang baru terjadi beberapa jam yang lalu.

~ Hongbin Flashback ~

7 PM Incheon Airport

Pesawat tujuan Paris akan berangkat sekitar 10 menit lagi. Shin Jisoo berjalan sambil mendorong kopernya menuju pesawat penerbangannya untuk diperiksa paspornya. Ia sesekali menoleh kebelakang menanti kedatangan seseorang yang pasti akan mengantar kepergiannya ke Paris untuk training sebelum menjadi Manajer Pemasaran di tempatnya bekerja. Jisoo kini menhembuskan nafasnya, ia harus menerima kenyataan bahwa dia tidak akan datang untuk mengantar kepergiannya Karena ia telah menorehkan luka yang begitu dalam padanya.

Sekali lagi Jisoo menolehkan kepalanya yakin lelaki yang pernah yang pernah mengisi hatinya ini akan datang. Iya... iya dapat merasakan kehadirannya sekarang, Jisoo menoleh lagi kebelakang dan ia dapat melihat dia Yah... Dia Lee Hongbin dia datang kesini dia datang untuk mengantar kepergiannya ke Paris. Hongbin menghampiri Jisoo.

" Kau datang Hongbin-si...?'' kata Jisoo ambigu.

" Ne...aku datang." Kata Hongbin masih dengan gayanya berbicara.

" Kenapa kau datang ? Bukannya kau membenciku sekarang ini ?" kata Jisoo tak yakin dengan apa yang dilihatnya.

" Aniya... aku tidak bilang kalau aku membencimu." Jawab Hongbin yang terlihat menyembunyikan wajah sedihnya.

" Jinja ? "

" Jinja Jisoo-ya." Hongbin cukup lama memandang Jisoo sekedar merekam wajahnya untuk mengingat memorinya ketika bersama Jisoo karena mulai dari berberapa menit lagi ia tidak akan melihat Jisoo lagi. Hongbin mengeluarkan sesuatu di balik saku celananya dan ia mengeluarkan sebuah cincin. Jisoo hanya memandang sakartis pada Hongbin.

" Apa ini ???" Tanya Jisoo.

" Aku hanya ingin kau yang memakai cincin ini, karena tidak ada orang lain yang pantas memakainya." Ucap Hongbin dengan yakin.

Hongbin kemudian mengambil tangan kiri Jisoo dan menyematkan cicin bermatakan berlian itu ke tangan Jisoo.

" Gomawo Hongbin-ssi." Ucap Jisoo seraya memeluk Hongbin dan memberinya ciuman di pipinya. Jisoo kemudian pergi meninggalkan Hongbin karena pesawatnya sebentar lagi akan berangkat.

Hongbin hanya bisa terdiam melihat punggung Jisoo yang mulai menjauh terhalang oleh puluhan badan yang juga tengah sibuk untuk naik ke pesawat mereka masing-masing. Hongbin sampai harus menjinjit untuk melihat Jisoo yang sekarang sudah tidak kelihatan.

~ Flashback End ~

Hampir saja Hongbin mengeluarkan air mata karena mengingat kejadian itu. Ia pun jadi tidak konsentrasi menyetir karena mengingat kejadian itu, ia pun juga menyesesal kenapa bisa mengingat kejadian itu lagi. Rintik-rintik hujan yang membasahi jalanan kota korea saat ini semakin lebat dan membuat Hongbin harus lebih berhati-hati dalam menyetir karena kalau tidak sesuatu yang buruk bisa saja menimpa dirinya. Bagaimana mungkin dirinya mengalami nasip yang sangat sial di tanggal dan bulan yang sama.

Baru beberapa ratus meter setelah tadi mobil sedan hitam Hongbin berhenti dari lampu merah jalanan kota Seoul yang terlihat renggang. Seseorang berlari menuju jalanan dan Hongbin tak mampu mengendaliakn laju mobilnya, tanpa sengaja dirinya menabrak seseorang yang berlari tanpa melihat jalanan itu.

" BRAKK..."

***

HI...HI..HI... Annyeonghaseo...

Terimakasih sebelumnya buat para pembaca yang mau baca ff ini, sebenarnya ini cerita sebelumnya udah pernah dipublikasikan sebelumnya di Wordpress.

dan ini adalah kali pertama penulis meng Upload di Wattpad, semoga para pembaca para suka ya...

oiya jangan lupa selesai membaca tinggalkan jejak kalian disini.
⭐⭐⭐

maaf... maaf juga kalau ada typo.

Happy Reading....

HEY, YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang